Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

ADB: Teknologi Digital Jadi Kunci Pemulihan

M Ilham Ramadhan Avisena
10/2/2021 11:05
ADB: Teknologi Digital Jadi Kunci Pemulihan
PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN QRIS OLEH UMKM(ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

ASIAN Development Bank (ADB) menyebut platform digital dan perangkat berbasis teknologi lainnya akan memberi peluang pertumbuhan baru bagi segala skala usaha di industri Asia dan Pasifik. Hal itu akan menjadi tren yang berpeluang memberi kontribusi signifikan bagi pemulihan berkelanjutan kawasan tersebut dari pandemi covid-19.

Publikasi ADB Asian Economic Integration Report 2021 menganalisa kemajuan Asia dan Pasifik dalam kerja sama dan integrasi regional, serta mengkaji dampak pandemi terhadap perdagangan, investasi lintas negara, integrasi keuangan, dan pergerakan manusia.

Dalam publikasi itu pula ditampilkan bab khusus mengenai peran dan potensi teknologi digital dalam pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, bagaimana teknologi digital bisa menggerakkan pemulihan pascapandemi di kawasan Asia dan Pasifik, dan cara-cara mempercepat transformasi digital sambil mengelola risikonya secara efektif.

"Selama pandemi, negara-negara di Asia dan Pasifik memanfaatkan kemajuan teknologi dan digitalisasi untuk pemulihan dan terhubung kembali ke perekonomian global. Teknologi membantu terjalinnya kaitan global baru, yang membuka peluang ekonomi yang demikian besar, sekaligus memiliki risiko dan tantangan tersendiri," kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada melalui keterangan resmi, Rabu (10/2).

"Sangat penting untuk menerapkan kebijakan dan peraturan guna mengelola disrupsi dan memaksimalkan manfaat dari ekonomi digital yang terus tumbuh ini, serta menjaga kelangsungan manfaatnya melalui peningkatan kerja sama regional," sambungnya.

Pendapatan dari platform digital yang bersifat bisnis-ke-konsumen mencapai US$3,8 triliun di seluruh dunia pada tahun 2019, dengan 48% di antaranya atau sekitar US$1,8 triliun berasal dari Asia dan Pasifik, setara dengan 6% dari produk domestik bruto kawasan itu.

Angka tersebut diperkirakan meningkat tajam pada 2020 seiring makin banyaknya transaksi bisnis seperti pemesanan ojek dan taksi, pengantaran makanan, dan e-commerce yang bermigrasi ke ruang digital di tengah pembatasan guna menahan laju penyebaran covid-19.

Percepatan transformasi digital berpotensi meningkatkan output, mendorong perdagangan dan usaha, serta membuka lapangan kerja secara global. Menurut laporan tersebut, kenaikan ukuran sektor digital global hingga 20% dapat meningkatkan output global rata-rata sebesar US$4,3 triliun per tahun dari 2021 hingga 2025.

Dalam perhitungan yang sama, Asia dan Pasifik akan meraih dividen ekonomi senilai lebih dari US$1,7 triliun per tahun, atau lebih dari US$8,6 triliun sepanjang lima tahun hingga 2025. Peningkatan penggunaan teknologi digital akan menciptakan sekitar 65 juta pekerjaan baru setiap tahunnya di Asia dan Pasifik hingga 2025, sedangkan perdagangan regional juga diperkirakan akan naik US$1 triliun per tahun sepanjang lima tahun ke depan.

"Pemerintah negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik dapat menggali dan meraih manfaat dari perekonomian digital yang terus berkembang melalui kebijakan dan reformasi guna memajukan infrastruktur dan konektivitas digital, sekaligus akses ke infrastruktur dan konektivitas tersebut," tutur Sawada.

Langkah-langkah tersebut antara lain dengan mendorong persaingan yang adil dan menyempurnakan berbagai proses terkait dengan kemudahan berusaha, serta meningkatkan jaminan kerja, dan perlindungan sosial agar selaras dengan pekerjaan digital. Laporan tersebut juga menekankan perlunya perhatian pada privasi dan keamanan data, perpajakan, kemitraan antara lembaga publik dan swasta, serta kerja sama di tingkat kawasan.

Laporan itu juga mencatat kinerja perdagangan kawasan ini, meski sangat terpukul pada paruh pertama 2020, tampaknya akan pulih lebih cepat dari perkiraan. Pertumbuhan volume perdagangan barang di Asia mencatat angka terburuk yaitu -10,1% (yoy) pada bulan Mei, tetapi perlahan terus membaik dan berada di level positif sejak September 2020.

Aliran investasi secara global dan ke Asia diperkirakan turun lebih dalam lagi pada tahun 2020, setelah sebelumnya mengalami penurunan investasi asing langsung ke Asia hingga 7,7% menjadi senilai US$510,5 miliar pada 2019.

Meski demikian, merger dan akuisisi perusahaan di Asia akhir-akhir ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan, seiring dibukanya kembali beberapa negara dan pembatasan terkait pandemi mulai dilonggarkan. (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya