Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Buka Akses Impor Gula Lebih Luas

Raja Suhud
15/12/2020 14:45
Buka Akses Impor Gula Lebih Luas
gula rafinasi(Antara/Agus Alfian)

KETUA Forum Lintas Asosiasi Industri Pengguna Gula Rafinasi (FLAIPGR) Dwiatmoko Setiono mengaku setuju dengan ide pemerintah untuk mengijinkan pelaku usaha makanan dan minuman (mamin) guna melakukan  importasi gula kristal rafinasi (GKR) bagi kebutuhan industri.

Namun ia mengingatkan bahwa pemberian ijin harus dibuka lebih luas dan tidak hanya berdasarkan keanggotaan pada Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan juga Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI).

"Rencana (berikan ijin impor) itu bagus. Sebab akan membantu UKM untuk mendapatkan bahan baku yang lebih murah. Tapi jangan dibatasi pada segelintir pihak saja. Buka di luar GAPMMI dan  AGRI  juga," kata Dwiatmoko saat dihubungi Selasa (15/12).

Ia mengatakan bahwa langkah importasi sejatinya hanya merupakan tindakan yang terus berulang tanpa memperbaiki akar masalah yakni meningkatkan kesejahteraan di level petani. Pemerintah diharapkan tidak selalu bergelut di problem yang sama tanpa mengambil kebijakan yang berbeda dari kebijakan sebelumnya.

"Idealnya kita beli (bahan baku) gula dari dalam negeri. Tapi hingga saat ini produksi kita tidak bertambah, bahkan cenderung menurun. Ini karena keuntungan petani tidak cukup. Sehingga terus kalah dengan gula dari luar negeri yang lebih murah," tandasnya.

Ke depan, guna mengurai masalah pergulaan ia mengusulkan diambil kebijakan lintas sektoral guna membantu produksi gula lokal. Termasuk menjalankan ketentuan bahwa pabrik gula dalam negeri harus memiliki kebun sendiri. 

Sebelumnya, Gapmmi  meminta dukungan ketersediaan bahan baku gula rafinasi untuk industri guna kelancaran proses produksi industri yang pada triwulan III 2020 berkontribusi 39,51% terhadap produk domestik bruto (PDB) sektor industri pengolahan nonmigas.

"Saat ini, produsen gula rafinasi mengalami kekurangan stok bahan baku gula untuk di produksi menjadi gula rafinasi yang merupakan bahan baku yang penting bagi industri makanan dan minuman,"ujar Ketua Gapmmi Adhi S Lukman melalui keterangan resmi pekan lalu. 

Adhi memaparkan, di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlanjut, perekonomian Indonesia mulai menggeliat bangkit terutama pada sektor industri makanan minuman.

Selain berkontribusi terhadap PDB industri pengolahan, industri makanan minuman juga menyumbang 21,38% untuk ekspor nasional pada rentang Januari hingga September 2020.

Sayangnya, tambah Adhi, pertumbuhan industri makanan minuman saat ini diprediksi akan terganggu dikarenakan kurangnya stok gula rafinasi sebagai bahan baku industri.

Pemerintah melalui Menko Marinves Luhut Pandjaitan pernah mengatakan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan pemberian ijin bagi perusahaan mamin untuk melakukan impor bagi kebutuhan industri. (Ant/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya