Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Segera Selamatkan Kakao Indonesia

Mediaindonesia.com
20/10/2020 16:00
Segera Selamatkan Kakao Indonesia
Segera Selamatkan Kakao Indonesia(DOK DITJENBUN)

Kondisi kakao di hulu sudah kritis. Harus ada tindakan drastis menyelamatkan kakao Indonesia. Kalau perlu dibuat program gernas seperti dulu di mana petani mendapat bantuan pupuk untuk intensifikasi, sedang peremajaan dan perluasan bantuan bibit, pupuk, dan lain-lain. Demikian hasil kunjungan Gamal Nasir, mantan dirjen perkebunan dan pembina beberapa asosiasi petani ke petani kakao di Lampung.

Akhir pekan ini Gamal sengaja berkunjung ke salah satu sentra produksi kakao di Lampung yaitu Kabupaten Tanggamus. Di sana dia diterima oleh Nasrudin ketua POKTAN Sido Rukun Desa Suka Agung. Di lokasi ini ada juga petani kakao dari Kabupaten Pringsewu dan Pesawaran.

Nasrudin, Ketua Kelompok Tani menyatakan rata-rata kakao di wilayahnya sudah berusia di atas 25 tahun. Produktivitasnya sudah rendah sekali.

“Sehingga sejak 4 tahun lalu kami terpaksa melakukan sambung samping untuk menaikkan produksi. Namun keterbatasan keahlian petani membuat tidak semua mampu melakukannya. Banyak yang membiarkan kebunnya terlantar karena sudah tua bahkan ada yang sudah berumur 30 tahun. Selain itu banyak tanaman yang sudah rusak,” kata Nasrudin.

“Banyak petani sudah menebang tanaman kakaonya dan diganti dengan pepaya dan pisang. Kami juga kalau terus seperti ini akan lama-lama akan ikut menebang,” katanya.

Petani sangat membutuhkan bantuan pupuk karena pupuk khusus kakao sulit dicari. Tanaman tua produktivitasnya rendah sehingga perlu peremajaan baik dengan cara sambung samping atau sambung pucuk.

Gamal Nasir dalam kesempatan itu berdiskusi dan ramah tamah dengan 5 kelompok tani yang hadir. Gamal mendengarkan semua keluhan dan kesulitan yang dialami petani, terlebih sulitnya mendapatkan pupuk. Setelah melihat semua itu Gamal minta pemerintah segera melakukan sesuatu.

“Indonesia sudah darurat kakao. Hal ini bisa ditunjukkan dengan produksi biji kakao yang semakin menurun dan impor yang semakin besar. Indonesia pernah menduduki posisi nomor 3 di dunia sebagai penghasil biji kakao tetapi sekarang turun jadi nomor 6. Jangan biarkan semakin turun. Program seperti gernas kakao harus dilakukan lagi,” kata Gamal.

Petani kakao di sentra-sentra produksi harus dibantu. Indonesia punya potensi besar sebagai produsen biji kakao terbesar di dunia. Harus ada upaya ke arah sana. Industri pengolahan juga sedang berkembang sehingga perlu bahan baku. (RO/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya