Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
POTENSI ekonomi dan keuangan syariah amat besar bila dapat diintegrasikan dengan digitalisasi. Menurut Deputi Gubernur Bank Indoensia (BI) Sugeng, melalui digitalisasi pula definisi sempit dari ekonomi dan keuangan syariah menjadi lebih luas.
Pengeluaran konsumsi dunia di sektor ekonomi dan keuangan syariah saat ini telah meliputi rantai nilai halal islam, rekreasi islami, pariwisata islami, apotek, kosmetik halal, keuangan sosial dan komersial.
“Pengeluaran yang sangat besar di berbagai sektor ekonomi dan keuangan Islam tersebut, jika diintegrasikan dengan digitalisasi, akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru,” ujarnya saat memberi sambutan dalam diskusi daring, Kamis (29/10).
Sugeng bilang, banyak negara yang bukan mayoritas muslim saat ini mengembangkan potensi dari ekonomi dan keuangan syariah. Thailand dan Korea Selatan misalnya, meletakkan perhatian yang luar biasa besar pada pengembangan pariwisata ramah muslim.
Thailand mendeklarasikan diri menjadi negara dapur halal dunia dan Korea Selatan menyatakan diri sebagai negara tujuan wisata ramah muslim dunia. Pun demikian dengan Tiongkok yang telah fokus pada pengembangan fesyen muslim dan memasarkannya melalui digitalisasi.
Baca juga : Bank Sentral Jual Emas Pertama Kali sejak 2010
Merujuk laporan State of Global Islamic Economic Report 2019-2020, belanja konsumsi ekonomi islam dunia di berbagai sektor diperkirakan mencapai lebih dari US$3 triliun pada 2024. Ankga itu meningkat 45% dari US$2,2 triliun di 2018. Dus, seluruh negara di dunia seharusnya memanfaatkan momentum tersebut untuk menyokong pertumbuhan ekonomi global.
Sugeng menambahkan, Indonesia memiliki visi besar untuk menjadi negara maju di 2045. Salah satu sokongannya diharapkan berasal dari ekonomi dan keuangan syariah yang terintegrasi dengan digitalisasi. Apalagi, potensi Tanah Air untuk mendorong ekonomi dan keuangan syariah melalui digitalisasi cukup besar.
Itu terlihat dari 28 ribu pesantren yang memiliki lebih dari 2 juta santri. Belum lagi 60% penduduk Indonesia merupakan generasi milenial yang cakap menggunakan teknologi digital dan memiliki banyak ide inovatif.
Dari segi aksesibilitas, sekitar 133% penduduk Indonesia memiliki telepon genggam, artinya 1 orang dapat memiliki lebih dari 1 telepon genggam. Terdapat pula 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, 163 BPR syariah, dan 4.500 lembaga keuangan mikro syariah di seluruh Indonesia.
“Dengan ini, dari sudut pandang Indonesia, kami yakin bahwa digitalisasi dan ekonomi dan keuangan Islam akan memainkan peran besar untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk menjadi negara maju, Indonesia Maju, pada tahun 2045,” pungkas Sugeng. (OL-2)
Transformasi digital di sektor keuangan Indonesia berkembang begitu pesat. Itu ditandai dengan adopsi teknologi pada sistem pembayaran yang semakin meningkat.
Indonesia Emas 2045, sebuah visi besar untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan nasional, menempatkan ekonomi digital sebagai salah satu pilar utama.
Perkembangan teknologi di era digital ini semakin pesat dan telah menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satunya yakni transformasi di bidang perekonomian dan keuangan.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dan permintaan konsumen yang semakin beragam menyebabkan model layanan keuangan tradisional sudah tidak relevan bagi konsumen
Kreator digital di Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk budaya online dan menggerakkan ekonomi kreatif.
Peeba Indonesia sebagai sebuah platform grosir digital, mengeksplorasi bagaimana tantangan-tantangan yang dialami para pemilik merk dapat dijawab dengan teknologi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved