Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
Pasar keuangan diprediksi masih akan menghadapi volatilitas yang tinggi, pengaruh dari risiko geopolitik yakni pemilihan presiden Amerika Serikat pada November mendatang, eskalasi tensi hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok dan Brexit di akhir tahun 2020.
Selain itu pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 yang kemungkinan masih akan terkontraksi seperti yang disampaikan oleh Menteri Keuangan RI akhir September lalu.
Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya menjelaskan, langkah yang paling bijak yang dapat dilakukan investor untuk tetap berinvestasi pada situasi seperti ini adalah memastikan bahwa portfolio investasi telah terdiversifikasi dengan baik sesuai dengan profil risiko masing-masing.
"Di tengah ketidakpastian yang tinggi, diversifkasi portofolio investasi dapat menurunkan risiko terhadap investasi,” ujar Ivan, melalui rilis yang diterima, Kamis (8/10).
Ivan menjelaskan, agar dapat berinvestasi dengan nyaman terutama saat pergerakan market bergerak secara volatile, untuk investor yang memiliki profil risiko balanced/berimbang, porsi diversifikasi investasi yang bijak untuk diterapkan adalah di kelas aset saham dan kelas aset pendapatan tetap/obligasi.
Untuk kelas aset saham, lanjut Ivan, investor dapat fokus pada reksa dana dengan strategi investasi big cap/saham berkapitalisasi besar. Underlying dari reksa dana ini umumnya akan lebih baik menghadapi goncangan pergerakan market.
Selain itu, untuk investor dengan profil risiko moderate dapat menempatkan investasinya dengan porsi di reksa dana saham 15%, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi 30%, dan reksa dana pasar uang 55%.
Investor dengan profil risiko growth dapat menempatkan investasinya dengan porsi di reksa dana saham 60%, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi 20%, dan reksa dana pasar uang 20%.
"Instrumen investasi yang saat ini menarik untuk dilirik adalah obligasi pemerintah yang baru diluncurkan Kementerian Keuangan, ORI018. Pasar obligasi Indonesia saat ini menawarkan tingkat real yield yang cukup atraktif yakni di sekitar 5,5%," kata Ivan.
Besaran itu dia nilai cukup atraktif jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya seperti Thailand di sekitar 1,9% dan Malaysia di kisaran 4,0%.
Obligasi, yang merupakan surat utang yang berisi janji dari penerbit surat utang untuk membayar sejumlah imbalan berupa bunga dalam suatu periode tertentu dan akan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pembeli surat utang tersebut, memberikan tiga keuntungan bagi investor.
Pertama, investor akan mendapatkan kupon secara berkala, yang tingkat kuponnya biasanya lebih tinggi dari bunga deposito. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kupon seperti kredibilitas penerbit, jangka waktu obligasi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga acuan, dan sebagainya.
Kedua, berpotensi memperoleh capital gain, jika obligasi tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Ketiga, risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen saham.
Harga obligasi di pasar sekunder cenderung memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan instrumen saham. Bahkan untuk obligasi yang diterbitkan pemerintah para pelaku pasar sepakat bahwa instrumen tersebut merupakan instrumen yang bebas risiko alias risk free.
“Obligasi negara dengan tenor pendek menjadi pilihan yang menarik karena relatif tidak mengalami volatilitas,” kata Ivan. (E-1)
Pemerintah Indonesia untuk pertama kalinya menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang asing Australian Dollar (AUD) (Kangaroo Bond) sebesar AU$ 800 Juta.
Pada paruh pertama 2025, WIFI berhasil melaksanakan dua aksi korporasi utama yakni penerbitan obligasi senilai Rp2,5 triliun.
Obligasi tersebut merupakan hasil dari Penawaran Umum Berkelanjutan yang diterbitkan pada tahun 2022 dengan tenor tiga tahun dan kupon sebesar 9,5% per tahun.
Bank Mandiri Taspen menjadikan penerbitan obligasi sebagai strategi dalam memperkuat struktur pendanaannya, sekaligus dukungan terhadap pertumbuhan sektor riil.
BNI mengumumkan rencana penerbitan obligasi berlandaskan keberlanjutan (Sustainability Bond) Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2025, dengan nilai maksimal Rp5 triliun.
ISRAEL menjual surat utang dalam jumlah rekor di Amerika Serikat (AS) sejak perangnya di Jalur Gaza, Palestina, meletus pada 7 Oktober 2023. Ini menurut laporan Bloomberg pada Jumat (6/6).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved