Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Indonesia Alami Deflasi Tiga Bulan Berturut-Turut

M Ilham Ramadhan
01/10/2020 12:15
Indonesia Alami Deflasi Tiga Bulan Berturut-Turut
Kepala BPS Suhariyanto(MI/Adam Dwi)

BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi pada September 2020 di level 0,05%. 

Dengan demikian terjadi deflasi selama triwulan III 2020 setelah pada Juli terjadi deflasi sebesar 0,10% dan Agustus 0,05%. Hasilnya, tingkat inflasi dari tahun kalender berada di angka 0,89% dan bila dilihat secara tahunan (year on year) tingkat inflasi berada di level 1,42%.

Deflasi yang terjadi pada September 2020 terjadi lantaran adanya penurunan harga berbagai komoditas di tiap wilayah Tanah Air. Kepala BPS Suhariyanto menuturkan, pihaknya melakukan pemantauan di 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) dan mendapati 56 kota mengalami deflasi sementara 34 kota lainnya mengalami inflasi.

“Deflasi tertinggi terjadi di Timika, di mana deflasinya mencapai 0,83% sementara deflasi terendah terjadi di 3 kota yaitu, Bukit Tinggi, Jember dan Singkawang yang masing-masing deflasinya 0,01%. Sebaliknya inflasi tertinggi terjadi di Gunung Sitoli, di mana inflasinya adalah 1% sementara inflasi terendah terjadi di 2 kota yaitu Pontianak dan Pekanbaru yang masing-masing inflasinya sebesar 0,01%,” terang dia.

Suhariyanto memerinci, deflasi pada September 2020 terjadi lantaran ada 4 kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,37%, pakaian dan alas kaki deflasi 0,01%, transportasi 0,33% dan informasi, komunikasi dan jasa keuangan deflasi 0,01%.

“Makanan, minuman dan tembakau sumbangannya pada deflasi September ini adalah 0,09%. Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil pada deflasi, pertama adalah terjadinya penurunan harga daging ayam ras dan juga telor ayam ras, masing-masing komoditas ini menyumbang deflasi sebesar 0,04%,” jelas Suhariyanto.

Di kelompok pengeluaran transportasi, sambung dia, memberikan andil pada deflasi September 2020 sebesar 0,04%. Komoditas yang dominan memberi andil pada deflasi yakni tarif angkutan udara yang terjadi di 40 kota IHK. Di Pangkal Pinang misalnya, penurunan tarif angkutan udara mencapai 18%.

Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yakni kelompok pengeluaran pendidikan 0,62%, diikuti perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,25% dan perlengkapan peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga inflasi 0,15%.

“Kelompok pengeluaran pendidikan memberikan andil sebesar 0,03%. Ini terjadi karena kenaikan uang kuliah untuk akademi atau perguruan tinggi yang memberi andil pada inflasi sebesar 0,03%. Kalau dilihat, kenaikan harga uang kuliah ini terjadi di 19 kota IHK,” jelas Suhariyanto.

Lalu, kelompok pengeluaran pewatan pribadi dan jasa lainnya memberikan andil pada inflasi sebesar 0,02%. Komoditas yang dominan memberi andil, kata Suhariyanto, ialah naiknya harga emas perhiasan sebesar 0,01%.

Adapun berdasarkan komponennya, yang menjadi penyebab utama terjadi deflasi pada September 2020 ialah karena harga barang bergejolak dan harga yang diatur pemerintah menglami deflasi masing-masing 0,60% dan 0,19%. Sedangkan pada komponen inti terjadi inflasi sebesar 0,13% karena naiknya harga kuliah dan naiknya harga emas perhiasan.

“Harga barang bergejolak deflasinya cukup dalam, dan sumbangannya pada deflasi 0,10% di mana banyak komoditas yang mengalami penurunan harga dan menunjukkan bahwa pasokan cukup, tetapi daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan dari pergerakkan inflasi inti,” pungkas Suhariyanto. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya