Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SETELAH usainya masa penambangan terbuka pada akhir tahun lalu, PT Freeport Indonesia (PTFI) kini memasuki babak baru dengan metode penambangan bawah tanah. Metode ini jauh lebih kompleks dan memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan sebelumnya bila tidak di-manage dengan baik.
Namun, PTFI percaya mereka mampu untuk mengoperasikan penambangan bawah tanah dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) serta teknologi modern yang mumpuni.
Keputusan mengganti metode penambangan diambil bukan karena cadangan mineral yang sudah habis, namun lebih karena faktor keamanan dan efisiensi dalam penambangan.
“Jadi bukan karena cadangannya yang hilang, tetapi opening tambang yang kita buka sudah terlalu besar dan dalam, sehingga tidak efisien lagi dan meningkatkan ketidakamanan dalam bekerja akibat sudah terlalu sempit,” terang Kepala Teknik Tambang PTFI, Zulkifli Lambali dalam acara The Nation di Metro Tv.
Kepala Teknik Tambang PTFI, Zulkifli Lambali.
Zulkifli menuturkan, keputusan untuk menggunakan metode penggalian bawah tanah bukan tanpa efek samping. Salah satu yang terlihat adalah berkurangnya angka produksi PTFI selama masa transisi dari yang sebelumnya 200 ribu ton per hari saat penambangan open pit.
Ia pun menjelaskan PTFI saat ini memiliki empat tambang bawah tanah yang sudah dioperasikan. Pertama adalah tambang DOZ yang sudah operasional sejak lama, Tambang DMLZ, Big Gossam serta Grasberg Block Cave (GBC) yang merupakan tambang di bawah open pit Grasberg.
Di sisi lain, penambangan bawah tanah pun memberikan tantangan baru bagi para penambang. Misalnya bencana longsor, gas beracun hingga gempa bumi menjadi ancaman serius bila dilakukan asal-asalan.
“Bisa dibayangkan tiba-tiba kita mengambil ore kemudian keluar lumpur basah hingga 100 meter dan menutup terowongan, kalau tidak hati-hati dan tidak dengan benar orang bisa tertimbun,” terang Zulkifli.
Untuk memitigasi risiko, PTFI menggunakan berbagai teknologi canggih. Misalnya untuk gempa bumi, PTFI memasang sistem pemantauan getaran seismik, yang bila melebihi tracehold 1,3 magnitude akan ada perintah evakuasi pekerja.
Hal lainnya adalah pentingnya management air dalam tambang. Zulkifli pun menyebut, air di tambang bawah tanah layaknya kawan sekaligus lawan bila tidak dikontrol dengan baik. Ia mencontohkan, bila ditemukan banyak air di dalam celah-celah batu, dan kadang kala air yang begitu banyak, perlu penanganan khusus.
Pasalnya, area penambangan akan dipenuhi lumpur yang membahayakan. Arus air yang terlalu besar dapat menimbulkan banjir dan dapat menutup terowongan yang memang ukurannya tidak besar.
Meski begitu Zulkifli menegaskan air juga menjadi salah satu kebutuhan utama dalam memproses ore (bijih batu hasil tambang) di pertambangan. Misalnya untuk kegiatan di mill (tempat pengolahan) yang membutuhkan air sangat besar, sehingga semua air yang ada di dalam tambang tidak dapat dibuang melainkan dialirkan ke lokasi lain seperti mill.
Teknologi terkini
PTFI pun telah menggunakan teknologi terkini untuk mengurangi risiko kerja. Misalnya, untuk penambangan bawah tanah di GBC yang merupakan tambang paling modern saat ini yang tidak lagi menggunakan truk untuk mengangkut ore ke gyratory crusher (tempat penghancuran) untuk mengecilkan ukuran ore. Namun, PTFI menggunakan kereta listrik tanpa awak yang dikendalikan jarak jauh oleh operator di luar area pertambangan bawah tanah.
Sistem ini disebut sistem loader dengan kendali jarak jauh dan autonomus divice yang bergerak secara loops (melingkar) sekitar 27 km. Sistem autonomus divice digunakan di tambang DOZ, GBC dan DMLZ yang salah satunya guna menghindari bahaya lumpur basah.
Pengawas Produksi DOZ PTFI, Parningotan Siburian menjelaskan dalam alur sistem pembawaan material pertama dengan menggunakan loader remote mengontrol alat pengeruk sebagaimana umumnya. Dengan panjang hingga 12 meter, kendaraan beroda empat memiliki bucket di ujungnya. “Loader ini akan mengeruk material tambang yang kita runtuhkan dari atas kemudian akan mentransportasikan materi tambang tadi ke tahapan berikutnya,” terang Parningotan.
Dalam operasinya dikontrol dengan beberapa seri jalur komunikasi seperti fiber optik yang terhubung hingga ke underground. Sistemnya sendiri akan berkomunikasi dengan sinyal wifi layaknya yang ada di rumah untuk memerintahkan maju atau mundur.
Dalam kaitan penggunaan teknologi dalam pertambangan, Kepala Perawatan Operasional PTFI Carl Tauran, mengungkapkan pihaknya belajar banyak dengan tambang DOZ. Karenanya nanti tambang DMLZ akan seperti DOZ namun dengan jumlah produksi yang lebih besar.
Misalnya untuk DOZ target produksinya sekitar 20.000 ton, sedangkan di DMLZ nantinya akan 80.000 ton dan dalam bentuk basah. Begitu juga untuk di tambang GBC yang produksinya akan 130.000 dengan bentuk basah. Untuk mendukung hal tersebut pemanfaatan teknologi autonomus menjadi sentral.
Carl pun menjelaskan untuk meminimalisir gangguan kerusakan mesin dan kendaraan operasional, ia membuat sistem kerja untuk pemilahan seluruh peralatan pertambangan. Ia menuturkan setiap tambang memiliki workshopnya sendiri-sendiri.
Misalnya untuk tambang DOZ memiliki tiga workshop dan di tambang Big Gossam terdapat satu workshop, dan di DMLZ dua workshop, serta di tambang GBC dua workshop. Selain itu, di luar area tambang bawah tanah pihaknya memiliki fasilitas Tera dan Mega Taswa untuk mensuport seluruh aktivitas yang ada di tambang bawah tanah.
Manajemen kecelakaan kerja
Dengan penggunaan sistem kendali jarak jauh dapat dipastikan kecelakaan kerja saat penambangan langsung dapat dihindarkan maupun diminimalisir. Terbukti angka kecelakaan kerja semakin menurun dari tahun ke tahun.
“Secara statistik kecelakaan kita itu dalam 2-3 tahun terakhir tren menurun. Kalau dilihat kita tidak bisa bergantung kepada hal-hal yang bersifat statistik. Tetapi kita juga melihat bagaimana kita mengelola pekerjaan-pekerjaan kritis kita sehingga bisa mengeliminasi akibat kecelakaan yang berakibat kematian di tempat kerja,” terang Henky Rumbino, Kepala Kesehatan dan Keselamatan Kerja PTFI.
Henky pun menerangkan bila terjadi kecelakaan kerja sebagaimana peraturan pemerintah, pihaknya berprinsip untuk menghentikan dahulu pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pelaporan ke inspektur tambang dan nantinya diambil keputusan apakah dapat melanjutkan pekerjaan setelah mengambil data data yang diperlukan untuk proses investigasi.
Dalam kaitan sumber daya manusia (SDM), Carl mengungkapkan untuk divisi engineering yang ia kelola 100% berasal dari Indonesia, di dalamnya terdapat orang Papua dan dari wilayah Indonesia lainnya.
Sedangkan untuk tenaga asing lebih berperan sebagai tenaga troubleshooter (pemecah masalah) yang langsung menangani permasalahan. Dari model kerja itu para engineer Indonesia dapat langsung belajar dari tenaga asing berdasarkan permasalahan di lapangan.
Ia pun menyebut dalam pembinaan SDM memang butuh proses dan waktu. Namun sejauh perjalanan saat ini, dengan produksi yang baik hal-hal tersebut tidak menjadi persoalan.
“Bagi saya tantangannya adalah bagaimana kita bisa merangkul semuanya dengan kelebihan dan kekuarangnya masing masing sehingga menjadi satu tim,” terang Carl.
Terkait dengan pengembangan SDM ini pun pekerja PTFI memiliki mimpi yang besar untuk di masa depan. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Zulkifli yang berharap PTFI akan menghasilkan SDM berkualitas yang mampu membuat Indonesia mandiri di sektor pertambangan.
“PTFI bisa menghasilkan orang-orang yang punya skill yang cukup dan pengalaman yang cukup sehingga bisa menjadi orang Indonesia yang membangun tambangnya sendiri dan tidak tergantung tenaga skill maupun barang dari luar,” terang Zulkifli. (Dro/S1-25)
MENTERI Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengatakan, upaya pembangunan dan pelestarian alam bisa dijalankan dengan bersamaan dan bertanggung jawab.
Dirketur Utama Antam Achmad Ardianto berkomitmen membawa perseroan untuk tumbuh sebagai global key player dalam industri pertambangan yang berkelanjutan.
KOMNAS HAM menilai penambangan nikel di enam pulau di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, seharusnya tidak dilakukan. Mengingat, keenam pulau tersebut berada di pulau kecil.
KETUA Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Anis Hidayah mengatakan aktivitas tambang nikel Raja Ampat, Papua, telah menimbulkan pelanggaran HAM.
KETUA Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas, mengatakan Raja Ampat kaya akan keanekaragaman hayati darat maupun laut dan banyak di antaranya bersifat endemik.
MedcoEnergi memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam transisi energi di kawasan Asia Tenggara melalui pengembangan portofolio yang terdiversifikasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved