Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Isu Gelombang Kedua Korona & Reshuffle akan Pengaruhi Rupiah

Hilda Julaika
05/7/2020 16:29
Isu Gelombang Kedua Korona & Reshuffle akan Pengaruhi Rupiah
Ilustrasi nilai tukar rupiah(Ilustrasi)

EKONOM Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memprediksi rupiah akan mengalami tren pelemahan kembali seiring berlanjutnya pembagian dividen dari emiten. Kondisi ini merupakan situasi musiman di kuartal II dan III di mana setelah emiten membagikan dividen ada transfer uang milik investor ke negara asalnya.

Selain itu, sentimen negatif yang masih konsisten menghantui rupiah hingga kini adalah adanya gelombang kedua covid-19. Menurutnya, rupiah di pekan depan akan berada di kisaran Rp14.570-Rp14.640 per dollar AS.

"Perkiraan rupiah akan melanjutkan pelemahan pada sesi perdagangan pekan depan. Perkiraan rupiah dikisaran Rp14.570-Rp14.640," prediksinya kepada Media Indonesia, Minggu (5/7).

Lebih rinci Bhima menjelaskan, kekhawatiran gelombang kedua pandemi covid-19 dan ditutupnya kembali beberapa kota di Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa prospek pemulihan global masih lambat. Sehingga secara global masih diliputi sentimen negatif.

Baca juga : Pelonggaran PSBB, Stimulus Himbara Bantu Bisnis Pulih Kembali

"Ini berimbas pada apetite investor masuk ke emerging market. Proyeksi ekonomi Argentina yang minus 12% di 2020 menambah kekhawatiran terkait krisis pandemi berujung krisis utang negara berkembang," ungkapnya.

Selain itu, pasar masih mengamati isu reshuffle kabinet yang terus menjadi bola liar yang ditunggu oleh para pelaku pasar. Menurutnya, jika terjadi keputusan pergantian menteri di tim ekonomi akan menjadi sentimen yang positif. Sebaliknya jika isu reshuffle tidak segera di eksekusi akan banyak yang cenderung wait and see.

Ia melihat pasar kecewa dengan stimulus ekonomi yang realisasinya hingga kini masih sangat rendah. Padahal secara nominal jumlah stimulus justru terus naik hingga di atas Rp690 triliun.

"Jadi karena kekecewaan realisasi stimulus ini. Pasar masih wait and see keputusan reshuffle pemerintah yang akan menjadi sentimen positif," pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya