Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
BANK Indonesia (BI) telah mengeluarkan laporan triwulan 1 2020. Menurut Kepala Departemen Komunikasi Onny Widjanarko, pandemi covid-19 ini memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik.
Ekonomi Indonesia triwulan I 2020 tumbuh 2,97% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,97% (yoy).
Penurunan ini terutama berasal dari melambatnya sektor jasa, khususnya pariwisata, konsumsi nonmakanan, dan investasi. Dengan sektor yang paling terdampak terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan subsektor transportasi.
“Pandemi covid-19 yang meluas ke seluruh dunia menekan perekonomian global, termasuk Indonesia. Ekonomi global diprakirakan kontraksi, sementara pertumbuhan ekonomi domestik diprakirakan melambat,” ujar Onny melalui keterangan resminya, Jumat (29/5).
Sementara itu, menurutnya ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia dinilai tetap baik. Hal itu tercermin dari defisit transaksi berjalan triwulan I 2020 yang menurun menjadi 1,4% PDB dari 2,8% PDB pada triwulan IV-2019 dan cadangan devisa yang tetap besar.
Nilai tukar Rupiah, kembali menguat April 2020 seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan terjaganya kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia.
Selain itu, inflasi tetap rendah dan diklaim tetap bisa mendukung stabilitas perekonomian. Termasuk didukung dengan kondisi likuiditas perbankan tetap memadai dan mendukung berlanjutnya penurunan suku bunga. Selanjutnya stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, kendati potensi risiko meluasnya penyebaran pandemi covid-19 perlu terus diantisipasi.
Baca juga: OJK: Bulan Mei Sektor Keuangan Tetap Terjaga di Tengah Pandemi
Atas situasi ini, BI akan menempuh berbagai respons kebijakan guna memitigasi risiko dampak covid-19 terhadap perekonomian. Bank sentral Indonesia ini berupaya untuk memperkuat seluruh instrumen bauran kebijakan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi, mendukung stabilitas sistem keuangan.
“Serta pada saat yang sama mencegah penurunan kegiatan ekonomi lebih lanjut dengan berkoordinasi erat dengan Pemerintah. OJK, LPS dan otoritas terkait lain,”pungkasnya.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi dunia triwulan I 2020 di banyak negara menurun tajam sejalan meluasnya pandemi ini. Pertumbuhan ekonomi seperti di Tiongkok, Eropa, Jepang, Singapura, dan Filipina mengalami kontraksi pada triwulan I 2020, sementara pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) turun dalam menjadi 0,3%.
Risiko resesi ekonomi global pada April 2020 tetap besar tercemin pada kontraksi berbagai indikator dini seperti kinerja sektor manufaktur dan jasa serta keyakinan konsumen dan bisnis. (A-2)
LAPORAN Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta mencatat inflasi sebesar 0,13% pada Juni 2025 dibanding bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat laju inflasi pada Juni 2025 di wilayah ini sebesar 0,23% (month-to-month - mtm).
INFLASI bulanan pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,19%, ditandai dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,07 pada Mei menjadi 108,27.
Pada pertengahan Juni 2025, harga beras di beberapa pasar tradisional Kabupaten Deli Serdang naik hingga 3,4% dibanding bulan sebelumnya.
Reorientasi belanja daerah sebagai bantalan fiskal yang tangguh dapat menjadi strategi lain guna mengendalikan inflasi daerah.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
nilai tukar rupiah ditutup menguat ke level (bid) Rp16.390 per dolar AS Kamis (19/6), meskipun demikian imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara dengan tenor 10 tahun naik
Apindo merespons Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,50%, tingginya suku bunga disebut menjadi penghambat lapangan kerja
Dari dana sebesar US$22,9 miliar itu, sebanyak US$7,6 miliar ditempatkan di rekening umum valuta asing (valas).
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved