Berkaca dari Histori, BI Prediksi Capital Inflow Rp 229 Triliun

M. Ilham Ramadhan Avisena
30/4/2020 17:50
Berkaca dari Histori, BI Prediksi Capital Inflow Rp 229 Triliun
Foto udara wilayah Ibu Kota di tengah penerapan PSBB.(Antara/Nova Wahyudi)

GUBERNUR Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan periode arus modal masuk (capital inflow) dan arus modal keluar (capital outflow) di Indonesia dapat dilihat dari pola data historis.

Menurut Perry, pada akhirnya pola pergerakan arus modal asing ke Indonesia akan berimplikasi pada penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) dan penguatan nilai tukar rupiah.

"Kalau kita lihat rujukan. Kita lihat angka-angka dari 2011 sampai sekarang, rata-rata periode outflow selama 4 bulan, tidak lebih dari 4 itu. Jumlah yang outflow berapa? Sekitar Rp 29,2 triliun," papar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Kamis (30/4).

Baca juga: Bappenas: 2021, Titik Pemulihan Ekonomi dan Sosial Pascapandemi

"Tapi setelah outflow, apa yang terjadi? Ada periode inflow. Berapa lama? 21 bulan. Jumlah yang inflow ke SBN berapa? Rp 229 triliun. Jadi maksud saya, memang kita berat saat ini. Tapi jangan terlalu pesimistis. Liat angka-angka historis," sambung Perry.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan kondisi pasar modal di negara berkembang masih bergejolak. Hal itu berdampak pada cadangan devisa di Bank Indonesia yang mengering, serta melemahnya nilai tukar rupiah.

Baca juga: Khawatir NPL Naik, Banyak Investor Lepas Saham Perbankan

"Capital flow masih jadi satu faktor yang menyebabkan ketidakpastian dan gejolak yang harus kita jaga bersama. BI tentu yang paling depan, karena ini langsung berimbas pada nilai tukar rupiah dan cadangan devisa. Namun ini juga memengaruhi SBN dan penerimaan negara," jelas Ani, sapaan akrabnya.

Belum lagi, lanjut dia, pandemi covid-19 menyebabkan banyak pemodal khawatir dan mulai bertindak irasional. Pasalnya, modal asing yang tercatat dalam SBN keluar hingga Rp 120 triliun per Maret.

"Memang Maret kemarin sangat menantang. Kepanikan akibat covid-19 menyebabkan terjadinya hal yang irasional pada sektor keuangan," tandas Ani.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya