Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Membuka Pasar Baru Jadi Harga Mati

Andhika Prasetyo
21/8/2019 15:55
Membuka Pasar Baru Jadi Harga Mati
Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo (tengah) berbincang dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita(Dok. Kemendag)

MENGGARAP pasar baru di tengah perang dagang dan kondisi perekonomian global yang tidak menentu adalah sebuah harga mati.

Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada mitra-mitra dagang lama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang atau Uni Eropa yang selama ini menjadi mitra dagang terbesar dan utama.

Indonesia harus mulai mengembangkan jaringan ke pasar-pasar baru yang memiliki potensi kuat tetapi masih terpendam. Salah satunya adalah Afrika.

Pangsa pasar produk-produk Indonesia di kawasan tersebut masih sangat minim. Padahal, terdapat 1,2 miliar penduduk di sana yang membutuhkan berbagai barang-barang yang bisa diproduksi perusahaan-perusahaan Tanah Air.

"Ini yang sedang kita upayakan sekarang, diversifikasi partner. Itu adalah keharusan," ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo di Nusa Dua, Bali, Rabu (21/8).

Baca juga: Ambisi Indonesia Penetrasi Pasar Afrika

Ia menjelaskan, terlalu menggantungkan diri kepada mitra tradisional adalah hal yang tidak sehat. Pasalnya, jika suatu saat mitra tersebut melakukan manuver, menghentikan pembelian produk dari Tanah Air, Indonesia jelas akan kelimpungan.

"Istilahnya kita mati angin. Tidak bisa kemana-kemana, tidak bisa apa-apa," tuturnya.

Maka dari itu, lanjut Iman, Indonesia harus mengamankan pasar-pasar lain yang belum banyak tersentuh.

Memang, merangsek ke negara-negara baru tentu bukan perkara mudah. Pemerintah harus mengidentifikasi dari awal, apa yang bisa dikerjasamakan antarnegara. Hasilnya pun tidak akan bisa langsung dirasakan secara instan.

"Kita bisa lihat Tiongkok. Mereka masuk ke Afrika itu sudah 15 tahun lalu. Sekarang, ketika mereka perang dagang dengan Amerika, perekonomian mereka masih bisa berlanjut karena banyak pasar lain," jelasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya