Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Produksi Naik, PT Timah Bidik Kuasai Pasar Dunia

Rendy Ferdiansyah
26/7/2019 09:50
Produksi Naik, PT Timah Bidik Kuasai Pasar Dunia
Direktur Utama PT Timah Tbk M Riza Pahlevi(ANTARA/Ismar Patrizki)

Di tengah perlambatan ekonomi global akibat perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat, PT Timah tetap mampu membukukan catatan positif. Pada kuartal I-2019 perusahaan berkode emiten TINS ini berhasil melampaui target, baik dari sisi produksi maupun penjualan.

Direktur Utama PT Timah Tbk M Riza Pahlevi Tabrani mengatakan sepanjang periode awal 2019, pihaknya mampu meningkatkan produksi hingga kisaran di atas 20 ribu ton bijih timah.

"Artinya, pada 2019 ini rata-rata produksi bijih timah TINS membaik dari tahun lalu dengan pencapaian hingga 7.000 ton stannum (Sn)/bulan," kata Riza dalam rilis yang dikeluarkan PT Timah, kemarin.

Dia menambahkan, dari sisi penjualan, anggota Indeks Kompas 100 ini sukses meningkatkan volumenya sebesar 12.590 metrik ton atau rata-rata 4.200 metrik ton per bulan. Tak mengherankan jika Riza optimistis PT Timah dapat mencapai rencana pemenuhan pangsa pasar Indonesia dalam ekspor timah dunia sebesar 60 ribu metrik ton, bahkan lebih besar dari itu.

Dia menambahkan bahwa perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia itu tidak memengaruhi harga timah. Harga komoditas ini masih terjaga di level yang wajar.

Faktor lain yang mendorong membaiknya penjualan PT Timah ialah kondisi ekonomi makro dari negara-negara berkembang yang memiliki banyak industri elektronik, yang merupakan salah satu sektor pengguna timah terbesar.

"Jadi, tingkat permintaan timah pada tahun ini akan tetap mengalami pertumbuhan," ujar Riza.

Berdasarkan data dari US Geological Survey pada 2017, cadangan mineral timah Indonesia berada pada peringkat kedua dari total cadangan dunia. Itu artinya, Indonesia berpotensi besar untuk mengisi pasar timah dunia.

Di sisi lain, produsen timah mendesak pemerintah untuk mengatur data pasokan cadangan timah sehingga industri dapat mengelola penawaran dan harga dengan lebih efektif. Hal itu penting untuk meningkatkan intervensi yang besar dan bermanfaat bagi pasar timah

"Jika ada kelebihan pasokan, lebih baik menyisihkannya sebagai status cadangan," ujar Sekertaris Jenderal Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) Jabin Sufianto.

Kuota Freeport

Sementara itu, dari sektor pertambangan tembaga, PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini tengah mengajukan tambahan kuota produksi konsentrat tembaga menjadi 200 ribu-300 ribu ton per bulan.

Direktur Jenderal Minerba Bambang Gatot Ariyono mengatakan volume yang diusulkan tersebut merupakan optimalisasi tambang Grasberg. "Sedang dalam proses," ujarnya di Jakarta, kemarin, yang dikutip Medcom.id.

Selain mengajukan tambahan produksi, Freeport juga mengajukan tambahan kuota ekspor. Menurut Bambang, besarannya sama seperti penambahan kuota produksi.

Tahun ini, Freeport melakukan transisi kegiatan pertambangan dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah. Transisi itu diperkirakan membuat produksi perusahaan turun.

Produksi bijih atau ore tembaga PTFI pada 2019 akan merosot hingga sekitar 50% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada tahun lalu rata-rata produksi ore harian PTFI mencapai 182 ribu ton bijih, dan pada 2019 diperkirakan 90 ribu-100 ribu ton.

Adapun untuk produksi konsentrat direncanakan mencapai 1,3 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 1 juta ton akan dipasok ke dalam negeri, yakni untuk PT Smelting Gresik, sedangkan sisanya akan diekspor. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya