Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Pengusaha Keluhkan Ekspor Produk Jadi Terkendala Tarif Tinggi

Andhika Prasetyo
09/7/2019 22:24
Pengusaha Keluhkan Ekspor Produk Jadi Terkendala Tarif Tinggi
Aktivitas bongkar-muat di pelabuhan Tanjung Priok(Antara/Dhemas Reviyanto)

DIREKTUR Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono mengungkapkan mengekspor produk jadi yang sudah dalam kemasan selama ini memiliki tantangan tersendiri.

Biasanya, ketika sampai di negara tujuan, komoditas tersebut dikenai biaya lebih tinggi. Sama seperti di Indonesia, hal tersebut dilakukan demi membatasi permintaan barang konsumsi.

Ia mencontohkan minyak goreng yang merupakan produk hilir dari minyak sawit mentah (crude palm oil (CPO).

Baca juga : Produk Makanan Olahan Berpeluang Dongkrak Ekspor

"Kalau kita mau ekspor minyak goreng, kita minta ada kemudahan dari pemerintah. Karena biasanya ekspor dalam kemasan itu biayanya lebih tinggi," ujar Mukti di Jakarta, Selasa (9/7).

Itulah alasan mengapa selama ini banyak pelaku usaha yang lebih memilih untuk mengekspor barang-barang yang masih dalam bentuk belum jadi.

Sebelumnya, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengungkapkan pemerintah memang masih memiliki pekerjaan rumah untuk bisa menjalin kesepakatan bilateral dengan berbagai negara untuk dapat memangkas tarif bea masuk di negara tujuan untuk produk-produk berupa barang jadi.

"Terutama untuk produk-produk kreatif. Misalnya, ada satu pelaku kreatif dari Bandung. Produk dia sangat laku di luar negeri tapi di sana dikenakan pajak. Akhirnya tambahan.biaya dibebankan pada pembeli. Itu kan jadi mengurangi daya saing produk kita sendiri," tuturnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya