Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Imbas FOMC, Sikap Dovish BI Dikhawatirkan Tekan Rupiah

Fetry Wuryasti
25/2/2019 10:53
Imbas FOMC, Sikap Dovish BI Dikhawatirkan Tekan Rupiah
(ANTARA)

NOTULEN pertemuan dewan gubernur bank sentral AS The Fed atau FOMC (FOMC Minutes) memberikan indikasi bahwa The Fed masih akan menunggu perkembangan data ekonomi AS sehingga peluang kenaikan suku bunga acuan masih terbuka di tahun ini.

Dampak dari rilis notulen tersebut dikatakan oleh analis fixed income Mirrae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono cukup terasa di mana dalam perdagangan global.

"Hal ini terlihat pada antara lain imbal hasil atau yield US Treasury 10 tahun naik ke kisaran 2,65-2,67% hingga sempat menyentuh 2,69% dibandingkan dengan hari sebelumnya di level 2,65%, meski beberapa rilis data ekonomi AS yaitu pertumbuhan bulanan penjualan kelompok barang tahan lama (durable goods) dan PMI Manufaktur di bawah ekspektasi pasar," ujar Dhian melalui rilis yang diterima, Senin (25/2).

Selain itu, indeks dolar AS juga sempat meningkat pekan lalu ke kisaran 96,61 poin (sebelumnya 96,45 poin) sebagai dampak dari rilis notula rapat FOMC meski kenaikan indeks dolar AS juga turut dipengaruhi oleh perkembangan Brexit yang masih tidak menentu. 

Kini indeks dolar telah berada di 96,338 (merujuk pada investing).

 

Baca juga: Penundaan Kenaikan Tarif AS ke Tiongkok Redam Kekhawatiran Pasar

 

Naiknya yield US Treasury dan indeks dolar AS dikhawatirkan mendorong kenaikan yield SUN melalui transmisi langsung dari yield US Treasury maupun depresiasi rupiah terhadap dolar AS.

"Dari domestik, katalis bagi pergerakan harga SUN di pasar sekunder juga nampaknya cenderung negatif pasca rilis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) kemarin sore," katanya.

Nuansa dovish cukup kental dalam redaksional hasil RDG BI sehingga interpretasi pasar terhadap hasil RDG BI dikhawatirkan akan mendorong depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang pada akhirnya menyebabkan penurunan harga SUN di pasar sekunder dalam jangka pendek.

"Rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp14.041 - Rp14.158 dengan kecenderungan melemah," ujar Dhian. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik