Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Kenaikan Suku Bunga BI Diharapkan Beri Nafas ke Rupiah

Fetry Wuryasti
28/9/2018 11:20
Kenaikan Suku Bunga BI Diharapkan Beri Nafas ke Rupiah
(ANTARA)

BANK Indonesia kembali meningkatkan suku bunga acuan untuk yang kelima kalinya sejak pertengahan Mei sebagai upaya untuk menghentikan anjloknya nilai tukar rupiah dan membatasi arus keluar modal.

BI meningkatkan seven-day reverse repo dari 5,5% menjadi 5,75% hanya beberapa jam setelah Federal Reserve meningkatkan suku bunga untuk ketiga kalinya pada tahun 2018.

"Rupiah dapat menemukan dukungan dari sikap agresif Bank Indonesia. Namun mata uang lokal tetap tertekan oleh kekuatan eksternal," ujar Research Analyst FXTM Lukman Otunuga, Jumat (28/9).

Ketegangan perdagangan masih membebani sentimen global dan The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan Desember. Sementara keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga dapat menawarkan ruang bernafas rupiah.

Meski begitu mengatakan pasar berkembang masih tetap rentan menghadapi risiko dari ketegangan dagang dan ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan Desember meningkatkan risiko negatif.

"Defisit transaksi berjalan Indonesia adalah faktor lain yang sangat membebani rupiah, sehingga mata uang ini mungkin saja semakin melemah di masa mendatang. Perlu diperhatikan pula bahwa walaupun kenaikan suku bunga BI dapat memperkuat rupiah di jangka pendek, pertumbuhan ekonomi dapat terkena dampak negatif," terangnya.

"Dari aspek teknis, reaksi langsung Rupiah terhadap kenaikan suku bunga ini tidak signifikan dengan kurs di kisaran 14.920. Para trader teknikal akan terus mengamati bagaimana dolar terhadap rupiah bereaksi di atas level 14.000. Breakdown di bawah level ini dapat membuka jalan rupiah menuju 14.820," ungkapnya.

Di belahan dunia lain, Federal Reserve meningkatkan suku bunga sebesar 25 bps. Fed menyatakan optimisme mengenai ekonomi AS dan memproyeksikan bahwa pertumbuhan akan tetap stabil hingga 2019.

Inflasi diperkirakan berada di sekitar 2% dalam dua tahun mendatang, sementara tingkat pengangguran diperkirakan turun ke 3,5% tahun depan.

Secara umum, penilaian yang relatif optimis mengenai ekonomi AS dan tidak adanya kekhawatiran yang berarti mengenai ketegangan dagang mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan Desember.

Walau demikian, hal yang penting diperhatikan adalah dihapuskannya kata "akomodatif" dari pernyataan Fed yang dianggap sebagai sinyal dovish yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih lambat di tahun depan.

Mengenai aspek teknikal, Indeks Dolar sedikit melemah dan kemudian memantul saat investor menafsirkan proyeksi ekonomi dan dot plot terbaru. Reaksi Dolar secara umum terhadap keputusan suku bunga dan konferensi pers Fed bullish, harga berada di kisaran 94,5. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya