Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Organisasi nirlaba internasional, Oxfam mengungkapkan satu persen penduduk terkaya di dunia bertanggung jawab atas jumlah emisi karbon yang sama dengan dua pertiga penduduk termiskin di dunia, atau lima miliar orang.
"Meskipun memerangi krisis iklim merupakan tantangan bersama, tidak semua orang memiliki tanggung jawab yang sama dan kebijakan pemerintah harus disesuaikan," kata Max Lawson, salah satu penulis laporan yang dirilis pada Minggu (18/11) , kepada AFP. “Semakin kaya Anda, semakin mudah untuk mengurangi emisi pribadi dan investasi Anda,. Anda tidak memerlukan mobil ketiga, atau sering-sering berlibur, atau Anda tidak perlu berinvestasi di industri semen,” imbuhnya.
Laporan berjudul "Kesetaraan Iklim: Planet untuk 99%, itu didasarkan pada penelitian yang dikumpulkan oleh Stockholm Environment Institute (SEI) dan meneliti emisi konsumsi yang terkait dengan kelompok pendapatan berbeda hingga tahun 2019. Laporan ini diterbitkan ketika para pemimpin dunia bersiap untuk bertemu dalam pembicaraan iklim pada KTT COP28 di Dubai akhir bulan ini.
Kekhawatiran terhadap krisis iklim semakin meningkat, bahwa membatasi pemanasan jangka panjang hingga 1,5 derajat Celcius akan menjadi mustahil untuk dicapai. Temuan utama studi ini antara lain adalah satu persen orang terkaya di dunia -- 77 juta orang -- bertanggung jawab atas 16% emisi global yang terkait dengan konsumsi mereka. Jumlah tersebut setara dengan 66% populasi terbawah berdasarkan pendapatan, atau 5,11 miliar orang.
Ambang batas pendapatan untuk menjadi salah satu dari satu persen penduduk teratas global disesuaikan berdasarkan negara dengan menggunakan paritas daya beli -- misalnya di Amerika Serikat, ambang batasnya adalah US$140 ribu, sedangkan di Kenya, ambang batas tersebut adalah sekitar US$40 ribu. Analisis di Prancis juga memberikan gambaran yang sangat jelas. Misalnya, satu persen penduduk terkaya di negara ini mengeluarkan karbon dalam satu tahun sebanyak 50% penduduk termiskin dalam 10 tahun. Ini tidak termasuk karbon yang terkait dengan investasinya, Bernard Arnault, miliarder pendiri Louis Vuitton dan orang terkaya di Prancis, yang memiliki jejak karbon 1.270 kali lebih besar dibandingkan rata-rata orang Prancis.
Pesan utama dari penelitian ini, menurut Lawson, adalah perlunya tindakan atau kebijakan yang progresif. “Kami pikir kecuali pemerintah memberlakukan kebijakan iklim yang progresif, di mana Anda melihat orang-orang yang mengeluarkan emisi terbesar diminta untuk melakukan pengorbanan terbesar, maka kita tidak akan pernah bisa menghasilkan kebijakan politik yang baik dalam hal ini,” katanya.
Langkah-langkah ini, kata dia, dapat mencakup, misalnya, pajak atas penerbangan lebih dari sepuluh kali setahun, atau pajak atas investasi non-hijau yang jauh lebih tinggi dibandingkan pajak atas investasi ramah lingkungan.
Meskipun laporan saat ini berfokus pada karbon yang hanya terkait dengan konsumsi individu, konsumsi pribadi orang-orang superkaya jauh lebih kecil dibandingkan emisi yang dihasilkan dari investasi mereka di perusahaan, demikian temuan laporan tersebut.
Orang-orang kaya juga tidak berinvestasi di industri-industri yang menghasilkan polusi dengan rasio yang sama dengan investor mana pun -- miliarder dua kali lebih besar kemungkinannya untuk berinvestasi di industri-industri yang menghasilkan polusi dibandingkan rata-rata negara-negara Standard & Poor 500, menurut penelitian Oxfam sebelumnya. (AFP/M-3)
Ayom All Purpose Sunscreen Body Lotion. Produk yang berfungsi sebagai tabir surya sekaligus body lotion itu memiliki kandungan SPF 50
Sebelum pemanasan global ada pendinginan global. Telaah sebelumnya menunjukkan dunia perlahan-lahan mendingin selama setidaknya 1.000 tahun sebelum pertengahan abad ke-19.
Hasil sejarah itu kemudian digunakan untuk membuat prediksi masa depan dan mengungkapkan kemungkinan tak akan ada es laut di Arktik dalam waktu 15 tahun.
Pemerintah Indonesia telah meninggalkan jejak terkait dengan kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia.
Apalagi, prediksi Jakarta bakal tenggelam dalam 10 tahun mendatang, turut mendapat sorotan dari pemimpin dunia, seperti Presiden AS Joe Biden.
AJANG Jakarta E-Prix ibu kota turut ambil bagian dalam upaya menghadapi perubahan iklim dengan mempromosikan kendaraan ramah lingkungan.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025.
Empat perempuan muda tersebut yakni Yola, asal Kota Kupang, Karmelita asal Kabupaten Nagekeo, Ina, asal Kabupaten Lembata dan Helda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Workshop pemilahan sampah diharapkan dapat mengedukasi kalangan anak anak untuk peduli lingkungan sejak dini.
Mengawali rangkaian acara menyambut ulang tahun, Swiss-Belresort Dago Heritage dan Zest Sukajadi Bandung menggelar kegiatan penanaman 141 pohon di Taman Hutan Raya, Ir. H. Djuanda, Bandung.
Konsorsium SNAPFI, merupakan tim proyek penelitian kolaboratif antara Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (PPI-ITB) dengan Deutsches Institut für Wirtschaftsforschun
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved