Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MENGENAKAN setelan serba warna-warni dari kuning hingga merah, para laki-laki dengan topi yang dibuat dari lontar itu berada di posisi masing-masing. Ada yang memukul drum, ada yang menggenjreng gitar, ada yang membetot bass.
Tapi, di antara pemandangan yang biasa dilihat untuk ukuran permainan band, ada yang menarik di antara alat instrumen tersebut. Alat musik yang dipetik dengan bentuk menyerupai semacam layar perahu di sisi kiri dan kanan panggung.
Di sebelah kiri panggung, ada alat musik yang bentuknya mirip kibor tapi cara mainnya dipetik dengan bunyi khas di ujungnya yang mengeluarkan suara seperti mendengung lama.
Sabtu sore itu, Nusa Tuak, grup musik yang diisi para anak muda asal Nusa Tenggara Timur (NTT), mengajak berpesta lewat rapsodi mereka. Membaurkan bunyi sasando bersama aransemen elektronik. Denting petikan sasando yang tipis dan hawaiian Ambon yang mendayu berpadu dengan dentuman keras drum dan bass.
Selain memainkan trek instrumental, Nusa Tuak juga menghadirkan beberapa lagu orisinal mereka yang dinyanyikan dengan penuh energi oleh vokalis Firda Rachmadhani.
“Melihat industri musik di Indonesia saat ini yang juga menunjukkan percampuran budaya dan musik modern, fokus kami adalah mengembangkan musik tradisi, dalam hal ini penting bagi kami mengangkat sasando. Secara aransemen, yang kami mainkan adalah etnik-elektronik/EDM,” kata Ganzer Lana mewakili Nusa Tuak kepada Media Indonesia seusai tampil di Galeri Indonesia Kaya, Sabtu (15/7).
Baca juga: Sejarah, Jenis, dan Cara Memainkan Alat Musik Sasando
Secara musik, Ganzer menyebut kelompoknya juga mengalami perubahan. Hal itu terjadi lantaran perpindahan tempat mukim mereka, semula di Yogyakarta kini di Jakarta. Saat ini, Nusa Tuak tengah bersiap merilis album penuh studio debut mereka.
Andovi da Lopez, figur publik yang juga memiliki darah keturunan NTT, juga hadir dalam kolaborasi pentas akhir pekan bertajuk Sasando Rhapsody itu. Baginya, Nusa Tuak mampu mengaktualisasikan sasando yang biasanya hadir dalam upacara adat, berada dalam ruang lain.
“Pas pertama tahu mainnya mereka di Instagram, itu keren banget. Makanya gue juga mau kolaborasi bareng Nusa Tuak. Menurut gue yang dilakukan Nusa Tuak juga sebagai salah satu cara untuk ikut memajukan budaya. Karena sasando biasanya dijumpai di acara-acara yang sangat tradisional,” ungkap Dovi.(M-4)
Penampilan di East 37, Jl Raya Mabes Hankam, Ceger, Jakarta Timur, itu merupakan aksi ke empat ANBI NTT sejak agenda roadshow to cafe dimulai pada akhir pekan Juni lalu.
Alat musik ini hampir mirip dengan kecapi dan harpa. Namun, sasando memiliki suara yang khas.
Konser Suara 1000 Sasando ini berhasil memecahkan rekor MURI (Museum Rekor-Dunia Indonesia) atas pagelaran dengan pemain sasando terbanyak di Indonesia.
WAKIL Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Josef Nae Soi minta seluruh warga daerah itu sama-sama berjuang untuk mengembalikan hak kekayaan intelektual sasando.
HiFest 2023 kali ini mengangkat tema “Waste Not” dengan motto Reimagining Waste: Stories of Transformation.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved