Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Perubahan iklim telah berdampak pada semakin menghangatnya suhu di lautan. Mei lalu, suhu lautan global bahkan tercatat yang terhangat sejak abad ke-19. Tim Copernicus Climate Change Service (C3S) atau tim pemantauan iklim Uni Eropa, Rabu (7/6) melaporkan, suhu laut pada kedalaman sekitar 10 meter, seperempat derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata lautan bebas es pada Mei sepanjang 1991 hingga 2020.
“Sepanjang tahun, tren jangka panjang suhu akan meningkat 0,6 C dalam 40 tahun ke depan,” kata wakil direktur C3S Samantha Burgess.
“Temperatur di lautan dapat meningkat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang karena kita melihat sinyal El Nino terus muncul di Pasifik khatulistiwa," katanya dalam sebuah pernyataan, merujuk pada pergeseran angin laut secara berkala dan alami yang meningkatkan pemanasan global.
Baca juga : Dampak El Nino Mengancam Populasi Iguana Laut di Ekuador
Sementara itu, suhu permukaan bumi bulan lalu juga tercatat sebagai yang terpanas kedua sepanjang Mei, menurut C3S. Temuan itu didasarkan pada model yang dihasilkan komputer yang diambil dari miliaran pengukuran dari satelit, kapal, pesawat terbang, dan stasiun cuaca di seluruh dunia.
Lautan, yang menutupi 70% permukaan Bumi, telah membuat planet ini makin tidak layak huni karena pemanasan global yang disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, terus meningkat.
Suku permukaan planet rata-rata 1,2C lebih panas dari tingkat pra-industri, suatu fase yang telah menimbulkan dampak iklim yang menghancurkan, seperti banjir, kebakaran hutan, dan badai yang semakin sering, serta bencana hidrometeorologi lainnya.
Baca juga : Kematian Massal Burung di Meksiko Diduga Kuat Terkait El Nino
Di luar kendali
Laut menyerap seperempat CO2 yang kita keluarkan ke atmosfer, dan 90% panas berlebih yang dihasilkan oleh perubahan iklim. Gelombang panas laut yang meluas telah menghancurkan terumbu karang dan ekosistem yang bergantung padanya, termasuk lebih dari setengah miliar orang.
Penghancuran yang dipercepat dari bawah lapisan es raksasa dapat mengangkat lautan hingga belasan meter, dan pengasaman laut mengganggu siklus hidup dan rantai makanan dari daerah tropis ke kutub.
Baca juga : El Nino dan La Nina, Bedanya Dimana?
Selain itu, lautan -- bersama dengan hutan dan tanah, yang menyerap persentase lebih besar dari gas rumah kaca yang dihasilkan manusia -- menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan kapasitasnya untuk menyerap CO2, dapat berkurang.
Tim C3S juga melaporkan bahwa suhu di beberapa bagian dunia lebih tinggi dari biasanya, termasuk Kanada (lihat gambar/grafis), di mana kebakaran hutan selama beberapa minggu terakhir sejauh ini telah menghancurkan lebih dari tiga juta hektar (8 juta hektar). Menurut mereka ada 413 kasus kebakaran hutan yang terjadi di seluruh negeri dari Pasifik hingga Atlantik, termasuk 249 kasus yang dianggap di luar kendali.
Awal bulan ini, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan ada kemungkinan 60% El Nino akan terbentuk sebelum akhir Juli, dan perubahan 80% pada akhir November. Sebagian besar tahun terhangat dalam catatan terjadi selama El Nino, dan para ilmuwan khawatir bahwa musim panas ini dan berikutnya dapat mencapai rekor suhu di darat dan di laut.
Di Antartika, sementara itu, luas es laut mencapai rekor terendah bulanan untuk ketiga kalinya tahun ini. Data satelit menunjukkan 17% di bawah rata-rata pada Mei. (AFP/M-3)
Meski dunia menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius, pencairan lapisan es di dunia tetap melaju tak terkendali.
Peningkatan suhu juga sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Penyebab Pemanasan Global: Faktor & Dampak Buruknya. Pemanasan global mengkhawatirkan? Pelajari penyebab utama, faktor pendorong, dan dampak buruknya bagi bumi. Temukan solusinya di sini!
Terwujudnya Taman Kehati diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan ekosistem.
Gambar satelit NASA menunjukkan dampak pemanasan global di Alaska. Di mana lapisan salju tahun lalu telah menghilang dan menyisakan hamparan tanah kosong yang luas.
PENCEMARAN laut dan cuaca ekstrem El Nino menyebabkan hasil tangkapan nelayan di Kota Padang, Sumatra Barat, turun drastis hingga 40 persen.
Di tengah terjadinya fenomena El Nino yang memicu kekeringan di berbagai wilayah Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya anomali yang menarik pada komoditas beras
BPS memperkirakan produksi beras nasional tahun 2024 turun 760 ribu ton atau 2,43% dibandingkan 2023. Kementan meresponsnya dengan mengklaim sudah mengambil langkah mitigasi
Pada periode ini, fenomena El Nino memang menimpa Indonesia. Namun, itu sebenarnya sudah diprediksi sejak akhir 2023.
PETANI melon di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, merasa gembira dan bersyukur atas keberhasilan menanam melon.
Upaya pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan terus digencarkan. Salah satu langkah konkrit yang dilakukan adalah melalui program irigasi perpompaan (Irpom).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved