Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Cuaca terik yang melanda Indonesia dan banyak negara lain belakangan ini barangkali mengingatkan Anda untuk lebih rajin memakai tabir surya.
Dalam hal melindungi kulit dari sinar matahari yang merusak yang dapat menyebabkan kulit terbakar, lepuh dan kanker, tabir surya adalah garis pertahanan terbaik Anda.
Semua orang tahu bahwa tabir surya itu penting, tetapi ada sejumlah mitos atau kesalahpahaman yang beredar tentang topik tersebut, seperti dikutip dari CNET.com, Minggu (23/4) sebagai berikut:
1. Semua tabir surya adalah sama
Ya, tujuan dari semua tabir surya adalah untuk melindungi kulit Anda dari kerusakan akibat sinar matahari. Tetapi, setiap produk bekerja secara berbeda, tergantung bahan dan tingkat perlindungan mataharinya.
Biasanya, ada dua kategori besar tabir surya - kimia (chemical) dan fisik (physic/mineral). Tabir surya kimia mengandung avobenzone dan oxybenzone, yang menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi panas. Sementara itu, tabir surya fisik memiliki bahan seperti seng oksida dan titanium oksida, yang memantulkan sinar.
Mana yang terbaik, tentu akan bergantung kepada jenis kulit dan kondisi tubuh Anda. Umpama, perempuan hamil sebaiknya menggunakan tabir surya fisik untuk mengurangi penyerapan bahan kimia tidak diinginkan ke dalam kulit.
2. SPF yang lebih tinggi lebih baik
Angka SPF (sun protection factor) yang lebih tinggi tidak selalu lebih baik secara signifikan. SPF 50 memblokir sekitar 98% sinar UV, sementara itu SPF 100 hanya memblokir 99%, perbedaan kecil.
SPF lebih tinggi cenderung memberi orang rasa aman yang salah terhadap sinar matahari. Terkadang, menyebabkan pengguna malas mengaplikasikan ulang tabir surya, yang akhirnya berbuntut kerusakan kulit.
Angka SPF mengindikasikan berapa lama tabir surya melindungi dari sinar UVA dan UVB. Metrik ini didasarkan pada berapa lama kulit Anda terbakar di bawah sinar matahari tanpa perlindungan. Jika Anda menerapkan SPF 30, ini akan memakan waktu 30 kali lebih lama -- total 300 menit kulit Anda ‘terlindungi’.
Perlu diingat, angka itu bersifat teknis. Ada hal seperti keringat, minyak kulit, atau produk yang tidak sengaja terhapus, yang tentu berpengaruh terhadap durasi ketahanan tabir surya di kulit kita. American Academy of Dermatology merekomendasikan penggunaan spektrum luas, SPF 30 atau lebih tinggi, dengan aplikasi ulang setiap 2 jam.
3. Riasan dengan tabir surya sudah cukup melindungi
Menggunakan pelembap atau riasan yang mengandung SPF adalah cara yang bagus untuk menambahkan perlindungan bagi kulit. Namun, itu bukan pengganti tabir surya. Dalam praktiknya, kita tidak mendapat semua kadar SPF yang tertera dalam kemasan jika hanya mengaplikasikan lapisan tipis produk riasan bersangkutan.
Jika Anda bertanya-tanya bagaimana cara mengaplikasikan tabir surya setelah merias wajah, Anda bisa mengoleskan tabir surya di atas riasan dengan spons kecantikan.
4. Hanya perlu memakai tabir surya saat cuaca panas
Beberapa orang beranggapan bahwa tabir surya tidak diperlukan jika cuaca mendung.
Meskipun awan memang mengurangi sinar matahari yang mengenai kulit Anda, ia tersebut tidak cukup kuat untuk menghalanginya sepenuhnya. Lebih dari 90% sinar UV melewati awan.
5. Anda akan kekurangan vitamin jika memakai tabir surya
Vitamin D adalah vitamin esensial yang dibuat saat protein di kulit kita bereaksi terhadap sinar UVB dari matahari. Pada dasarnya, kita membutuhkan sinar matahari untuk memproduksi jumlah vitamin D yang diperlukan untuk tubuh kita menyerap kalsium dan fosfor.
Tidak ada tabir surya yang menghalangi 100% sinar matahari, bahkan jika kemasannya mengatakan 100 SPF. Anda masih akan mendapatkan sekitar 2% hingga 3% sinar UVB, cukup bagi tubuh Anda untuk membuat vitamin D.
6. Kulit yang lebih gelap tidak membutuhkan tabir surya
Melanin memang menawarkan perlindungan alami dari matahari dengan menyebarkan sinar UV. Namun, orang dengan kulit lebih gelap masih bisa mengalami keriput, hiperpigmentasi, kulit terbakar dan kanker kulit.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Dermatology menemukan bahwa orang dengan kulit lebih gelap cenderung memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah untuk kanker kulit, memperkuat kebutuhan setiap orang untuk memakai tabir surya. Penting untuk diperhatikan bahwa orang dengan kulit lebih gelap cenderung memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah karena sering kali kurang terdiagnosis, bukan hanya karena warna kulitnya. (M-2)
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Penelitian terbaru NASA menunjukkan permukaan Bulan dapat menghasilkan dan mengisi ulang molekul air melalui bantuan angin matahari, yang membawa ion hidrogen bermuatan positif.
Meskipun Matahari jelas menjadi pusat dari Tata Surya, pemahaman terbaru tentang gerak planet menunjukkan hal yang menarik: ternyata, Bumi tidak benar-benar mengelilingi Matahari.
Mulai tahun depan atau 2026, puncak haji diprediksi tidak akan sepanas sekarang.
Agar tetap segar dan percaya diri beraktivitas di cuaca yang panas, Anda bisa menggunakan wewangian dengan notes fruity hingga aquatic
Cuaca ekstrem tersebut akibat gejala alam akan terjadinya peralihan musim dari kemarau ke hujan.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Jawa Barat menginformasikan penyebab tingginya suhu di Bogor selama Oktober 2024.
Heat stroke membuat suhu tubuh di atas 40 derajat celcius.
Para peneliti menemukan, reseptor panas menjadi aktif ketika suhu naik di atas 77 derajat Fahrenheit atau 25 derajat celcius yang nyaman.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved