Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Suara-suara dari Kota yang Terkubur

Adiyanto
17/4/2023 11:23

Sepatu seorang bocah yang terbakar, kereta bayi yang hangus, serta pecahan gelas dan piring dipanjang di Galeri Kordegarda, Warsawa. Secara visual, benda-benda itu tidak memiliki nilai seni, namun menyimpan sisi kelam dalam perjalanan umat manusia, yakni bagaimana orang Yahudi di masa perang, dibenci dan dihabisi.

Pameran ini diadakan tepat pada peringatan 80 tahun pecahnya Pemberontakan Ghetto Warsawa, ketika para pejuang Yahudi memberontak melawan initimidasi tentara Nazi. Bermitra dengan Museum Ghetto Warsawa, pameran ini menghadirkan jejak-jejak permukiman masyarakat  Yahudi pada Perang Dunia II, digali.

"Warsawa bukan hanya satu kota, tapi dua: satu yang kita lihat, dan satu lagi di bawah sana, di bawah tanah," kata co-curator pameran, Jacek Konik seperti dilansir AFP, Senin (17/4). "Dan ini boleh dikatakan adalah suara-suara dari kota yang terkubur, memanggil dari bawah kaki kita."

Konik memimpin penggalian di Warsawa, di lokasi yang berdekatan dengan bunker tempat pemimpin pemberontakan yang hancur, Mordechaj Anielewicz, dan rekan-rekannya melakukan bunuh diri massal.

Ketika pasukan Nazi Jerman menginvasi Polandia pada 1939, kira-kira sepertiga penduduk kota itu dihuni orang Yahudi. Setahun kemudian, pasukan Jerman membuat ghetto (perkampungan) untuk mengisolasi warga Yahudi sehingga tidak dapat keluar dengan bebas. Sekitar 450 ribu orang Yahudi dijejalkan ke area seluas sekitar tiga kilometer persegi.

"Ini adalah barang-barang yang identik dengan apa yang dapat kami temukan di bagian non-Yahudi di Warsawa, jadi jelas bahwa area tersebut, dipisahkan sebagai ghetto, dipisahkan secara artifisial," kata Konik.

Ketika pasukan Nazi mulai mendeportasi orang Yahudi ke kamp penyiksaan, beberapa orang di Warsawa mengangkat senjata pada 19 April 1943 untuk melawan. Akan tetapi, pemberontakan selama hampir sebulan ini ditumpas secara brutal oleh Jerman, yang juga menghancurkan ghetto tersebut.

Di antara beberapa ribu artefak yang digali, lusinan di antaranya dipamerkan, satu di antaranya sangat berarti: gagang pintu hangus dengan kunci yang masih tertancap di lubangnya.

"Pegangan (gagang pintu) ini adalah simbol yang terkenal bagi orang Yahudi untuk meninggalkan apartemen mereka dan meninggalkan kunci di pintu," kata Konik.

Ada juga beberapa penemuan yang tidak terduga, seperti gambar Igo Sym, seorang aktor Polandia yang berkolaborasi dengan tentara Jerman. "Agaknya itu milik seorang pemuda, penggemar dari aktor tampan itu sebelum perang" kata Konik.

"Sayangnya, di balik penampilannya yang menarik, ada monster," kata Konik tentang sang bintang yang kemudian dibunuh oleh gerilyawan Polandia.

Ditakdirkan mati

Saat ini, sangat sedikit bangunan yang tersisa dari ghetto. Salah satu contoh langka adalah townhouse sebelum perang di jalan Chlodna yang pernah menjadi rumah bagi Adam Czerniakow, yang ditugasi oleh Jerman untuk mengepalai administrasi Yahudi Judenrat di ghetto.

Ada juga bukti foto waktu itu, tetapi sebagian besar diambil oleh Nazi. "Sangat menjengkelkan bahwa kami masih melihat ghetto melalui mata orang Jerman. Seharusnya tidak seperti itu," kata Agnieszka Haska dari Pusat Penelitian Holocaust Polandia kepada AFP.

Namun, publik akan segera dapat melihat foto-foto ghetto yang baru ditemukan yang diambil oleh petugas pemadam kebakaran Polandia. Gambar-gambar tersebut merupakan bagian dari pameran baru di Museum Polin Sejarah Yahudi Polandia, yang berfokus pada nasib warga sipil Yahudi selama pemberontakan.

"Alih-alih mengikuti seruan menuju kamp kematian, mereka memilih bersembunyi. Tindakan diam mereka sama pentingnya dengan pertempuran bersenjata," kata Polin di situsnya.

Peringatan pemberontakan tahun ini – yang akan dihadiri oleh presiden Israel dan Jerman – juga diharapkan dapat menjelaskan peristiwa itu dari perspektif masyarakat sipil.

Di depan museum terletak  Monumen Pahlawan Ghetto. Tugu peringatan setinggi 11 meter itu tepat berada di salah satu lokasi bentrokan antara para gerilyawan dengan tentara Nazi.

Haska mengatakan monumen itu juga memiliki sisi yang terlewatkan. "Kami biasanya hanya melihat yang bertempur adalah para pejuang dan pejabat yang berkunjung meletakkan karangan bunga di sini. Tapi yang sangat menarik adalah sisi kedua monumen, yang didedikasikan untuk penderitaan yang dialami masayarakat sipil. Itu yang ingin kami peringati secara khusus tahun ini," ujarnya.

Sisi itu menunjukkan ribuan warga sipil yang berbaris menuju kematian. "Dengan kata lain: orang tua, wanita, anak-anak -- mereka yang tinggal di ghetto Warsawa dan ditakdirkan mati," kata Haska. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya