Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Studi terbaru yang dilakukan oleh tim di University of Turku, Finlandia menunjukkan bagaimana seni memengaruhi emosi manusia. Studi ini menggunakan survei online dan rekaman gerakan mata di lab yang melibatkan 1.186 responden untuk mengukur reaksi manusia terhadap lebih dari 300 karya seni. Para peserta harus menggambarkan perasaan yang ditimbulkan setelah melihat karya seni yang berbeda.
“Meskipun banyak dari karya tersebut membahas topik sedih atau menakutkan, emosi yang dialami mereka sebagian besar positif. Sensasi tubuh yang ditimbulkan oleh seni juga berkontribusi pada emosi. Semakin kuat reaksi tubuh terhadap karya seni, semakin kuat pula emosi yang dialami subjek,” kata Profesor Lauri Nummenmaa dari Universitas Turku, Finlandia, seperti dikutip dari Study Finds, Rabu (29/3).
“Dalam karya seni, sosok manusia adalah subjek yang paling menarik dan paling banyak dilihat. Orang memiliki kecenderungan untuk berempati dengan emosi satu sama lain dan ini mungkin juga terjadi ketika kita melihat sosok manusia dalam seni. Emosi manusia yang disajikan dalam karya seni dapat diserap oleh penonton tanpa disadari, melalui apa yang disebut pencerminan, ” kata Akademisi Riitta Hari dari Universitas Aalto, Finlandia.
Menurutnya emosi adalah inti dari seni, dan sistem kognitif dan emosional kita semuanya berperan dalam cara kita menerima sebuah karya seni. Bahkan tidak perlu banyak penelitian untuk mengetahui hal ini. Namun, tim membantu memperjelas pemahaman ini dengan mempelajari lebih dalam tentang cara kerja seni yang bisa menjadi terapi kesehatan mental.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa tubuh kita memiliki peran penting dalam pengalaman estetika. Seni membangkitkan perasaan dalam tubuh, dan stimulasi pusat kesenangan tubuh seperti itu terasa menyenangkan bagi yang melihatnya. Inilah sebabnya mengapa emosi dan sensasi tubuh ditimbulkan oleh seni dapat digunakan, misalnya dalam rehabilitasi dan perawatan kesehatan mental,” jelas Nummenmaa.
Secara keseluruhan, penelitian ini menambah bukti yang ada yang mendukung penggunaan seni tidak hanya sebagai sumber emosi positif bagi semua orang, tetapi sebagai intervensi terapeutik yang layak bagi mereka yang membutuhkannya. (M-3)
Acara ini untuk melestarikan seni dan budaya sunda yang sudah turun temurun diwariskan leluhur.
Pembangunan Taman Budaya Jabar bertujuan untuk menyediakan ruang ekspresi dan pertunjukan berkelas internasional
Pelestarian domba Garut dan seni ketangkaan tersebut dilakukan untuk memperkuat komitmen melestarikan warisan budaya.
Jabarano menghadirkan kolaborasi 9 pegiat kreativitas di cafe ketiganya di Jabarano Coffee-Kuda Lumping 3.0 Laswi, di Jalan Laswi, Kota Bandung.
Julukan Bandung sebagai kota kesenian harus terus dijaga.
Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation menggelar pertunjukkan monolog Sang Kembang Bale di Bandung.
Menghitung domba untuk tidur adalah praktik yang terkenal, tetapi apakah itu benar-benar membantu Anda tidur?
Dua studi yang dipimpin oleh Leonie Balter dari Universitas Stockholm menyoroti pentingnya tidur dalam memengaruhi seberapa tua atau muda seseorang merasa.
Survei Gallup dan Walton Family Foundation menemukan kebahagiaan generasi Z menurun ketika memasuki usia dewasa.
Studi baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam komplikasi penyakit terkait alkohol di kalangan perempuan paruh baya selama periode pandemi covid-19.
Studi menunjukkan suhu yang tinggi dapat mengganggu proses tidur, terutama bagi individu yang rentan terhadap insomnia.
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan pembatasan kalori dan puasa intermiten dapat memperpanjang umur hewan, tetapi apakah hal ini berlaku juga untuk manusia?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved