Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
SAAT ini jumlah penduduk dunia berkisar 8 miliar. Banyak yang mengkhawatirkan jumlah itu terlalu berlebihan untuk planet ini. Namun, menurut para ahli, permasalahannya bukan di situ. Hal yang harus difokuskan, kata mereka, bukan soal meningkatnya populasi melainkan pada pola konsumsi berlebihan terhadap sumber daya yang terdapat planet ini, terutama oleh orang terkaya.
"Delapan miliar orang, ini adalah tonggak penting bagi kemanusiaan," kata Kepala Dana Kependudukan PBB Natalia Kanem, seperti dikutip AFP, Senin (7/11). Ia memuji meningkatnya harapan hidup dan semakin rendahnya tingkat kematian ibu dan anak.
"Namun, saya menyadari momen ini mungkin tidak dirayakan oleh semua orang. Beberapa menyatakan keprihatinan bahwa dunia kita kelebihan penduduk. Saya di sini untuk mengatakan dengan tegas bahwa banyaknya populasi manusia bukanlah alasan untuk takut," imbuh Kanem.
Joel Cohen, pakar demografi dari Laboratorium Populasi Universitas Rockefeller berpendapat sama. "Terlalu banyak untuk siapa, terlalu banyak untuk apa? Jika Anda bertanya kepada saya, apakah populasi saat ini terlalu banyak? Saya rasa tidak," katanya kepada AFP.
Namun, dia mengingatkan bahwa Bumi pun memiliki kemampuan terbatas, sedangkan umumnya sifat manusia adalah serakah.
Langkah yang kita pilih, kata dia, mengakibatkan manusia mengonsumsi jauh lebih banyak sumber daya hayati, seperti hutan dan tanah, daripada yang dapat diregenerasikan oleh planet ini setiap tahun. Konsumsi bahan bakar fosil yang berlebihan, misalnya, juga menyebabkan lebih banyak emisi karbon dioksida, yang bertanggung jawab atas pemanasan global.
Menurut Jaringan Jejak Global dan LSM WWF kita akan membutuhkan biokapasitas 1,75 Bumi untuk memenuhi kebutuhan populasi saat ini secara berkelanjutan. Untuk diketahui biokapasitas adalah kapasitas ekosistem untuk menghasilkan material-material biologi yang berguna dan kapasitas untuk menyerap material buangan (limbah) yang dihasilkan oleh kegiatan manusia dengan menggunakan cara pengelolaan dan teknologi yang dikuasai saat ini.
Laporan iklim terbaru PBB menyebut pertumbuhan penduduk sebagai salah satu pendorong utama peningkatan gas rumah kaca. Namun, peran faktor itu lebih kecil jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi. "Kita bodoh. Kita tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Kita serakah. Kita tidak menggunakan informasi yang kita miliki. Di situlah pilihan dan letak masalahnya," kata Cohen.
"Dampak kita di planet ini jauh lebih didorong oleh perilaku daripada jumlah populasi kita," kata Jennifer Sciubba, seorang peneliti di lembaga think tank Wilson Center, menambahkan.
Ia menyoroti perilaku orang-orang di negara-negara kaya yang paling banyak mengonsumsi sebagai penyebab kesengsaraan yang terjadi di planet ini.
"Sungguh, ini tentang kita. Ini tentang aku dan kamu. AC yang aku nikmati, kolam renang yang kumiliki, dan daging yang aku makan di malam hari yang menyebabkan lebih banyak kerusakan di planet ini," ujarnya.
Hak perempuan
Salah satu pertanyaan tersulit yang muncul ketika membahas kependudukan adalah tentang pengendalian fertilitas atau tingkat kesuburan. Bahkan, mereka yang percaya bahwa kita perlu menurunkan populasi bumi bersikukuh untuk tetap melindungi hak-hak perempuan.
Robin Maynard, direktur eksekutif dari NGO Population Matters, mengatakan perlu ada penurunan populasi, tetapi hanya melalui cara yang positif, sukarela, serta menghormati hak individu dan bukan dengan pemaksaan.
"Populasi yang lebih kecil dengan tingkat konsumsi yang berkelanjutan akan mengurangi permintaan energi, transportasi, material, makanan, dan sistem alam."
Vanessa Perez dari World Resources Institute setuju bahwa setiap orang yang lahir di planet ini berkontribusi memberikan beban tambahan pada planet ini. "Ini adalah masalah yang sangat pelik," katanya.
Dia percaya debat yang paling menarik bukanlah tentang jumlah orang tetapi "distribusi dan pemerataan."
Cohen menunjukkan bahwa meskipun saat ini kita menghasilkan cukup makanan untuk 8 miliar orang, masih ada 800 juta orang yang kurang gizi secara kronis. (AFP/M-3)
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca meningkat, anggaran karbon Bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 3 tahun ke depan.
Meski dunia menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius, pencairan lapisan es di dunia tetap melaju tak terkendali.
Peningkatan suhu juga sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Penyebab Pemanasan Global: Faktor & Dampak Buruknya. Pemanasan global mengkhawatirkan? Pelajari penyebab utama, faktor pendorong, dan dampak buruknya bagi bumi. Temukan solusinya di sini!
Terwujudnya Taman Kehati diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan ekosistem.
Pelajari faktor pendorong perdagangan internasional! Analisis ekonomi mendalam untuk bisnis global yang sukses dan berkelanjutan.
MENGHADAPI era digitalisasi global, Indonesia harus berbenah.
Globalisasi menyebabkan dunia menjadi semakin terhubung secara ekonomi, sosial, politik, dan budaya, sehingga batas-batas geografis dan budaya antara negara-negara
Pemberlakuan biaya kuliah yang tidak terjangkau oleh masyarakat berpotensi menghambat pemenuhan target SDGs yang telah disepakati pemerintah.
Samuel Wongso merefleksikan semangat inovatif dari Where Next Club ketika ia melanjutkan warisan Wong Hang Tailor, label fashion ikonik yang telah berkiprah di dunia mode Indonesia sejak 1933
Perayaan Idul Fitri momentum untuk membangun kebersamaan setiap anak bangsa dalam upaya membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved