Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Para ilmuwan saraf telah menunjukkan bahwa sel-sel otak dapat belajar memainkan video gim klasik Pong (sejenis permainan tenis meja di komputer/gawai). Brett Kagan, yang memimpin sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neuron, Rabu (13/1) mengatakan kepada AFP, bahwa temuannya membuka pintu untuk jenis penelitian baru dalam pemrosesan informasi biologis, melengkapi komputer digital normal.
"Apa yang tidak bisa dilakukan mesin adalah mempelajari sesuatu dengan sangat cepat -- jika Anda memerlukan algoritme pembelajaran mesin untuk mempelajari sesuatu, itu membutuhkan ribuan sampel data," jelasnya. "Tetapi jika Anda bertanya kepada manusia, atau melatih seekor anjing, ia dapat mempelajari sebuah trik dalam dua atau tiga kali percobaan." imbuh Kagan, yang menjadi kepala petugas penelitian di Cortical Labs yang berbasis di Melbourne, Australia.
Kagan dan rekannya mengambi sel otak tius dan manusia. Mereka kemudian meletakknanya di atas susunan mikroelektroda yang dapat membaca aktivitas mereka dan merangsangnya dengan aktivitas listrik. Para ilmuwan kemudian menghubungkan input ke elektroda untuk meniru keberadaan bola dalam gim tersebut. Secara real time, mereka merekam bagaimana sel, yang bertindak sebagai dayung/raket, merespons. Ini kemudian diterjemahkan menjadi apakah sel mampu “membaca gerak bola atau tidak.
Eksperimen melibatkan sekitar 800.000 neuron, kira-kira seukuran otak lebah. Dalam percobaan itu sinyal dikirim dari kiri atau kanan untuk menunjukkan di mana bola itu berada, dan "DishBrain," sebagaimana para peneliti menyebutnya, menembakkan kembali sinyal untuk menggerakkan dayung/raket. Para ilmuwan menemukan bahwa semakin banyak sel yang dimainkan, semakin baik.
Ketika neuron berhasil membuat dayung/raket memukul bola, mereka menerima sinyal listrik yang "dapat diprediksi". Tetapi ketika mereka meleset, mereka dikirimi sinyal secara acak, atau "tidak dapat diprediksi". "Satu-satunya hal yang bisa dilakukan neuron sebenarnya adalah menjadi lebih baik dalam mencoba memukul bola untuk menjaga mereka terkendali dan dapat diprediksi," kata Kagan.
Performa DishBrain tidak sesuai dengan AI (kecerdasan buatan) atau standar manusia, tetapi "fakta bahwa kami melihat pembelajaran yang signifikan benar-benar menjadi bukti betapa kuatnya neuron dalam memproses informasi dan beradaptasi dengan lingkungan mereka," tambahnya.
Tim peneliti percaya DishBrain adalah makhluk hidup - yang mereka definisikan sebagai kemampuan untuk merasakan dan merespons informasi sensorik dengan cara yang dinamis.
Kagan sendiri paling bersemangat dengan kemungkinan masa depan komputer biologis berdasarkan penemuan ini. "Kami membandingkannya dengan transistor pertama," katanya, blok bangunan elektronik modern yang ditemukan pada tahun 1947, yang akhirnya menghasilkan komputer digital yang hebat aat ini.
Tara Spires-Jones dari Center for Discovery Brain Science di University of Edinburgh, yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan "Jangan khawatir, sementara piringan neuron ini dapat mengubah responsnya berdasarkan stimulasi, mereka bukan kecerdasan gaya fiksi ilmiah , ini adalah respons sirkuit sederhana (walaupun menarik dan penting secara ilmiah)." (M-3)
Mengetik terlalu lama dan duduk di posisi yang sama dalam waktu lama, termasuk mengendarai motor, bisa memicu munculnya neuropati.
Sejumlah gejala neuropati antara lain kesemutan, kram, rasa terbakar, kaku-kaku, kulit kering atau mengkilap, dan mati rasa.
Kerusakan saraf tepi bisa mengenai sistem saraf sensorik atau perasa, sistem saraf motorik, sistem saraf otonom, atau kombinasi dari ketiga sistem saraf tersebut.
Dalam dunia medis, tangan yang sering kesemutan disebut dengan parestesia jari. Kondisi ini didasari oleh gangguan saraf atau pembuluh darah di bagian tubuh tersebut.
Anda memiliki neuropati? Berikut cara mengobati komplikasinya.
Memperingati Neuropathy Awareness Week 2023, P&G Health Indonesia melalui brand Neurobion, kembali mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi dini risiko neuropati.
Menghitung domba untuk tidur adalah praktik yang terkenal, tetapi apakah itu benar-benar membantu Anda tidur?
Dua studi yang dipimpin oleh Leonie Balter dari Universitas Stockholm menyoroti pentingnya tidur dalam memengaruhi seberapa tua atau muda seseorang merasa.
Survei Gallup dan Walton Family Foundation menemukan kebahagiaan generasi Z menurun ketika memasuki usia dewasa.
Studi baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam komplikasi penyakit terkait alkohol di kalangan perempuan paruh baya selama periode pandemi covid-19.
Studi menunjukkan suhu yang tinggi dapat mengganggu proses tidur, terutama bagi individu yang rentan terhadap insomnia.
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan pembatasan kalori dan puasa intermiten dapat memperpanjang umur hewan, tetapi apakah hal ini berlaku juga untuk manusia?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved