Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
Sejak 2009, Unesco menetapkan batik sebagai warisan non-bendawi dari Indonesia. Tanggal 2 Oktober pun ditetapkan sebagai Hari batik Nasional. Saat ini, perkembangan batik semakin luas. Selain dipakai saat acara formal, juga banyak dijumpai berbagai ragam padu padan batik dalam keseharian maupun dalam acara-acara kasual.
Pendiri Rasa Wastra Indonesia Monique Hardjoko, mengelompokkan ada empat kategori besar batik yang berkembang di Indonesia. Berikut kategorinya.
1.Batik Pedalaman
Batik ini biasanya dijumpai dan dikenakan oleh kalangan keraton. Cirinya, batik pedalaman memiliki motif dan warna yang lebih tradisional. Dengan dominasi warna putih, cokelat, dan biru.
2. Batik Pesisir
Berbeda dengan batik pedalaman, karakter batik pesisir lebih beragam dan karya warna serta motif. Hal ini dipengaruhi oleh akulturasi budaya pendatang dan penduduk asli suatu tempat batik tersebut diproduksi.
“Inspirasinya datang dari para pendatang. Sehingga membuat warna dan motifnya lebih kaya. Motif akulturasi budaya sangat kuat dijumpai di batik pesisir. Biasanya juga dikombinasikan dengan motif asal daerah tersebut,” kata Monique kepada Media Indonesia saat dijumpai dalam kesempatan Cerita Batik Nusantara bersama Shopee di Museum Tekstil, Jakarta Barat, Jumat, (30/9).
3. Batik Nusantara
Hampir mirip dengan batik pesisir, batik nusantara juga memiliki ciri motif yang biasanya dibawa oleh pendatang. Dalam perkembangannya, batik nusantara tercipta karena mobilitas penduduk di Indonesia.
“Misalnya batik yang ada di Aceh, Jambi, dan Bengkulu, pasti dibikin dengan sejarah dari masing-masing daerahnya. Tapi ada sentuhan inspirasi dari pendatang, seperti dari Jawa,” kata Monique.
4. Batik Kontemporer
Batik kategori ini sudah mengombinasikan antara macam metode. Misal bukan saja cap dan tulis, tetapi juga metode colet dan celup.
“Batik kontemporer perkembangannya makin ke sini semakin banyak kreator motif batik yang jauh lebih inovatif. Mengembangkan motif tidak cuma dari tradisional tapi juga mengembangkan sendiri motif berdasarkan pemaknaan mereka,” kata Monique.
Kemunculan batik kontemporer biasanya juga didorong untuk memudahkan produksi lebih cepat dan dikerjakan banyak orang. Dengan sentuhan lebih modern.
Selain empat kategori tadi, Monique juga menjelaskan ada tiga makna yang biasanya hadir di kain batik Indonesia. Ketiga makna itu terdiri dari perjalanan Indonesia, nasehat leluhur yang diturunkan ke motif, dan ketiga adalah keseharian dari hal-hal yang dipercaya di tempat asal batik tersebut diproduksi. (M-3)
Adapun bentuk donasi yang diserahkan dalam Oreo Berbagi kali ini meliputi set alat-alat membatik untuk para perajin dan paket instrumen membatik untuk peningkatan produktivitas.
Kegiatan dimulai dengan para Hearties yang mengenakan dress code batik secara serempak. Selain itu, ibis Bandung Trans Studio mengadakan Reels Departement Competition dengan batik OOTD
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, Accor dengan bangga menggelar KarnavALL Batik Indonesia.
Accor, grup perhotelan global terkemuka, dengan bangga mempersembahkan KarnavALL Batik Indonesia dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober.
Oakwood Hotel & Apartments Taman Mini Jakarta menyelenggarakan acara corporate gathering yang istimewa untuk merayakan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober.
Manajemen Lorin Group Solo merayakan Hari Batik Nasional dengan kegiatan istimewa bertajuk "Lorin Explorer Goes To Kampung Batik Kauman" pada 5 Oktober.
Bangunan ini telah bertransformasi menjadi banyak tempat di antaranya tempat tinggal dokter gigi pertama Indonesia dan sekarang hadir sebagai restoran Bunga Rampai
Melalui program Desa BRILiaN, BRI mendukung pengembangan UMKM Batik Parang Kaliurang di Sleman.
Motif Wakaroros bukan sekadar corak estetis. Ia adalah narasi visual masyarakat Dayak Basap, suku adat yang hidup berdampingan dengan rimba Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Dengan tagline produk “When Art Meets Performance”, laptop ini tidak hanya unggul secara teknologi tetapi juga membawa identitas budaya dalam perangkat modern.
Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran teknik percetakan dalam industri batik, Aisha Nadia tetap teguh menjaga warisan budaya batik tulis tradisional.
Karya-karya terpilih dari proyek ini bahkan akan ditampilkan dalam catwalk show.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved