Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
Sekelompok ilmuwan berhasil menemukan sebuah cara mengubah botol plastik jadi berlian Teknik mengubah botol plastik jadi berlian diyakini menjadi solusi untuk mencegah fenomena perubahan iklim dunia.
Hasil penelitian yang dipublikasi di Science Advancez diprakarsai oleh para ilmuwan yang tergabung dalam laboratorium riset Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf (HZDR) di Jerman meyakini terobosan baru itu bisa jadi salah satu cara terbaik untuk mengurangi dan menekan jumlah limbah plastik yang saat ini mengkhawatirkan masyarakat dunia.
Seorang peneliti fisikawan HZDR, Dominik Kraus mengatakan metoda yang mereka kembangkan awalnya bertujuan untuk mencari tahu mengenai fenomena hujan berlian yang terjadi di planet es seperti Neptunus dan Uranus. Mereka meyakini hujan berlian tidak hanya bisa terjadi di kedua planet itu saja tapi juga planet lain yang ada di semesta.
Para peneliti kemudian merekayasa kondisi tertentu yang bisa mengubah sebuat material jadi berlian. Material yang digunakan saat itu adalah botol plastik murah yang kemudian diproses dengan sinar laser yang sangat kuat, menjadi berlian berukuran kecil atau nanodiamond yang tidak ubahnya seperti tetesan air hujan. Hal itu juga mampu menciptakan sebuah jenis air baru yang sangat eksotis.
Nanodiamonds adalah berlian yang berukuran hanya beberapa nanometer, atau sepersejuta meter. Saat ini, berlian nano atau nanodiamond sudah mulai banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Berlian ini memiliki aplikasi potensial yang mampu mengubah karbondioksida menjadi gas lain dan mengirimkan obat ke dalam tubuh.
"Nanodiamond juga dapat digunakan sebagai sensor kuantum yang sangat kecil dan sangat presisi untuk suhu dan medan magnet, yang dapat menghasilkan banyak manfaat. Sebagian di antaranya adalah untuk pengiriman obat, sensor medis, operasi noninvasif, serta elektronik kuantum," ujar Dominik Kraus seperti dilansir dari Live Science, Kamis (22/9).
Menurut peneliti Benjamin Ofori-Okai, proses replikasi yang dilakukan oleh mereka berpotensi menjadi cara baru dalam menghasilkan berlian nano yang biasanya dibuat dengan cara meledakkan sekumpulan karbon atau berlian.
"Proses produksi dengan laser memberikan metode yang lebih bersih dan lebih mudah dikontrol untuk memproduksi berlian nano. Teknik ini juga dapat mengurangi polusi plastik dengan menciptakan insentif finansial untuk membersihkan dan mengubah plastik dari lautan,” kata Ofori-Okai.
Proses pembuatan nanodiamond ini tidak mudah dan membutuhkan tekanan yang luar biasa tinggi. Untuk melihat apakah proses ini layak, tim peneliti menggunakan kombinasi karbon, hidrogen, dan oksigen yang berasal dari selembar plastik polietilen tereftalat (PET). Untuk diketahui plastik PET dapat ditemukan dalam kemasan makanan sehari-hari dan botol. Kemudian peneliti menggunakan laser optik berkekuatan tinggi dalam waktu yang singkat, lalu menggunakan Linac Coherent Light Source untuk memanaskan plastik hingga mencapai 6.000 derajat Celcius.
Kraus mengatakan percobaan ini memungkinkan para peneliti memantau proses terbentuknya berlian nano atau nano diamond.
“Oksigen dalam jumlah besar yang ada di planet-planet tersebut (Neptunus dan Uranus) benar-benar membantu menghisap atom hidrogen dari karbon, sehingga lebih mudah bagi berlian untuk terbentuk,” jelas Kraus.
Penggunaan sinar-X yang intens juga menghasilkan gelombang kejut di dalam material, dan para ilmuwan mengamati atom karbon yang dimasukkan ke dalam struktur berlian kecil hingga lebar beberapa nanometer.
Hingga saat ini, para ilmuwan masih terus mengembangkan hasil penelitian tersebut. Mereka berharap pesawat ruang angkasa akan segera diluncurkan ke planet Uranus dan Neptunus untuk menggali informasi lebih dalam terkait fenomena hujan berlian. (M-4)
PT Bank Negara Indonesia (BNI) terus menunjukkan komitmennya sebagai lembaga keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Tahun 2024, Indonesia sendiri menyumbang hampir 34 juta ton sampah.
Nah, itulah yang kita lakukan di Savyavasa. Jadi luxury bukan dari apa yang kita lihat, tapi orang bisa merasakan.
Pameran ini menjadi momen strategis bagi perusahaan guna memperkuat peran mendorong industri nasional menuju keberlanjutan.
SETIAP aktivitas mencuci pakaian berdampak langsung terhadap lingkungan, mulai dari penggunaan air, listrik, hingga limbah yang dihasilkan.
Jadi terhadap sumber daya yang digunakan dan juga berorientasi pada siklus hidup serta menerapkan disain pasif maupun disain aktif.
Kegiatan pengelolaan dan daur ulang sampah ini menggandeng Waste4Change untuk melakukan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Jikaa dihitung secara kasar sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, kerugian yang disebabkan oleh masalah pencemaran sampah plastik di laut Indonesia diperkirakan mencapai Rp2.000 triliun.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat di Indonesia juga bisa masuk ke Samudera Hindia hingga ke Madagaskar.
Warga akan diedukasi modul Plastic, Sustainability & You Education (PSYE) untuk meningkatkan kesadaran tentang penggunaan plastik berkelanjutan dan pengelolaan limbah yang efektif.
Target pemerintah Indonesia dalam menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved