Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Upaya Mewujudkan Gunungkidul Jadi Bali Baru

Rosmery Sihombing
03/9/2022 07:40
Upaya Mewujudkan Gunungkidul Jadi Bali Baru
Cover buku Gunungkidul, The Next Bali.(Dok. Gramedia Pustaka Utama)

PERKENALAN pertama ekonom senior Cyrillus Harinowo dengan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dimulai saat ia mengunjungi Dusun Jati, Kelurahan Candirejo, Kecamatan Semanu, pada 2004.

Dari perjalanannya ke desa tersebut, komisaris Bank Central Asia (BCA) itu mengaku memperoleh pengetahuan baru tentang pengembangan jaringan air minum yang bersumberkan dari air sungai bawah tanah. Pasalnya, di Dusun Jati itu sumber air minum berasal dari Bribin yang dikembangkan Karlsruhe University, Jerman.

Adanya sumber air tersebut mematahkan mitos Kabupaten Gunungkidul sebagai daerah kering kerontang dan kekurangan air. Lewat pengalaman itu pula Harinowo menghasilkan tulisan Dusun Jati dan Anggaran Pembangunan yang diterbitkan di sebuah surat kabar nasional. Naskah tersebut kemudian menjadi bab tersendiri pada bukunya, Musim Semi Perekonomian Indonesia, yang terbit pada 2005.

Tidak berhenti pada Dusun Jati, perkenalan kedua mantan salah satu direktur Bank Indonesia (BI) itu terhadap Gunungkidul ialah kunjungannya ke Saptosari di wilayah Panggang. Untuk mencapai daerah itu, ia harus menempuh jalan berliku dan naik-turun.

Di sepanjang perjalanan itulah Harinowo melihat keindahan Jalan Imogiri Saptosari yang mengingatkannya kepada tol swasta Seventeen Mile Drive yang menghubungan Monterrey di California, AS, dan Pebble Beach Golf and Country Club di pinggir pantai Samudra Pasifik. Pengalaman itu lantas ia tuangkan pula dalam tulisan berjudul Monterrey di Gunungkidul.

"Dalam tulisan itu, saya mulai memiliki keyakinan besar kalau Gunungkidul akan menjadi Bali baru, bahkan harus dikembangkan seperti Nusa Dua," katanya, pada peluncuran buku Gunungkidul, The Next Bali, di Taman Budaya Gunungkidul, Yogyakarta, pertengahan Agustus 2022.

Keyakinan Harinowo akan potensi wisata Gunungkidul tidak hanya dipendamnya di dalam hati atau angan-angan, tetapi juga diwujudkan lewat tindakan nyata. Hal itu dibuktikannya dengan meresmikan Desa Wisata Gua Pindul yang dikelola Wirawisata Gua Pindul pada 2013. Desa wisata itu juga merupakan desa wisata pertama yang dikembangkan BCA.

"Desa wisata ini menjadi referensi dalam mengembangkan desa wisata lainnya di seluruh Indonesia sebagai bagian dari program corporate social responsibility (CSR) BCA," katanya dalam Kata Pengantar di buku Gunungkidul, The Next Bali (hal XIV).

Sejak hampir 10 tahun kehadiran Gua Pindul, popularitas Gunungkidul sebagai kawasan wisata terus meningkat. Berbagai destinasi wisata dan akomodasi serta keindahan pantai dan geopark diceritakan Harinowo di dalam buku setebal 275 halaman itu.

 

Pengembangan Gunungkidul 

 

Buku kedelapan karya Harinowo dkk itu seperti paparan perjalanan, persiapan, upaya, dan harapan dalam mewujudkan Gunungkidul menjadi Bali baru.

Buku itu juga menjadi panduan untuk mengetahui sejarah Gunungkidul, yang semula dikenal sebagai kabupaten termiskin (terbawah) dari lima kabupaten di DIY hingga kini perekonomiannya membaik sehingga posisinya naik ke urutan ketiga. Kemudian buku itu juga bercerita tentang sumber daya alam, terutama wisata, sejarah, kondisi perubahan bentangan alam Gunungkidul dari masa ratusan juta tahun lampau, berikut kearifan lokal masyarakatnya.

Buku itu diawali dengan pengantar dari Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, Bupati Gunungkidul H Sunaryanta, dan sambutan Presiden Direktur PT BCA Tbk Jahja Setiaatmadja.

Inti dari buku yang terdiri atas 24 bab itu menceritakan pengembangan industri pariwisata di Kabupaten Gunungkidul yang menurut penulis dan sejumlah temannya layak menjadi Bali baru.

Itulah sebabnya, Harinowo bersama sembilan penulis lainnya yang semua karyawan BCA menempatkan tema Gunungkidul sebagai Bali Baru pada bab 1. Kemudian perjalanan masa awal pembangunan daerah tersebut disajikan dalam empat bab (Bab 2-5), dari peranan BCA, permasalahan anggaran di Dusun Jati, pembangunan jaringan infrastruktur air minum, dan monterrey di Gunungkidul.

Baru pada bab 13-15, penulis menginformasikan terkait dengan pembangunan infrastruktur. Berikutnya informasi mengenai membangun hotel dan rekreasi ditulis dalam enam bab (bab 16-21). Tiga bab terakhir (bab 22-24) ditulis mengenai membangun Bali baru--baca Belgian Hill Paradise Resort, Perlunya Penataan Kembali Pantai Publik dan Membangun Nusa Dua di Gunungkidul.

Pada bab 23 tentang Perlunya Penataan Kembali Pantai Publik, yang ditulis oleh Dr FX Sugiyanto, dikatakan jumlah pantai publik yang ada di garis pantai sepanjang 70 km (sekarang sudah ada 59 lokasi) akan terus bertambah.

Banyaknya jumlah pantai itulah, menurut sang penulis yang juga Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), bisa menjadi kekuatan Kabupaten Gunungkidul untuk disebut sebagai Bali Baru.

"Oleh karena itu, diperlukan refleksi untuk menampilkan berbagai pantai di Gunungkidul sebagai destinasi wisata yang menarik, bersih, dan selalu tampil layak menyambut para tamu," ujar Sugiyanto. (Hal 237)

Dalam bab tersebut, ia juga menekankan perlunya pembenahan bangunan di garis pantai, pemeliharaan kawasan pantai, mempercantik kawasan wisata, dan mengembangkan masterplan yang pernah dibuat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

Membaca buku ini seolah kita dibawa menjelajahi tempat-tempat wisata yang ada di Gunungkidul. Seperti travel guide book, buku Gunungkidul, The Next Bali terangkum rapi dan runtut. Untuk yang senang bepergian dan rajin mendatangi tempat-tempat yang belum banyak dijamah orang, penting sekali membaca buku ini. Untuk wisata pantainya saja, ada 50 pantai di Gunungkidul. Setiap pantai tentu memiliki keunikan tersendiri karena pembentukan formasi karang yang berbeda-beda. Pantai-pantai itu di antaranya pantai Sadeng, pantai Wedi Ombo, pantai Timang, pantai Indrayanti, pantai Drini, pantai Kukup, pantai Sepanjang, pantai Baron, pantai Ngobaran, dan banyak lagi.

 

Perubahan masyarakat

Di akhir acara bedah buku, Harinowo mengatakan, sejak 10 tahun terakhir atau sejak meningkatnya kunjungan wisatawan ke Gunungkidul terlihat ada perubahan pada masyarakat. Deurbanisasi, menurutnya, benar-benar terjadi di Gunungkidul. "Orang Gunungkidul yang dulu merantau cari nafkah, mulai kembali ke kampung halamannya. Dulu urbanisasi, sekarang deurbanisasi," ujarnya.

Namun begitu, penulis buku Menuju Zaman Renewable Energy (2022) ini masih berharap, para investor lebih banyak lagi datang untuk mewujudkan Gunungkidul sebagai Bali kedua dan mendunia. Terlebih cita-citanya agar ada lapangan golf di Gunungkidul.

Sementara itu, Bupati Gunungkidul Sunaryanta yang meresmikan peluncuran buku tersebut, mengatakan, industri pariwisata di Gunungpindul memang mengalami kemajuan pesat sejak 2012, yaitu setelah destinasi Gua Pindul dikenal banyak orang.

"Keadaan perlahan berubah setelah beberapa hotel mulai berdiri di Kabupaten Gunungkidul, antara lain Rumah Joglo, Radika Paradise. Dewasa ini bermunculan hotel lain, seperti Casa Coco Resort maupun Drini Hill," ujarnya (hal ix).

Sunaryanta juga mengucapkan terima kasih kepada Harinowo dan tim yang kebanyakan berkarya di BCA atas terbitnya buku Gunungkidul, The Next Bali. "Saat ini pertumbuhan ekonomi di Gunungkidul yang menyumbang PAD paling besar adalah dari sektor UMKM, peternakan dan pertanian. Sementara sumbangan dari industri pariwisata masih di bawah 2%. Tetapi potensi wisata di daerah ini luar biasa," tambahnya.

Untuk menangkap potensi tersebut, lanjut Sunaryanta, Pemda Gunungkidul sudah mengembangkan dan melatih SDM, meningkatkan hubungan dengan Persatuan Hotel dan restoran Indonesia (PHRI), dan menjaga stabilitas.

Dengan kehadiran buku tersebut, pihaknya juga sangat berharap akan dorongan kuat dari pemerintah pusat untuk pengembangan industri pariwisata di Gunungkidul.

_______________________________________________________________________________________________________

 

Judul: Gunungkidul, The Next Bali

Penulis: Cyrillus Harinowo, PhD, Inge Setiawati, Ugahary Yovvy Chandra, Sapto Rachmadi, Dwi Narini, Tanti Sutandra, Harry Sugiarto, Fredericus Adi Waskita, Dr FX Sugiyanto, dan Handryx Indra Pradja.

Tebal: 275 halaman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun: 2022



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya