Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
Remaja yang ikut mengambil bagian dalam kegiatan seni dan budaya, seperti menari, drama, membaca dan pergi ke konser, cenderung tidak terlibat dalam perilaku antisosial dan kriminal hingga dua tahun kemudian, berdarkan sebuah studi baru oleh UCL (University College London) dan peneliti Universitas Florida.
Untuk studi peer-review, yang diterbitkan dalam Journal of Youth and Adolescence (JOYO) ini, para peneliti melihat data lebih dari 25.000 remaja di Amerika Serikat yang telah mengisi kuesioner selama beberapa tahun.
Dalam penelitian yang didanai sebagian oleh National Endowment for the Arts, Bloomberg Philanthropies, Pabst Steinmetz Foundation, dan Arts Council England ini, tim mengukur keterlibatan remaja secara keseluruhan dalam kegiatan seni berdasarkan berbagai faktor. Mulai dari keterlibatan dalam klub sekolah, orkestra, paduan suara, dan kelas seni di luar sekolah, hingga apakah mereka pernah mengunjungi museum atau pergi ke konser, atau membaca sendiri.
Penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari EpiArts Lab, Laboratorium Penelitian Seni National Endowment ini mendapati bahwa semakin banyak remaja terlibat dalam kegiatan ini, semakin kecil kemungkinan mereka untuk melaporkan terlibat dalam perilaku antisosial, mulai dari berperilaku tidak baik di sekolah, berkelahi, hingga perilaku kriminal seperti mencuri dan menjual narkoba baik pada saat survei pertama maupun ketika ditanya lagi tentang perilaku antisosial satu dan dua tahun kemudian.
Tim juga menemukan bahwa remaja dan anak muda yang berpartisipasi dalam seni cenderung memiliki skor pengendalian diri yang lebih baik dan memandang perilaku antisosial secara negatif. Hasil-hasil ini sebelumnya telah ditemukan untuk membuat kaum muda cenderung tidak terlibat dalam perilaku antisosial dan kriminal.
"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa terlibat dalam seni dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan remaja. Studi kami menambah bukti tentang manfaat luas yang dapat dimiliki seni dan budaya bagi kaum muda, menunjukkan hubungan positif antara seni dan prevalensi perilaku antisosial yang lebih rendah," kata penulis senior Dr Daisy Fancourt dari UCL Institute of Epidemiology & Health Care, dilansir dari sciencedaily.com, Selasa (22/3).
"Temuan ini tetap ada, bahkan ketika mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia anak, jenis kelamin, etnis, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang pendidikan orangtua mereka, tempat tinggal mereka, dan pola perilaku antisosial mereka sebelumnya," lanjutnya.
"Definisi kami tentang keterlibatan seni dan budaya sangat luas. Ini termasuk menari dan akting di klub sekolah, membaca, pergi ke bioskop, museum, konser, dan kelas musik, serta hobi lain yang dilakukan remaja secara rutin," ucap penulis utama Dr Jess Bone dari UCL Institute of Epidemiology & Health Care.
"Menemukan cara untuk mengurangi perilaku antisosial di kalangan remaja adalah penting karena perilaku ini dapat menjadi mapan dan berlanjut hingga dewasa, memengaruhi seluruh hidup seseorang. Temuan kami menunjukkan pentingnya membuat kegiatan seni dan budaya tersedia untuk semua anak muda, terutama setelah pandemi covid-19, yang memiliki akses dan pendanaan terbatas untuk sumber daya ini," lanjutnya.
Para peneliti melihat data dari dua studi longitudinal yang berbasis di AS, National Longitudinal Study of Adolescent to Adult Health dan National Education Longitudinal Study tahun 1988, yang pesertanya mewakili secara nasional. Tim menganalisis kuesioner yang diisi oleh remaja dan orangtua mereka antara tahun 1988 dan 2002. Usia rata-rata peserta pada awal studi ini adalah 14 hingga 15 tahun.
Meski tim menemukan bahwa keterlibatan seni dikaitkan dengan persepsi positif yang lebih sedikit tentang perilaku antisosial dan skor kontrol diri yang lebih baik, mereka tidak dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor ini secara kausal bertanggung jawab atas hubungan antara keterlibatan seni dan perilaku antisosial karena penelitian ini bersifat observasional.
Namun, dalam mempertimbangkan mekanisme di mana seni dapat mengurangi perilaku antisosial, tim mengutip penelitian sebelumnya yang menunjukkan peningkatan dari keterlibatan seni termasuk peningkatan empati, perilaku yang lebih prososial, pengurangan kebosanan dan peningkatan harga diri, serta regulasi emosi yang lebih baik. (M-2)
Ketua Pengurus Surau Gadang Darus Salikin, Defri menekankan pentingnya mengenalkan Tahun Baru Islam sebagai identitas dan budaya umat Muslim.
Polsek Jatinegara masih menyelidiki lebih lanjut terkait keterlibatan atau peran korban meninggal dalam tawur tersebut.
Mahkamah Agung AS menyetujui undang-undang yang melarang penggunaan penghambat pubertas dan terapi hormon bagi remaja transgender.
Patroli akan terus digelar secara rutin, sebagai bentuk kehadiran polisi untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Keimanan remaja zaman now bisa kok ditingkatkan! Temukan cara ampuh mendekatkan diri pada Tuhan di era digital ini. Klik dan baca selengkapnya!
Polisi juga menyita 21 kendaraan roda dua (motor) yang digunakan untuk konvoi.
Confess: Ungkap makna pengakuan. Temukan kekuatan transformatifnya dalam hidup, hubungan, dan pertumbuhan pribadi. Pelajari cara confess yang efektif!
Kenali identitas sosial: definisi, faktor pembentuk (keluarga, budaya, lingkungan), dan contohnya. Pahami peran pentingnya dalam interaksi sosial. lihat selengkapnya disini!
Simpati: Memahami dan berbagi perasaan orang lain. Temukan makna mendalam, manfaat, dan cara menumbuhkan empati di sini!
Jalinan interaksi, kunci bahagia! Pelajari pentingnya hubungan sosial bagi kesehatan mental & kualitas hidup.
Tingkatkan empati: Pelajari cara menunjukkan simpati tulus, membangun hubungan bermakna, dan menebar kebaikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved