Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kenali Dampak Tertidur saat Televisi Menyala

Galih Agus Saputra
19/1/2022 12:00
Kenali Dampak Tertidur saat Televisi Menyala
Ilustrasi(masterfile.com)

Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk tertidur di malam hari. Ada yang tertidur karena lelah, dan ada juga yang membutuhkan distraksi sebelum tidur salah satunya dengan mendengarkan suara dari televisi. Namun, tahukah Anda jika cara beristirahat demikian sebenarnya dapat mengurangi kualitas tidur itu sendiri?

Hal itu terbukti dalam sebuah eksperimen yang baru-baru ini dilakukan para ilmuwan University of Salzburg, Austria. Dalam sebuah makalah yang terbit di jurnal JNeurosci, mereka menjelaskan hal ini sebenarnya berkaitan dengan evolusi panjang manusia, yang selalu berusaha waspada dengan lingkungan atau suara asing di sekitarnya.

"Meskipun mata kita tertutup dari apa yang ada di sekitar, otak kita terus terjaga saat tidur, menyeimbangkan kebutuhan akan proteksi diri saat tidur dan saat kita bangun," terang mereka, seperti dilansir dari Dailymail, Selasa, (18/1).

Dalam eksperimen kali ini, para ilmuwan melibatkan relawan sebanyak 17 orang. Tiga diantaranya ialah laki-laki, dengan rata-rata usia 22 tahun. Seluruh relawan itu juga dilaporkan tidak pernah mengalami gangguan tidur, dan empat hari sebelumnya disarankan untuk tidur teratur dengan durasi delapan jam per hari.

Ketika eksperimen berlangsung, relawan lantas diminta untuk tidur seperti biasa sembari diamati menggunakan Polysomnography. Perangkat ini berfungsi sebagai pengukur gelombang otak, otot, gerakan, aktivitas jantung dan lain-lain. Selama tidur, mereka juga dipanggil namanya berulang kali menggunakan suara yang dikenal (orangtua atau kerabat) dan suara yang tidak dikenal (orang asing).

Hasil eksperimen kemudian menunjukan bahwa suara orang asing lebih banyak memicu gelombang otak yang berhubungan dengan gangguan sensorik atau yang kemudian disebut sebagai K-kompleks. Menurut para peneliti, suara orang yang dikenal sebenarnya juga dapat memicu K-kompleks, hanya saja skalanya tidak sebesar ketika otak merespons suara asing.

"Respons otak terhadap suara asing awalnya jarang terlihat. Tapi seiring malam berlalu, suara itu sepertinya menjadi lebih akrab dan menunjukkan bahwa otak telah melalui proses belajar sepanjang tidur," tutur mereka.

Para peneliti mengatakan K-kompleks terlihat ketika seseorang memasuki fase Non-rapid eye movement sleep (NREM). Fase ini lazim dialami seseorang yang mana terdiri dari tiga tahapan, dimulai tahap pertama atau ketika seseorang beranjak tidur, hingga dua tahap selanjutnya atau ketika seseorang tertidur nyenyak.

K-kompleks, lanjut peneliti, juga memicu munculnya spindel dan gairah mikro. Ameen Mohamed, peneliti University of Salzburg yang menulis laporan ilmiah eksperimen kali ini menjelaskan spindle adalah gelombang otak yang terhubungan dengan daya ingat (konsolidasi memori) dan muncul lebih awal ketimbang gairah mikro.

"Gairah mikro adalah periode dalam tidur di mana sinyal telah bergeser dari aktivitas tidur dan tersinkronisasi ke aktivitas yang lebih cepat seperti bangun. Menurut definisi, seseorang akan bertahan selama 3 hingga 15 detik. Jika lebih lama mereka biasanya benar-benar akan terbangun," pungkasnya. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya