Headline
Istana minta Polri jaga situasi kondusif.
Hubungan emosional seorang nenek kadang lebih dekat dengan cucu-cucunya ketimbang dengan anaknya sendiri. Mengapa demikian?
Para ilmuwan AS dalam studi mereka baru-baru ini, memindai otak sejumlah nenek saat mereka melihat foto cucu mereka yang masih kecil. Hasilnya, ketika melihat foto-foto tersebut, daerah otak para lansia itu, terutama yang terkait dengan empati emosional cenderung bergerak aktif.
Empati emosional adalah saat kita merasakan emosi yang sama dengan orang lain, seperti merasakan rasa sakit yang sama saat orang lain sedang sakit. Sebaliknya, ketika melihat foto putra dan putri mereka, bagian otak yang terkait dengan empati kognitif yang aktif. Empati kognitif ialah saat kita dapat memahami perasaan orang lain, tetapi itu tidak berarti bahwa kita merasakan hal yang sama.
Studi baru yang dilakukan para peneliti di Emory University, Atlanta, Georgia ini merupakan studi yang pertama untuk memeriksa fungsi otak nenek.
"Apa yang benar-benar muncul dalam data adalah aktivasi di area otak yang terkait dengan empati emosional. Itu menunjukkan bahwa nenek diarahkan untuk merasakan apa yang cucu mereka rasakan ketika mereka berinteraksi dengan mereka. Jika cucu mereka tersenyum, mereka merasakan kegembiraan pula. Dan jika cucu mereka menangis, mereka merasakan kesusahan juga," kata penulis utama James Rilling, profesor antropologi di Emory University, seperti dikutip dari dailymail.co.uk, Rabu (17/11).
Untuk melihat bagaimana aktivitas otak mungkin terlibat, para peneliti memindai otak 50 nenek yang diperlihatkan gambar cucu mereka, semuanya berusia antara tiga dan 12 tahun. Sebagai kontrol, mereka juga diperlihatkan foto putra atau putri mereka sendiri (orangtua anak), anak yang tidak dikenal dan orang dewasa yang tidak dikenal.
Para nenek juga mengisi kuesioner tentang pengalaman mereka, memberikan perincian seperti berapa banyak waktu yang mereka habiskan bersama cucu, kegiatan yang mereka lakukan bersama, dan seberapa besar kasih sayang yang mereka rasakan untuk cucu.
Dari hasil pemindaian terungkap bahwa melihat gambar cucu bakal mengaktifkan area yang terlibat dengan empati emosional dan gerakan di otak nenek. Namun, ketika melihat gambar anak dewasa mereka, menunjukkan aktivasi yang lebih kuat di area otak yang terkait dengan empati kognitif.
Hasil studi yang telah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B ini menunjukkan nenek mungkin mencoba untuk memahami secara kognitif apa yang dipikirkan atau dirasakan anak dewasa mereka tetapi tidak merasakan dari sisi emosional.(M-4)
Tidur dengan jadwal terlalu ketat bisa berdampak buruk bagi kesehatan otak, hampir sama resikonya dengan pola tidur yang berantakan.
Penelitian terbaru menggunakan organoid otak manusia mengungkap peran baru mikroglia, sel imun otak, dalam meningkatkan jumlah interneuron.
Riset terbaru University of Michigan menemukan neuron di hipotalamus berperan menjaga kadar gula darah, terutama pada empat jam pertama tidur.
Obesitas berdampak pada menurunnya daya ingat, konsentrasi, hingga risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, stroke, dan demensia.
Gejala seperti mudah lupa, sulit fokus, atau brain fog sering dianggap remeh, padahal bisa menjadi tanda awal penurunan fungsi kognitif.
Seorang pria di Amerika Serikat terdiagnosis neurocysticercosis, infeksi cacing pita di otak, setelah bertahun-tahun mengonsumsi bacon kurang matang.
AMANDA Rawles bakal bikin menangis penonton film Indonesia melalui judul terbaru Andai Ibu tidak Menikah dengan Ayah.
Collaborative for Academic Social Emotional Learning (CASEL) mulai mendapat perhatian serius di Indonesia.
Regene Genomics menghadirkan Tes DNA EMO-Q yang bisa mendeteksi hubungan dan emosional pasangan untuk mendapatkan hubungan yang lebih sehat.
Perbaikan masalah sensori bisa membantu memperbaiki area otak yang berkaitan dengan pemahaman tekstur dan penerimaan input dari orang lain.
Keputusan bercerai yang diambil dalam keadaan emosional atau secara sepihak bisa menimbulkan berbagai masalah, termasuk stres dan depresi pada mantan pasangan.
Me time atau meluangkan waktu untuk diri sendiri memiliki peran penting bagi kaum perempuan, terutama dalam menjaga keseimbangan emosional, mental, dan fisik atau meningkatkan kualitas hidup
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved