Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Cara Lain Mengolah Limbah Plastik Kemasan

Nike Amelia Sari
06/10/2021 07:33
Cara Lain Mengolah Limbah Plastik Kemasan
Nelayan beraktivitas di dekat tumpukan sampah plastik yang mencemari muara sungai di Palu, Sulawesi Tengah, tahun lalu.(ANTARAFOTO/Basri Marzuki/)

Setiap tahunnya, jumlah sampah plastik kian meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sampah plastik di Indonesia mencapai angka 64 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 3,2 juta ton  di antaranya terbuang ke laut. Sementara itu, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 85.000 ton.

Bahkan data dari The National Plastic Action Partnership (NPAP) mencatat sekitar 4,8 juta ton sampah plastik per tahun tidak terkelola dengan baik. Artinya, masalah sampah plastik masih menjadi isu serius yang harus lebih diperhatikan agar tidak merusak kelestarian alam baik di darat maupun laut.

Sampah plastik yang masih sulit didaur ulang hingga kini ialah sampah multilayer dan sampah High Density Polyethylene (HDPE). Meskipun sulit terurai dan didaur ulang, sayangnya kedua jenis sampah ini menjadi jenis sampah yang banyak dihasilkan.

Data dari Greenpeace 'Throwing Away The Future: How Companies Still Have It Wrong on Plastic Pollution Solutions', sekitar 855 miliar sachet plastik terjual di pasar global tahun 2020. Sedangkan Asia Tenggara dengan pangsa pasar sekitar 50%. Selain itu, pada tahun 2027, diprediksi jumlah kemasan sachet yang terjual akan mencapai 1,3 triliun.

Ditilik dari segi nilai ekonomisnya pun, sampah sachet atau plastik multilayer sangatlah bernilai rendah. Oleh sebab itu, pelestari cenderung mengabaikan sampah jenis ini dan hanya memungut jenis plastik yang dapat dijual kembali.

Kolaborasi semua pihak sangat dibutuhkan untuk menghentikan masalah sampah. Sampah rumah tangga juga menyumbang sampah yang cukup banyak. Maka dari itu, diperlukan peran memilah sampah dari setiap keluarga mulai dari memilah sampah kering, basah, hingga sampah sachet multilayer dan sampah HDPE.

Conscious Living yang diusung oleh P&G Indonesia yang bekerjasama dengan Octopus, startup yang bergerak dalam pemilihan sampah. Program yang diluncurkan secara resmi hari ini tersebut bertujuan untuk mendukung proses pengelolaan sampah termasuk sampah sachet multilayer dan HDPE.

Lewat aplikasi Octopus yang dapat diunduh secara gratis, setiap orang yang telah memilah sampah dapat memanggil pelestari lingkungan guna menjemput sampah sachet multilayer dan HDPE. Kemudian lewat ini, konsumen berhak mendapatkan poin usai menyerahkan sampah-sampah tersebut. Poin tersebut bisa ditukarkan dengan pulsa dan lain sebagainya. Selanjutnya, sampah yang telah diambil tersebut akan dibawa ke tempat pengolahan yang sudah ditentukan. 

"Kita mengambil sachet multilayer dan HDPE yang belum ada nilainya sama sekali tapi sekarang kita memberikan nilai ekonomi dan harapannya bisa meningkatkan taraf hidup dari pelestari dan produktivitas dari bank sampah," kata Asrini Suhita, Sales Senior Director & Sustainability Leader P&G Indonesia pada webinar P&G bertajuk Peluncuran Program Conscious Living via daring Selasa (5/10).

Asrini menargetkan sekitar 30 ton sampah dengan sebanyak 2.800 pelestari yang telah bergabung dalam program tersebut. Program ini dimulai pada area Jawa Barat dengan mengumpulkan



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya