Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BUDAYA peranakan Tionghoa di Indonesia adalah hasil dari proses yang terjadi selama ratusan tahun. Proses kebudayaan ini terbentuk akibat akulturasi dan asimilasi dari hasil kawin silang antara orang Tionghoa dengan pribumi yang dimulai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, yang akhirnya menghasilkan perpaduan budaya Tionghoa, budaya Lokal, dan budaya Belanda.
Budaya peranakan tersebut telah memperkaya khasanah budaya Indonesia.
“Kebudayaan ini membentuk suatu budaya yang sangat unik. Buat saya justru sangat eksotis,” ujar Arsitek dan Kolektor Seni Chris Dharmawan dalam Obrolan Heritage “Parakan Living Heritage” yang diadakan Ikatan Arsitek Indonesia dan Universitas Trisakti, Jumat (23/7).
Baca juga: Pandemi Tidak Mematahkan Semangat Selina Mengajar Anak Kolong Jembatan
Dalam acara tersebut, ia juga menunjukkan beberapa barang, model rumah, dan arsitektur yang khas dengan budaya ini.
Kuda-kuda rumah dan motif rumah peranakan Tionghoa memiliki bentuk yang mirip dengan batik Pekalongan. Selain itu, terdapat unsur-unsur Eropa yang membuat budaya ini unik.
Namun sayang, budaya tersebut perlahan dimakan waktu. Seiring globalisasi, budaya tersebut sudah jarang sekali dipraktikkan lagi.
Menurut Dharmawan, banyak anak muda Tionghoa yang tidak lagi melestarikan budaya tersebut, bahkan mungkin tidak tahu.
“Budaya tionghoa seperti kehilangan identitas,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Dharmawan bersama Sutrisno Murtiyoso dan Lily Wibisono menyusun dan menulis buku yang berjudul “Parakan Living Heritage” yang menampilkan ekspresi budaya peranakan Tionghoa, beserta arsitektur dan pernak perniknya di Kota Parakan, Temanggung.
“Waktu saya ke Parakan, bangunan-bangunannya masih bagus, masyarakatnya ramah, tapi anak-anak mudanya tidak ada, pada kemana ya anak-anak mudanya?” ujar Feri Latief selaku moderator di acara tersebut sambil tertawa.
“Ternyata anak-anak mudanya semua pergi ke kota, jadi hanya tersisa orang-orang tua saja,” tambahnya.
Dharmawan dan rekannya berupaya terus melestarikan budaya peranakan Tionghoa, salah satunya dengan melakukan konservasi bangunan peninggalan orang Tionghoa.
“Konservasi bangunan adalah upaya pelestarian suatu bangunan. Caranya dengan mengganti barang-barang yang rusak dengan material-material asli saat bangunan itu dibangun,” jelas Dharmawan.
Ia berharap semakin banyak orang yang menyadari untuk terus melestarikan budaya Peranakan Tionghoa dan mengingat betapa beragamnya budaya di Indonesia, terutama anak-anak muda keturunan Tionghoa. (OL-1)
Kunjungan ini menjadi jembatan penting antara dunia akademik dan praktik profesional.
Jadi terhadap sumber daya yang digunakan dan juga berorientasi pada siklus hidup serta menerapkan disain pasif maupun disain aktif.
Dengan tema “Connecting The Archipelago”, Urbahn mempresentasikan karya yang menggambarkan Indonesia sebagai inspirasi, bukan sekadar lokasi.
Di Indonesia hanya ada 5.910 arsitek yang memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA).
CAS (Contractor Art Space), sebuah perusahaan arsitek, kontraktor dan interior dari Indonesia, baru-baru ini melakukan kunjungan ke Suikoushya, workshop carpentry di Kyoto, Jepang.
Paradise Indonesia memahami mal tak lagi hanya pada deretan toko-toko ritel, tetapi juga pada bagaimana sebuah mal dapat menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan.
Filosofi PutPit sebagai akronim dari putar sumpit. Nama tersebut diadopsi dari budaya Tiongkok.
Gopek lahir untuk mempromosikan hidangan-hidangan peranakan Tionghoa-Indonesia yang autentik yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari namun sering terlupakan.a.
Bersama ke-12 pembatiknya, Widianti Widjaja memanjangkan napas batik Oey Soe Tjoen, batik peranakan Pekalongan yang dibuat kakeknya sejak 1925.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved