Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

From Sky to Sea, Kisah Perjuangan Seorang Disabilitas Quadriplegia

Fathurozak
23/6/2021 12:14
From Sky to Sea, Kisah Perjuangan Seorang Disabilitas Quadriplegia
Jaimen Hudson( Sea Dog TV International Pty Ltd)

Jaimen Hudson memiliki hidup yang bisa dikatakan mulus. Ia tumbuh bersama keluarga yang memiliki hobi menyelam. Orangtuanya adalah instruktur selam. Ia pun belajar menyelam dari mereka. Tapi, saat usianya 17 tahun  ia mengalami kecelakaan. Sejak itu hidupnya tidak lagi sama.

Jaimen mengalami disabilitas quadriplegia. Kondisi gangguan saraf yang ditandai dengan melemahnya keempat anggota gerak tubuh (lengan kiri, lengan kanan, tungkai kiri, dan tungkai kanan). Ia pun tidak bisa dengan bebas menyelam. Ia kemudian lebih lekat dengan kegiatan videografi. Jaimen dikenal dengan video-video aerialnya yang mendokumentasikan Paus dan Lumba-lumba.

Perjalanan hidup Jaimen itu didokumentasikan dalam dokumenter From Sky to Sea. Ide itu awalnya datang dari pasangan sinematografer-produser Leighton dan Jodie De Barros. Keduanya melihat perjalanan Jaimen sangat luar biasa, sehingga sangat layak untuk didokumentasikan dan menjadi inspirasi teman-teman disabilitas lain.

“Dokumenter ini berfokus tentang pertumbuhan di kehidupanku bersama keluargaku. Tentang bagaimana insiden kecelakaan motor yang turut mengubah kehidupanku. Dan ini menjadi perjalananku setelah 12 tahun tidak menyelam,” kata Jaimen saat wawancara melalui konferensi video, Selasa, (22/6).

Film From Sky to Sea akan menjadi film penutup di gelaran Festival Sinema Australia Indonesia pada Minggu, (27/6) pukul 20:30 WIB. Sebelumnya film ini tayang pada (19/6). Penonton bisa mengakses www.fsai2021.com untuk mendapat tiket secara gratis.

Selain menunjukkan kehidupan personal Jaimen, From Sky to Sea juga menyuguhkan lanskap coastline Australia. Jaimen, Leighton dan Jodie merekam Paus dan Lumba-lumba di tengah biru pirusnya air laut.

“Sepertinya kami mulai mendokumentasikan ini sejak kelahiran anakku, dan sekarang dia sudah berusia dua tahun,” katanya.

Jaimen pun menyinggung, situasi pendaan untuk film dokumenter di Australia tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Leighton dan Jodie membutuhkan waktu panjang untuk kemudian akhirnya bertemu mitra funding.

“Ya sama situasinya. Kami (dokumenter) di sini pun susah untuk mendapatkan pendanaan. Produserku harus datang ke banyak pihak untuk mendapatkan funding. Ada yang berhasil, tapi banyak juga yang gagal. Dari pihak tv itu pertama datang dari stasiun tv Jepang. Lalu kami juga dapat funding dari Screenwest (organisasi pendanaan dan pengembangan screen di Australia Barat), dan ada juga beberapa perusahaan yang kemudian ikut mendanai.”

Film From Sky to Sea ingin memperlihatkan pada publik luas, teman disabilitas pun mampu meraih mimpinya. Jaimen yang sudah pensiun selama 12 tahun menyelam pun berusaha mewujudkan mimpinya untuk kembali menyelam di laut. Tapi, film ini juga sekaligus ingin memperlihatkan tantangan yang dihadapi para teman disabilitas dalam kehidupan sehari-hari mereka. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya