Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Saat ini, musik lebih mudah diakses daripada periode sebelum-sebelumnya lantaran semakin banyak diproduksi dan didistribusikan. Namun, menurut MIDiA Research, pada saat sama, ledakan konsumen industri musik dengan cepat menyebabkan kehancuran bagi si pembuat musiknya.
Dalam laporan baru firma konsultasi MIDiA Research bertajuk Musik dan Gim: Cara baru untuk bermain, seperti dilansir Forbes, disebutkan platform gim bisa menjadi salah satu peluang terbaik untuk musisi dalam memonetisasi basis fan/penggemar mereka.
Laporan yang juga menjadi bagian kemitraan dengan platform gim Twitch itu mengungkapkan, saat perusahaan dan pembuat musik mencari cara baru untuk mendistribusikan musik dan terhubung dengan audiens, terutama melalui live streaming, mereka juga harus memikirkan kembali untuk membangun dan cara dalam memonetisasi fan.
Musisi yang berpikiran maju, menemukan peluang yang semakin besar untuk memanfaatkan ceruk ekonomi dari penggemar gim dan lebih terhubung dengan audiens, memonetisasi pekerjaan, dan mengembangkan karier mereka.
Managing Director MIDiA Research, Mark Mulligan, penulis laporan tersebut mengatakan, para kreator dapat mencapai hal tersebut dengan memperluas dan menata ulang cara yang mereka pakai saat ini dengan berpartisipasi dalam gim, yang sebagian besar berfokus pada pemasaran dan promosi untuk mendorong streaming pada layanan musik digital dan penjualan tiket.
“Bagi banyak orang, live streaming dimulai sebagai solusi untuk menciptakan pengalaman langsung antara musisi dan penggemar di tengah pandemi. Namun, popularitas yang meningkat serta peluang yang semakin besar menuntut industri musik mengambil ruang dari industri gim, dan perlu memahami keintiman digital adalah kunci untuk membuka kotak dalam upaya memonetisasi fandom,” kata Mulligan, dikutip dari Forbes, Senin, (19/4).
Ia menambahkan, manfaatnya bisa berlipat ganda ketika si musisi melibatkan penggemar musik yang juga gamer.
Pertunjukan live streaming saat ini dimonetisasi melalui penjualan tiket, kontribusi penggemar dan barang dagangan virtual dan nyata serta pendapatan sponsor dan iklan, mengurangi ketergantungan pemasukan secara tradisional pada tur, agen, dan kesepakatan rekaman yang mencakup penyerahan hak atas lagu.
Dalam laporannya Mulligan menemukan pada tahun 2020 pengeluaran di industri gim bernilai US$97 miliar (Rp1,4 triliun lebih) dan pendapatan gim hampir empat kali lipat dari ukuran total industri musik global. Tren ini diperkirakan meningkat dengan peluang monetisasi dalam gim yang besar.
Sementra itu analis senior dan manajer Produk MIDiA Research Karol Severin yang juga ikut menulis dalam laporan mengatakan penggemar gim dan gamer adalah kelompok partisipasinya tinggi dan rela menghabiskan lebih banyak waktu dan uang bila dibandingkan dengan rata-rata konsumen di semua format hiburan.
Mereka sebenarnya menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendengarkan musik daripada segmen pelanggan musik itu sendiri, tambahnya, yang menggambarkan sifat cross-entertainment yang kuat dari para gamer dan konsumen.
“Musisi dan perusahaan musik seharusnya tidak lagi menganggap gamer sebagai ceruk atau hanya segmen yang terkait secara tangensial. Gim sekarang menjadi fenomena budaya arus utama dan secara harfiah setiap genre musik dapat menemukan tempat yang tepat dalam lingkungan yang berpusat pada gim, yang tidak selalu harus berupa permainan, jika mereka mengidentifikasi mitra yang tepat dan cara untuk mengeksekusinya.”
Meskipun musisi dan penggemar kini juga sudah terhubung dengan berbagai cara, Severin menunjukkan dinamika sering kali terjadi sepihak, hanya dari musisi ke penggemar terkait produk jadi. Seiring tren konsumen tumbuh ke arah ekspresi, kreasi bersama, dan partisipasi, platform yang berpusat pada gamer memungkinkan musisi untuk terlibat dengan cara yang lebih autentik dan kolaboratif, sehingga memicu fandom dan sentimen positif yang bertahan lama. (M-4)
Transformasi digital di sektor keuangan Indonesia berkembang begitu pesat. Itu ditandai dengan adopsi teknologi pada sistem pembayaran yang semakin meningkat.
Indonesia Emas 2045, sebuah visi besar untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan nasional, menempatkan ekonomi digital sebagai salah satu pilar utama.
Perkembangan teknologi di era digital ini semakin pesat dan telah menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satunya yakni transformasi di bidang perekonomian dan keuangan.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dan permintaan konsumen yang semakin beragam menyebabkan model layanan keuangan tradisional sudah tidak relevan bagi konsumen
Kreator digital di Indonesia memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk budaya online dan menggerakkan ekonomi kreatif.
Peeba Indonesia sebagai sebuah platform grosir digital, mengeksplorasi bagaimana tantangan-tantangan yang dialami para pemilik merk dapat dijawab dengan teknologi.
Revolusi digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat bertransaksi. Salah satu inovasi paling menonjol adalah munculnya sistem pembayaran tanpa batas.
Kemajuan teknologi digital membuka peluang baru melalui layanan kesehatan berbasis mobile. Aplikasi kesehatan yang dirancang khusus untuk menjangkau daerah dengan akses terbatas
Dengan GEAR VLab lembaga pendidikan yang memiliki anggaran terbatas bisa tetap mengadopsi teknologi digital
. Dengan teknologi modern, mengolah lahan pertanian akan lebih gampang dan tentunya meningkatkan kesejahteraan petani.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved