Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ilmuwan Singapura Kembangkan Tanaman Robot Penangkap Lalat

Adiyanto
06/4/2021 15:05
Ilmuwan Singapura Kembangkan Tanaman Robot Penangkap Lalat
Ilmuwan di NUS memasang elektroda pada permukaan tanaman penangkap lalat Venus di laboratorium di Singapura.(Roslan RAHMAN / AFP)

VENUS, ‘tanaman robot’, penangkap lalat yang dikendalikan dari jarak jauh dan bisa memberi tahu petani ketika mereka terkena penyakit, dapat menjadi kenyataan setelah para ilmuwan mengembangkan sistem teknologi tinggi untuk ‘berkomunikasi’ dengan tumbuh-tumbuhan.

Para peneliti di Singapura menghubungkan ‘tanaman robot’ itu ke elektroda yang mampu memantau arus listrik lemah yang secara alami dipancarkan oleh tanaman. Mereka menggunakan teknologi tersebut untuk memicu tanaman penangkap lalat ini, menutup kelopaknya dengan menekan sebuah tombol pada aplikasi smartphone.

Mereka kemudian menempelkan salah satu kelopaknya ke lengan robotik dan mendapatkan alat untuk mengambil seutas kawat setebal setengah milimeter, dan menangkap benda kecil yang jatuh, termasuk lalat.

Teknologi ini masih tahap awal, tetapi para peneliti percaya pada akhirnya alat ini dapat digunakan untuk membangun "robot nabati" canggih yang dapat menangkap sejumlah objek kecil.

"Jenis robot alam ini dapat dihubungkan dengan robot buatan lainnya (untuk membuat) sistem hibrida," kata Chen Xiaodong, penulis utama studi penelitian di Nanyang Technological University (NTU), kepada AFP, Senin (5/4).

Masih ada tantangan yang harus diatasi para Ilmuwan. Mereka, misalnya, baru dapat menggerakkan kelopak tanaman penangkap lalat ini untuk menutup tetapi belum dapat membukanya kembali. Pada tanaman venus sesungguhnya atau yang asli, proses ini biasanya memakan waktu 10 jam atau lebih untuk terjadi secara alami.

Pertahanan tanaman

Sistem ini juga dapat menangkap sinyal yang dipancarkan oleh tumbuhan sehingga memungkinkan petani dapat mendeteksi masalah pada tanaman mereka sejak dini.

"Dengan memantau sinyal listrik tanaman, kami mungkin dapat mendeteksi kemungkinan sinyal bahaya dan kelainan. Para petani mungkin mengetahui saat penyakit sedang berlangsung, bahkan sebelum gejala yang muncul sepenuhnya pada tanaman," kata Chen.

Para peneliti percaya teknologi semacam itu bisa sangat berguna karena tanaman menghadapi ancaman yang semakin meningkat akibat perubahan iklim.

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa tanaman dapat memancarkan sinyalm atau arus listrik yang sangat lemah tetapi permukaannya yang tidak rata dan seperti lilin, membuat  mereka kesulitan untuk memasang sensor secara efektif.

Sebagai solusinya, para peneliti di NTU mengembangkan elektroda lembut seperti film yang pas dengan permukaan tanaman dan dapat mendeteksi sinyal dengan lebih akurat. Sensor tersebut dipasang menggunakan "thermogel", yang cair pada suhu rendah tetapi berubah menjadi gel pada suhu kamar.

Penelitian untuk ‘berkomunikasi’ dengan tanaman ini merupakan yang terbaru. Pada tahun 2016, tim Institut Teknologi Massachusetts mengubah daun bayam menjadi sensor yang dapat mengirimkan peringatan (melalui email) kepada para ilmuwan saat mereka mendeteksi sisa bahan peledak di air tanah. (AFP/M-4)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya