Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
Bagi sebagian besar orang, musik telah menjadi bagian yang amat penting di setiap rutinitas, tak terkecuali ketika berolahraga. Barangkali itu pula yang selama ini menjadi alasan pelari, pendayung, atau binaragawan selalu mengenakan perangkat jemala atau telinga saat latihan.
Dengan mendengarkan musik, mereka biasanya akan merasa lebih semangat dan mendapatkan energi. Akan tetapi, pernahkan terpikir seperti apa persisnya manfaat yang mereka dapatkan ketika mendengarkan musik sambil berolahraga?
Pertanyaan demikian telah diurai Costas Karageorghis. Psikolog Olahraga dan Kesehatan, Brunel University London, Inggris itu sebelumnya selalu menitikberatkan amatan pada genre musik moderen seperti rock, dance, hip-hop, dan R&B. Akan tetapi baru-baru ini ia mencoba menelaah bagaimana manfaat yang didapat ketika mendengar musik klasik saat berolahraga.
Mendengarkan musik saat berolahraga, kata Karageorghis, umumnya akan memberikan 'efek disosiatif'. Artinya, musik dapat membantu mengalihkan pikiran dari gejala internal yang berhubungan dengan kelelahan. Meskipun musik tidak dapat mengurangi persepsi pengerahan tenaga pada intensitas kerja, akan tetapi ia dapat memengaruhi suatu area pada otak yang terkait dengan suasana hati.
"Jadi karya yang indah secara estetika seperti 'William Tell Overture: Final' tidak akan memengaruhi apa yang Anda rasakan saat paru-paru 'terbakar' di atas treadmill, tetapi mungkin akan memengaruhi perasaan Anda. Intinya, musik yang menyenangkan bisa mewarnai interpretasi seseorang tentang kelelahan dan meningkatkan pengalaman berolahraga," katanya, seperti dilansir dari Independent, Kamis, (18/2).
Namun, Karageorghis juga menjelaskan pengaruh musik tidak hanya berhenti pada perasaan dan persepsi saja. Musik dapat memberikan efek 'ergogenik' atau meningkatkan intensitas kerja.
Merujuk penelitian psikolog Maria Rendi, Karageorghis menjelaskan tempo lambat dan cepat dalam pemutaran 'Beethoven's Symphony No 7 in A mayor (op 92)' rupanya telah memengaruhi performa pelari cepat (sprint). Tempo cepat (144 bpm) menghasilkan peningkatan kinerja sebanyak 2%, sementara yang lambat (76 bpm) menghasilkan peningkatan sebanyak 0,6%.
"Beberapa anggota tim kami juga sering mendengarkan musik klasik dalam rutinitas berlari sehari-hari. Kami menemukan musik klasik rupanya telah menyalakan imajinasi dan umumnya menambah pengalaman berlari, terutama bila dinikmati bersama lanskap yang menginspirasi," imbuhnya.
Karageorghis menambahkan musik klasik barangkali akan memberikan efek yang lebih kuat jika didengarkan tepat sebelum atau setelah berolahraga. Sebelum olahraga ia berfungsi untuk membangun energi, membangkitkan citra positif, dan menginspirasi gerakan. Karya seperti 'Chariots of Fire' dari Vangelis, yang familiar dengan 'kejayaan' dapat memengaruhi intensitas kerja dengan sangat baik.
Untuk aplikasi pascaolahraga, musik klasik akan menjadi penenang dan merevitalisasi atau mempercepat proses kembalinya tubuh dalam keadaan istirahat. Pola dasar solo piano Erik Satie dalam 'Gymnopédie No 1' akan menjadi 'gelombang kejut (pijatan sonik)' untuk otot pendengar yang lelah.
Karageorghis juga punya rekomendasi daftar putar musik klasik yang dapat didengarkan saat olahraga. Berikut adalah daftar tersebut, yang ia susun bersama asisten penelitian, Luke Howard:
- 'Boléro' karya Maurice Ravel: Diputar dengan tempo rata-rata 70bpm, sangat bagus untuk persiapan mental sebelum berolahraga.
- 'Juba Dance - Symphony No 1 in E minor' karya Florence Price: Simfoni yang lembut dalam lagu ini akan meningkatkan detak jantung selama fase pemanasan.
- 'Part IV Finale Allegro Assai, Symphony No 40 in G minor' karya Wolfgang Amadeus Mozart: Musik yang meriah untuk segmen latihan dengan intensitas rendah hingga sedang.
- 'Prélude to Act 1 of Carmen' karya Georges Bizet: Temponya yang menderu-deru (128bpm) cocok menjadi teman latihan dengan intensitas tinggi. Fitur melodi dan harmoni yang indah dari karya ini dapat membantu pendengar melepaskan diri dari rasa sakit (lelah).
- 'Concerto No 1 in E Major, Op 8, La Primavera' karya Antonio Vivaldi: Sangat bagus untuk pemanasan dan menjaga langkah untuk kembali ke kondisi istirahat secara bertahap.
(TheIndependent/M-2)
NBA secara resmi menyetujui penjualan Boston Celtics kepada kelompok investor yang dipimpin Bill Chisholm dengan nilai mencapai US$6,1 miliar atau sekitar Rp99 triliun.
berolahraga 45 menit dengan latihan interval intensitas tinggi, dapat memicu lonjakan myokine dan menekan pertumbuhan sel kanker payudara hingga 30 persen.
Berlari adalah salah satu olahraga yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh, mulai dari menurunkan tekanan darah hingga menjaga berat badan ideal.
Ajang ini diikuti 335 atlet terdiri dari 128 atlet disabilitas dari 13 provinsi dan lebih dari 200 peserta umum.
Olahraga selama ini identik dengan tubuh bugar dan sehat. Namun, manfaatnya melampaui aspek fisik — kesehatan mental juga ikut terjaga.
Langkah ini merupakan bentuk investasi jangka panjang untuk mencetak atlet profesional yang dapat mengharumkan nama Kabupaten Tangerang di kancah nasional dan internasional.
Kemajuan teknologi dan hasil riset yang menjanjikan pada tikus telah membuka jalan bagi pengobatan untuk gangguan otak yang mematikan.
Penelitian di India ungkap, mangga bisa aman untuk penderita diabetes tipe 2 jika dikonsumsi terkontrol. Simak manfaat, riset, dan tips aman makannya.
Peneliti menemukan 6% burung liar di Australia memiliki kromosom satu jenis kelamin, tapi organ reproduksi milik jenis kelamin lain.
Kemdiktisaintek menegaskan komitmennya untuk memperkuat perlindungan dan pemanfaatan kekayaan intelektual (KI) dari hasil riset dan inovasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Dialog kebijakan antara Australia dan Indonesia merupakan langkah penting menuju pembangunan kemitraan yang lebih dinamis dan saling menguntungkan.
KELELAWAR vampir punya cara yang sangat aneh untuk mendapatkan energi. Hal itu diungkapkan para ilmuwan setelah menempatkan mereka di atas treadmill.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved