Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PADA akhir Oktober dan awal November 2020, dua topan dahsyat menghantam Filipina, memorakporandakan negara itu hanya dalam beberapa hari. Sebelumnya, kebakaran hutan menghancurkan lebih dari 20% hutan di Australia, menghanguskan lebih dari 1.400 rumah, serta menewaskan hampir satu juta hewan. Para ahli menghubungkan sejumlah peristiwa itu sebagai dampak dari perubahan iklim.
Paparan di atas ialah fakta, bukan cuplikan film-film fiksi ilmiah. Namun, jika ingin membayangkan bagaimana dahsyatnya bencana semacam itu, tidak ada salahnya juga jika Anda menonton film-film, seperti Chasing Ice (2012) atau dokumenter An Inconvenient Sequel: Truth to Power (2017). Film-film tersebut dapat dilihat di kanal Youtube. Bukan untuk menakut-nakuti. Setidaknya, di situ kita bisa mendapat gambaran bagaimana bahayanya dampak perubahan iklim.
Soalnya, bukan cuma kerusakan alam di muka bumi, dampak perubahan iklim juga telah memengaruhi kesehatan mental manusia. Istilah medisnya eco-anxiety. Kondisi yang digambarkan American Psychological Association (APA) sebagai ketakutan kronis terhadap kehancuran lingkungan. Hal ini, menurut APA, makin sering dialami orang belakangan ini.
Sebuah jajak pendapat baru-baru ini, yang juga dilakukan APA, menyebutkan sebanyak 68% orang dewasa di AS mengaku sedikit cemas terhadap kondisi lingkungan. Sekitar setengah dari mereka yang berusia antara 18 dan 34 tahun mengatakan stres yang mereka alami karena memikirkan seputar perubahan iklim, telah memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Mungkin di tengah kesibukan bergunjing di media sosial, hal-hal semacam itu belum atau barangkali tidak menjadi perhatian utama masyarakat kita. Peristiwa kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, topan/badai, mungkin hanya dibaca sekilas seperti halnya berita kasus curanmor atau pencurian helm, apalagi peristiwanya bukan terjadi di depan mata kepala sendiri.
Namun, percayalah cepat atau lambat, itu akan semakin sering kita lihat atau bahkan alami. Apalagi kini dunia makin terhubung. Peristiwa kecil di suatu tempat bisa berdampak di tempat lain. Bukankah pandemi covid-19 ini juga berawal dari seseorang yang batuk di Wuhan? Begitu pula mencairnya es di Kutub Utara yang telah menyebabkan banjir di sejumlah negara.
Namun, kita tak perlu terlampau cemas berlebihan seperti sebagian masyarakat AS yang dipaparkan dalam studi APA, apalagi kini kita juga sudah dibuat stres oleh pandemi covid-19. Namun, jangan juga terlalu apatis. Lebih baik berbuat sesuatu untuk ikut mereduksi dampak perubahan iklim meski itu cuma tindakan kecil. Remaja yang bergiat sebagai aktivis lingkungan, Greeta Thunberg, misalnya, membuat resolusi di ultahnya yang ke-18 tahun ini dengan berhenti membeli baju baru untuk selamanya. Seperti kita tahu, konsumsi yang dilakukan manusia, entah itu pangan, fesyen, maupun kendaraan, atau barang-barang elektronik, sedikit banyak berpengaruh pada kerusakan alam.
Kita bisa juga mulai ikut berpartisipasi seperti yang dilakukan remaja asal Swedia itu, misalnya, dengan mengurangi penggunaan plastik atau berkebun seperti yang marak dilakukan sebagian masyarakat akhir-akhir ini. Kegiatan positif semacam itu patut diteruskan. Intinya, do it something. Mumpung hari ini bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Nasional, tidak ada salahnya mulai sekarang kita lebih peduli pada kelestarian alam. Bukan untuk gagah-gahan, melainkan demi kepentingan kita sendiri dan planet yang kita tinggali bersama ini.
Bantuan yang diterima DLH Kabupaten Karawang tersebut terdiri dari 130 bibit pohon mangga dan 125 bibit pohon jambu.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup harus dimulai sejak dini, sehingga menjadi kebiasaan hingga dewasa.
Di tengah meningkatnya polusi plastik, seorang guru di SDN 003 Bontang Utara, Bontang, menunjukkan bahwa perubahan dapat dimulai dari ruang kelas.
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo melakukan penanaman sekitar 40 ribu pohon secara serentak di empat regional dan empat subholding perusahaan.
Sebanyak 47 pohon pulai (Alstonia scholaris) ditanam secara simbolis oleh Menteri Lingkungan Hidup, perwakilan Jasa Marga, serta Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan.
Sampah plastik bukan sekadar masalah lingkungan. Ini adalah masalah sistemik yang butuh solusi lintas sektor.
Contoh lainnya pemimpin yang gagal mengelola urusan beras ialah Yingluck Shinawatra.
Biar bagaimanapun, perang butuh ongkos. Ada biaya untuk beli amunisi dan peralatan tempur.
WAKTU pemungutan suara untuk pemilihan presiden (pilpres) ataupun legislatif (pileg) tinggal menghitung hari
Seperti halnya virus korona, bentuk patologi sosial semacam itu kini juga masih ada dan bergentayangan. Mereka cuma bermutasi menjadi bentuk lain, dari yang kelas teri hingga kakap.
Ditambah dampak fenomena El Nino, bisa dibayangkan bagaimana ‘kerasnya’ hidup di Ibu Kota dalam beberapa hari ke depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved