Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Iwan Dento: Setelah Sukses Menghadang Tambang

Bagus Pradana
03/1/2021 02:10
Iwan Dento: Setelah Sukses Menghadang Tambang
Iwan Dento.(MI/SUMARYANTO BRONTO)

RAMMANG-RAMMANG ialah kawasan hutan karst di Maros, Sulawesi Selatan, yang kaya dengan gua-gua berhias lukisan tangan manusia prasejarah. Sejumlah gua ini juga merupakan rumah dari mata air yang mengaliri Sungai Pute, satu-satunya sungai yang membelah hutan karst Rammang-Rammang.

Namun, kekayaan alam kawasan itu nyaris punah pada medio 2007 ketika Pemerintah Kabupaten Maros memberikan izin bagi sejumlah investor untuk membuka tambang batu marmer dan gamping. Tidak ingin alamnya rusak, dua pemuda setempat, Muhammad Ikhwan Amrullah dan Iwan Dento, memotori warga untuk menolak kehadiran tambang.

“Rammang-Rammang ini kampung yang punya akar budaya tua, ketika ada tambang yang masuk di tengah situs prasejarah, yang dampaknya pada lingkungan kampung kami, kami tidak bisa diam saja,” papar Iwan saat menjadi bintang tamu dalam acara Kick Andy episode Asa Pariwisata Kita, hari ini.

Gerakan penolakan itu membuahkan hasil pada 2013 dengan pembatalan izin tambang. Tidak hanya gembira, Iwan juga risau karena warga tentunya membutuhkan mata pencarian lain. Iwan juga sadar jika pemerintah ataupun pengusaha akan menyudutkannya jika dalam beberapa waktu ke depan ia tidak bisa membuat kemajuan bagi wilayah maupun warga tersebut.

Pria kelahiran Maros, 1980, itu lalu melirik sektor pariwisata.

“Saya naik perahu, itu biasa saja. Tapi ketika saya terima tamu, mereka naik perahu, lihat sapi dan capung, senangnya bukan main. Ada tamu datang sore, besok paginya pulang, katanya cuma mau lihat kunang-kunang. Ternyata pariwisata sesimpel itu,” ujarnya. Iwan pun bergerak membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) bersama warga desa yang berfungsi sebagai penggerak sektor wisata di Rammang-Rammang.

Kawasan Rammang-Rammang mulai dibuka untuk pariwisata pada 2015. Turis dapat menikmati pemandangan hutan sembari menyusuri Sungai Pute dengan perahu menuju Kampung Adat Berua dan beberapa lokasi gua purba di sana. Jika berkunjung ke Rammang-Rammang saat petang hari, Anda dapat menikmati pemandangan kunangkunang dan bulan purnama yang sangat indah di hutan karst tersebut.

Membiarkan alam berevolusi dengan sendirinya merupakan solusi yang Iwan pilih untuk menjadikan kampungnya, Rammang-Rammang, tetap lestari. “Jika ada perubahan, harus sesuai kebutuhan warga. Sekarang jika ada orang datang ke Rammang-Rammang mau tembak burung, warga kampung akan mencegahnya. Mereka juga membiarkan kampung tetap seperti ini. Mereka mau lakukan proses perubahan yang alami,” tutupnya. (Bus/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik