Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Alimin: Pariwisata yang Berkawan Lingkungan

Bagus Pradana
03/1/2021 02:00
Alimin: Pariwisata yang Berkawan Lingkungan
Alimin.(MI/SUMARYANTO BRONTO)

SEJAK 2017, Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, memublikasikan citra pariwisata ramah lingkungan. Desa yang berjarak sekitar 88 km dari Tenggarong yang merupakan ibu kota Kutai Kartanegara itu memang memiliki kekayaan alam yang unik.

Selain berada di tepi Danau Semayang dan dilalui anak Sungai Mahakam, Desa Pela juga didominasi kawasan berawa. Geografi tersebut menghasilkan bentuk permukiman berupa rumah panggung dan jalanan desa yang dibuat dari susunan kayu ulin.

Keindahan desa itulah yang disadari salah satu warganya, potensial untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata. Alimin, sang warga tersebut, pun semakin terpacu melihat desa yang berada di seberang mereka telah lebih dulu mengembangkan pariwisata. Untuk mencapai Desa Pela, pengunjung yang datang dari Tenggarong hanya dapat menempuh perjalanan darat hingga Desa Liang Ulu. Selanjutnya, pengunjung harus menyeberangi Sungai Mahakam. Namun, lamanya perjalanan akan terbayar dengan alam yang indah.

“Saat itu kami melihat desa seberang yang berbeda kecamatan dengan kami saja bisa mengembangkan desa mereka, kenapa kami tidak bisa?” kenang Alimin mengenai kondisi pada 2016 itu saat tampil di Kick Andy episode Asa Pariwisata Kita, yang tayang hari ini. Kepada host Andy Noya, pria berusia 43 tahun itu mengungkapkan jika Desa Pela memiliki keunggulan pesona keindahan matahari terbenam dan juga sebagai tempat untuk melihat atraksi pesut mahakam.

Alimin pun mengajak anak-anak muda desa untuk mempromosikan pariwisata desa. Pada 2007, keindahan desa itu sempat viral setelah diabadikan dalam bentuk video.


Menjaga kelestarian pesut

Di sisi lain, Alimin mengaku jika ia tidak ingin pariwisata desa berkembang sekadar seperti umumnya. Ia menyadari jika pariwisata dapat juga berdampak buruk pada lingkungan, salah satunya dari meningkatnya volume sampah.

Dari situlah, ia yakin jika pariwisata yang cocok bagi tanah kelahirannya haruslah yang ramah lingkungan. Lebih spesifik lagi, pariwisata desa itu harus berbarengan dengan konservasi pesut.

Pada 2017, Alimin membuat usulan kepada Pemerintah Kutai Kartanegara agar membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Pela. Tujuannya mengatur kedatangan dan pola wisata turis serta menjaga Sungai Pela yang merupakan habitat alami pesut dari sampah-sampah yang dihasilkan para wisatawan.

Selain menginisiasi Pokdarwis, Alimin juga membuat sebuah museum sederhana untuk memperkenalkan seluk-beluk Desa Pela kepada para pengunjung. Museum itu didirikan di dekat dermaga dan memiliki dua lantai. Lantai dasar difungsikan untuk museum, sementara lantai dua berfungsi sebagai tempat bersantai. Dengan begitu, turis bisa menggali informasi mengenai Desa Pela dan alamnya sekaligus menikmati suasana sekitar.

“Ini yang desa kami punya, kami tidak ada minyak, batu bara, atau sawit, tapi kami punya alam yang indah,” tegas Alimin. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya