Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Nyanyian Paus Biru Terdengar di Samudra Hindia

Galih Agus Saputra
28/12/2020 06:10
Nyanyian Paus Biru Terdengar di Samudra Hindia
Paus Biru, mamalia terbesar di muka Bumi saat ini.(123RF)

Sekelompok peneliti dari African Aquatic Conservation Fund baru-baru ini menemukan tanda-tanda adanya populasi paus biru di Samudra Hindia bagian barat laut. Nyanyian mamalia terbesar di muka Bumi itu - - beratnya diperkirakan mencapai 380.000 pon (172,3 ton), dengan panjang sekitar 100 kaki (30,4 meter)-- dideskripsikan melalui jurnal Endangered Species Research.

Pakar Biologi Mamalia, Salvatore Cerchio, kali pertama mendengar lengkingan mahluk tersebut ketika melakukan penelitian terkait sekumpulan paus Omura di lepas pantai Madagaskar beberapa tahun lalu. Setelah mendengar gemuruh, ia dan tim lantas memutuskan untuk membenamkan alat pendeteksi suara ke perairan yang lebih dalam dengan harapan bisa menguping lebih jauh.

“Ini seperti mendengarkan lagu yang berbeda dalam satu genre, Stevie Ray Vaughan versus BB. King. Jika Anda meletakkan hidrofon di tempat yang belum pernah ada orang yang meletakkan sebelumnya, Anda akan menemukan sesuatu,” katanya, seperti dilansir dari New York Times, Minggu, (27/12).

Selewat 2018, pihaknya bekerja sama dengan peneliti-peneliti lain, dan kemudian mendapati ada nyanyian yang mirip, di Laut Arab dan perairan Kepulauan Chagos. Keduanya merupakan bagian dari Samudra Hindia. 

Bagi Asha de Vos, yang merupakan ahli biologi kelautan, penemuan ini menjadi pengingat bahwa laut merupakan wilayah yang sangat luas dan masih banyak area yang belum dikunjungi. Populasi paus dengan nada berbeda mungkin terpecah menjadi subspesies, dengan perilaku dan kebiasaan mereka sendiri.

Sejauh ini belum ada bukti dan informasi mengapa sekelompok paus biru tersebut terpisah dari kerabat lain yang ada di selatan. "Hal-hal seperti ini menunjukkan kepada kita bahwa ada populasi yang berbeda, dengan adaptasi berbeda, dengan kebutuhan yang berpotensi berbeda," katanya.

Menggunakan data 'akustik' untuk menentukan populasi baru, pada dasarnya tidak dapat dilakukan secara langsung. Alex Carbaugh-Rutland, yang mempelajari paus biru di Texas A&M University, mengibaratkannya seperti membersihkan sidik jari di tempat kejadian perkara.

Meski begitu, ia yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa hasil kerja Salvatore dan tim sangatlah bagus, terlebih ketika dilihat dari perbandingan dialek linguistiknya dengan paus lain.

“Saya pikir itu adalah bukti yang sangat meyakinkan,” katanya.

Salvatore selanjutnya membutuhkan sampel genetik, untuk membuktikan eksistensi paus biru dari nyanyian ini. Sayangnya paus biru cukup sulit untuk dipelajari. Di samping kebiasaan mereka menjauh dari pantai dan perairan dangkal, paus biru juga termasuk hewan langka yang terancam punah lantaran terjadi perburuan besar-besaran atas mereka pada abad 19 hingga 20. Salvatore memperkirakan perburuan telah mencapai angka ratusan ribu, dan menyisakan 10.000 hingga 25.000 paus biru di lautan dewasa ini. (NYTimes/M-2) 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya