Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Covid-19 tanpa Logika

Meirisa Isnaeni Staf Bahasa Media Indonesia
15/11/2020 03:15
Covid-19 tanpa Logika
Meirisa Isnaeni Staf Bahasa Media Indonesia(Dok. Pribadi)

DEMI memutus rantai penyebaran virus korona baru (covid-19), pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir). Menjaga jarak atau menerapkan physical distancing menjadi salah satu cara efektif untuk melindungi diri dari paparan virus korona.

Dalam kondisi ini, jarak aman penting diperkirakan agar bisa terhindar dari virus korona. Ada beberapa anjuran mengenai jarak fi sik yang aman di era kenormalan baru. Ada yang menyebut idealnya jarak antarorang ialah dua kali lengan orang dewasa, tetapi ada juga yang bilang satu lengan orang dewasa (kira-kira 1 meter) sudah cukup. Salah satunya, seperti yang dikutip dalam akun Twitter @PT_Transjakarta, “Pembatasan pelanggan di dalam bus dilakukan agar jaraknya tetap terjaga satu lengan. Mari bersama-sama tertib menjaga jarak satu lengan di dalam dan di luar bus,” kutip akun Twitter @PT_Transjakarta.

Saya agak tergelitik dengan istilah ‘menjaga jarak satu atau dua kali lengan orang dewasa’. Berterima dan berlogikah istilah tersebut, yang jelas-jelas lengan itu bukan alat ukur? Lalu, berapa jarak yang aman agar kita tidak tertular virus korona? Mengapa menjaga jarak jadi salah satu hal yang penting?

Menurut World Health Organization (WHO), menjaga jarak minimal 2 meter bisa menekan penyebaran. Hal senada, menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, menjaga jarak minimal 2 meter untuk menghindari paparan virus korona.

Dari paparan di atas jelas apabila kita bisa menjaga jarak minimal 2 meter itu hal yang bagus, tetapi jauh lebih baik jika menjaga jarak lebih dari 2 meter karena risiko terinfeksi jauh lebih rendah.

Mengapa menjaga jarak salah satu hal yang penting? Droplet yang keluar saat kita batuk, jika tanpa masker bisa meluncur sampai 2 meter. Saat berbicara tanpa masker, aerosol (uap air) bisa meluncur sejauh 2 meter. Covid-19 menular melalui droplet, terutama ketika orang batuk dan bersin. Droplet yang membawa virus itu lalu masuk melalui mata, hidung, dan mulut, atau lewat tangan yang terkontaminasi ketika menyentuh permukaan di tempat umum.

Berkaitan dengan masalah kebahasaan di atas, berlogikah istilah menjaga jarak satu atau dua kali lengan orang dewasa? Tentu saja tidak berlogika sebab lengan bukanlah satuan alat ukur. Selain itu, karena ukuran panjang lengan orang berbeda-beda. Pun lengan dapat bergerak fleksibel (bisa ke depan, ke atas, ke bawah, dan ke samping).

Istilah bahasa tak berlogika ini sama seperti halnya soal ‘ ketinggian air’ dan ‘setinggi lutut orang dewasa’, yang tidak tepat saat reporter melaporkan terjadinya banjir. Dua contoh itu membenturkan logika dan persepsi. Secara logika, pengukur an debit air dilakukan dari atas ke bawah. Dalam KBBI, lema tinggi disebutkan ‘jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah’, sedangkan lema ‘dalam’ diartikan ‘jauh ke bawah (dari permukaan); jauh masuk ke tengah (dari tepi). Artinya, makna tinggi dimulai dari dasar menuju atas, sedangkan makna dalam di mulai dari permukaan ke bawah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya