Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Yuk, Ajak si Cilik Berkenalan dengan Sains

Galih Agus Saputra
21/10/2020 02:13
Yuk, Ajak si Cilik Berkenalan dengan Sains
Film House of Little Scientist dari Thailand(www.goethe.de)

Lembaga kebudayaan nirlaba asal Jerman, Goethe-Institut, kembali menghelat salah satu agenda tahunan, Science Film Festival (SFF) di Indonesia. Mengingat adanya musim pandemi Covid-19, untuk pertama kalinya SFF akan hadir secara daring mulai kemarin (Selasa, 20/10) hingga Jumat, 6 November mendatang.

Tahun ini menjadi perhelatan ke-11 SFF. Adapun tema dalam festival yang sengaja diselenggarakan untuk mempromosikan literasi sains kepada generasi muda di Asia Tenggara, Asia Selatan dan beberapa benua lainnya itu, kali ini ialah terkait Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru, Stefan Dreyer, dalam konferensi pers daring SFF 2020 menjelaskan, festival ini mencoba membantu memperluas percakapan tentang isu-isu sentral SDGs melalui
film yang menghibur mengenai sains, teknologi maupun lingkungan dan yang telah diseleksi secara internasional.

"Melalui percakapan ini, festival juga hendak menciptakan peluang bagi kita untuk bertindak dan berpartisipasi secara langsung membuat umat manusia dan planet kita menjadi
lebih baik,” imbuhnya, Selasa, (20/10).

Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah, mewakili universitas yang dewasa ini selalu diajak Goethe-Institut dalam SFF berharap, perhelatan ini dapat menjadi sarana untuk mengkomunikasikan science secara menarik dan menyenangkan. Dengan demikian, kedepannya paradigma yang berkembang dapat beranjak dari anggapan science yang selalu dipandang rumit dan kompleks.

"Ada tiga tema besar seperti yang ditampilkan sejak awal tadi, pertama science, kedua teknologi, dan yang ketiga adalah lingkungan. Saya rasa ketiga-tiganya saat ini perlu disosialisasikan, terutama science, karena kalau kita lihat ranking mayoritas perguruan tinggi di Indonesia di bandingkan negara-negara Asia Pasifik, tentu kita punya pekerjaan rumah yang cukup besar," tuturnya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerjasama Unika Atma Jaya, Eko Adi Prasetyanto yang turut memberikan sambutan dalam konferensi pers daring menambahkan, memperkenalkan dunia science ke tengah-tengah masyarakat kini menjadi sesuatu pekerjaan yang cukup penting.

"Saya sendiri kenapa memilih menjadi scientist karena, saya terinsipirasi bahwa science itu menyenangkan ketika SMA. Jadi mungkin dengan adanya SFF ini inspirasi menarik untuk menjadi scientist tidak hanya datang ketika sekolah SMA, tetapi jauh lebih awal lagi. Dari sejak kecil, sejak awal kita dapat mengenalkan science kepada seluruh masyarakat di Indonesia," imbuhnya.

Dalam pelaksanaannya, SFF akan memutar kurang lebih 15 film. Karya tersebut berasal dari Cile, Jerman, Myanmar, Spanyol, dan Thailand, serta tak lupa menayangkan pula hasil karya generasi muda asal Indonesia. Selain itu, festival juga
akan menyediakan bahan ajar maupun eksperimen sains yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung proses pembelajaran selama film ditayangkan.

Melalui hal tersebut, harapannya generasi penerus, khususnya, di kelompok usia sembilan hingga 14 tahun dapat menjelajahi berbagai isu di balik SDGs. Adapun informasi seputar SFF 2020 kini dapat diakses melalui akun Instagram @sciencefilmfest. (M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya