Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Begitulah kondisi ekosistem terumbu karang terbesar di dunia, Great Barrier Reef. Eksploitasi sumber daya laut ilegal, penangkapan ikan tak berkelanjutan, menambah parah kerusakan ekosistem terumbu karang di wilayah Australia tersebut.
Temuan otoritas taman laut pemerintah setempat menyebut, penangkapan ikan tak terkendali di sepanjang Great Barrier Reef membuat ekosistem terumbu karang lebih berisiko menggalami pemutihan massal.
The Guardian Australia menerima laporan dari para aktivis pelestari lingkungan dan komunitas pemancing tentang penghentian reformasi perikanan oleh pemerintah Queensland. Sedianya aturan itu dirancang untuk mengatasi masalah di sepanjang ekosistem terumbu.
Para nelayan memprotes kebijakan itu dengan keluar dari kelompok kerja kelolaan pemerintah. Mereka menyatakan tidak akan bergabung kembali sampai pemerintah negara bagian mengeluarkan peraturan baru guna membatasi jumlah dan jenis ikan yang dapat ditangkap.
Salah satunya adalah Presiden Mackay Recreational Fishers Alliance, John Bennett. Ia adalah salah satu pemancing yang menulis surat kepada Menteri Utama (Premier) Queensland, Annastacia Palaszczuk, untuk menyatakan pengunduran diri dari kelompok kerja buatan pemerintah.
Dalam surat itu dituliskan dampak dari penghentian kebijakan gegara politik adalah penghianatan atas itikad baik yang diberikan masyarakat.
Bennett mengatakan reformasi disahkan pada September 2019. Aturan itu menetapkan pembatasan tangkapan sektor rekreasi pada beberapa spesies, tetapi aturan itu tidak diikuti sektor komersial.
Great Barrier Reef didera tiga kali pemutihan karang dalam lima tahun terakhir akibat pemanasan global dan perubahan iklim.
Akhir Agustus lalu, The Great Barrier Reef Marine Park Authority (Otoritas Taman Laut Great Barrier Reef) merilis adanya praktek penangkapan ikan tak berkelanjutan yang disebut sebagai tangkapan insidental. Ikan yang ditangkap pun termasuk spesies rentan dan berisiko punah, seperti lumba-lumba, paus, duyung, ikan gergaji, ular laut, penyu, dan beberapa hiu.
“Penangkapan ikan yang berlebihan dan penangkapan ikan ilegal dapat membahayakan keberadaan jangka panjang dan memengaruhi ketahanan ekosistem laut,” kata otoritas tersebut.
Selain itu, penggunaan jaring berukuran besar dalam sekali penangkapan juga membahayakan satwa laut karena membuat mereka tersangkut lalu mati. Meskipun sudah ada aturan, penangkapan ikan berlebih menyebabkan penurunan signifikan pada jumlah beberapa spesies seperti kerang piring, kakap pantai timur Australia, mutiara, black jewfish, dan beberapa spesies hiu. (M-4)
Greeneration Foundation bersama EcoRanger dan Kecamatan Muara Gembong yang didukung oleh Fujitsu menyelenggarakan Merdeka Clean Up Muara Gembong
KEMENTERIAN Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menegaskan komitmennya dalam mengatasi polusi plastik pada forum internasional.
Penyelenggaraan trail run memberi multiplier effect bagi sektor perekonomian daerah.
Karena hormon oksitosin berpengaruh terhadap produksi ASI, ibu perlu merasa nyaman, diterima, dan didukung secara emosional, terutama pada masa menyusui.
Menyusui adalah salah satu solusi alami yang ramah lingkungan, karena mengurangi ketergantungan terhadap susu formula dan juga kemasan plastik.
Penelitian Universitas Negeri Ohio ungkap warga yang tinggal dekat laut punya harapan hidup lebih panjang. Faktor lingkungan dan sosial jadi kunci utama.
Sebanyak 2.500 bibit berbagai jenis terumbu karang, di antaranya Acropora Tenuis, Montipora Foliosa, Montipora Aequituberculata, dan Montipora Danae, ditanam.
Terumbu karang berbahan terak yang telah disebarkan telah sukses menjadi rumah bagi pertumbuhan karang alami sedikitnya 1,3 hingga 8,65 cm.
Pupuk Kaltim memperkuat upaya pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, melalui program konservasi terumbu karang serta konservasi tanaman mangrove.
Modul paranje, yang berbentuk seperti kurangan ayam, merupakan kolokasi habitat (sharing) atau tempat hidup bersama ikan dan karang.
Peristiwa pemutihan karang global keempat sejak 1998 kini berdampak pada 84% terumbu karang dunia, menjadikannya yang paling parah dalam sejarah.
Upaya menjaga kelestarian kawasan konservasi Gili Matra ini tidak hanya bergantung pada masyarakat setempat, tetapi juga hasil dari sinergi dengan berbagai pihak, termasuk BRI.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved