Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
AWAL April lalu saya melihat seorang teman mengunggah status Whatsapp berupa video lelucon. Dalam video itu tampil seorang asisten rumah tangga dan majikannya. Dialog mereka menghibur saya sejenak di tengah wabah awal tahun ini.
Si asisten rumah tangga sedang menyiapkan sayur untuk dimasak ketika majikannya datang. Si majikan mempertanyakan pilihan asisten rumah tangganya yang berhari-hari hanya memasak sayur. Ia meminta asisten rumah tangganya itu berhenti memasak sayur. “Bosan tiap hari lihat daun hijau lagi daun hijau lagi. Lauk yang lain, kek.”
Si asisten rumah tangga menanggapi, seingat saya kira-kira begini, “Lah, Nyonya, sekarang ini kan lauk daun disarankan untuk menjaga kesehatan pas lagi ada virus korona. Orang-orang bilang harus lauk daun di rumah biar enggak ketularan virus korona.”
Si majikan tertegun sepersekian detik lalu berkata, “Itu lockdown, Bi. Bukan lauk daun seperti ini.” Gantian si asisten rumah tangga yang bengong, menunjukkan air muka tak mengerti dan masih tak setuju ketika majikannya berlalu.
Saya tertawa karena salah tangkap istilah lockdown itu. Mengandalkan pendengaran memang bisa menimbulkan ketidakakuratan dalam menerima informasi.
Dalam ajaran komunikasi sebagai transmisi pesan, ada hal-hal yang mengganggu kejernihan penyampaian pesan. Ada noise yang memecah perhatian. Akhirnya penerima pesan membuat persepsi yang keliru.
Dampaknya bisa terjadi communication breakdown, seperti dilantunkan Led Zeppelin di lagu Communication Breakdown. ‘Communication breakdown It’s always the same I’m having a nervous breakdown Drive me insane’
Komunikasi yang tak sampai--atau pantun masa kininya Jaka Sembung naik ojek, nggak nyambung Jek--memang bisa berbuah macam-macam rasa, dari mangkel hingga frustrasi. Bikin gila juga, teriak Robert Plant si vokalis grup rock itu.
Video itu memang hasil kreativitas orang dalam memanfaatkan keterputusan komunikasi karena penyerapan informasi berdasarkan indra pendengaran.
Namun, saya juga menangkap adanya pelampiasan emosi si kreator dalam situasi wabah virus korona ini. Informasi tentang virus itu yang begitu banyak didapat berbenturan dengan realitas yang dihadapi orang.
Berseliweran informasi mulai ciri dan cara penularan hingga pencegahan penularannya dari diri sendiri lewat jaga jarak fisik dan lewat cara yang diulang-ulang digaungkan di banyak saluran komunikasi: lockdown.
Namun, bukan lockdown--atau karantina wilayah dalam bahasa undang-undangnya-- yang diterapkan, justru istilah baru lagi yang diberlakukan, pembatasan sosial berskala besar.
Muncul lagi keterputusan komunikasi karena pembatasan yang dipopulerkan dengan singkatan PSBB itu berbeda dengan lockdown. Padahal, lockdown sudah diproses dan diterima alat penerima pesan dalam benak masyarakat sebagai keniscayaan dalam menanggulangi penyakit yang ditimbulkan virus itu, yang sebenarnya berbentuk indah bak korona matahari.
Berikutnya memang ditransmisikan makna dan maksud pembatasan sosial berskala besar kepada masyarakat. Ketika komunikasi efektif membutuhkan waktu, situasinya justru mendesak semua pihak untuk segera mematuhi PSBB.
Memperbaiki keterputusan komunikasi membutuhkan rasa menerima adanya kesalahan, ketenangan, fokus pada kesatuan, pengutamaan orang alih-alih argumen, dan kesabaran. Namun, membahasakannya lebih mudah daripada mempraktikkannya agar tak muncul lauk daun lagi, lauk daun lagi.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
PEMERINTAH Amerika Serikat membekukan dana sebesar 500 juta dolar AS yang dialokasikan untuk proyek vaksin mRNA produksi produsen bioteknologi CureVac dan mitranya, Ginkgo Bioworks.
Stratus (XFG), varian COVID-19 baru yang kini dominan di Indonesia, masuk daftar VOM WHO. Simak 5 hal penting menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama.
LAPORAN terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa covid-19 XFG atau covid-19 varian stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.
varian Covid-19 XFG atau stratus tampaknya tidak membuat orang parah dibandingkan varian sebelumnya. Namun, ada satu gejala yang khas yakni suara serak atau parau.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved