Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
RE:NKARNASI merupakan buku terbaru karya Maman Suherman berkolaborasi bersama Hayuning Sumbadra. Buku ini berawal dari napak tilas novel Maman sebelumnya, Re:.
Re: merupakan novel Maman yang dialih wahanakan dari skripsinya, berjudul ‘Pola Pemerasan dalam Kepelacuran Lesbian di Wilayah Jakarta Pusat 1987-1989.’ Novel Re: terbit pada 2014. Dan tahun ini, Re;nkarnasi menjadi seri ketiga dari novel Maman yang berbicara secara khusus mengenai persoalan perempuan, setelah Re; (2014), dan PeREmpuan (2016).
Maman dan Hayuning mengunjungi titik-titik tokoh Re pernah hidup. Maman mengajak Adra, sapaan Hayuning Sumbadra untuk menapak tilas tempat-tempat yang pernah menjadi saksi yang ia saksikan dan alami 30 tahun silam.
“Awalnya enggak berencana bikin Re;nkarnasi sama sekali. Kang Maman bilang, (aku) sebagai desainer fesyen untuk bikin sesuatu dari cerita dia. Diterjemahkan ke koleksi fesyen. Tapi malah nyangkut jadi buku,” cerita Adra saat peluncuran buku Re;nkarnasi melalui konferensi video di aplikasi Zoom, Minggu, (19/4).
Adra awalnya membuat lukisan dalam medium kanvas berukuran 40x40 sentimeter. Mulanya hanya diproyeksikan untuk terbitan ulang Re: tapi penerbit (Kepustakaan Populer Gramedia-KPG) menghendaki keinginan lain. Lalu, setelah Maman menulis naskah dan Adra menghasilkan beberapa gambar ilustrasi, Re;nkarnasi terbit menjadi trilogi dari Re: dan PeREmpuan.
“Ini cerita tentang perempuan yang terjebak di sindikat. Kalau cuma fesyen show sia-sia. Waktu itu kepikiran mau bikin pentas teaternya juga. Re;nkarnasi bakal jadi alat kampanye, yang tujuan besarnya ngasih tahu banyak orang bahwa ini cerita nyata. Fakta bahwa masih banyak perempuan terjebak untuk diperdagangkan, terjebak sindikat pelacuran, baik heteroseksual, maupun homoseksual. Mereka nasibnya masih sama seperti Re pada 30 tahun lalu. Ini nyata dan terjadi di sekitar kita bahkan dekat sekali,” sambung Adra.
Penggunaan titik koma (;) dalam judul pun dimaksudkan Maman bahwa dalam karya terbarunya ini, bahwa persoalan terhadap ketidakadilan dan kekerasan terhadap perempuan masih belum selesai.
“Re;nkarnasi sebagai ruang terbuka yang tidak memberikan titik. Re;nkarnasi kenapa masih koma, karena belum ada perubahan terhadap nasib perempuan,” ungkap Maman.
Maman pun mengatakan, bahwa Re: merupakan upayanya untuk menyampaikan pesan sosok Re yang ia temui semasa melakukan penelitian saat itu. Lewat sosok Re, Maman juga belajar mengenai moralitas serta bagaimana menilai orang tidak sekadar hitam putih. Ia teringat ketika Re, pernah membelikannya buku seharga Rp500 ribu. Saat itu Maman yang sebagai mahasiswa tidak sanggup membeli dan justru Re, yang merupakan obyek penelitiannya itu yang membelikan. Dengan syarat, Maman harus melanjutkan ceritanya.
Maman kemudian menunjukkan foto yang disertakan dalam buku barunya itu. Saat Maman sidang skripsi. Foto tersebut ternyata dipotong. Sebab, ada dua orang yang mewakili Re, dua orang yang selamat sampai saat itu. Maman bercerita, sebelum ia menyelesaikan skripsi, Re pernah bertanya padanya, “Boleh enggak, pelacur datang ke UI?”
“Itu yang enggak muncul di gambar itu, adalah dua perwakilan Re. Tidak saya munculkan karena untuk menghormati mereka,” sambungnya sembari menunjukkan foto.”
Dua novel yang mendahului Re;nkarnasi, Re: dan PeREmpuan, menjadi bahan diskusi oleh beberapa lembaga seperti Komnas HAM. Dalam membicarakan permasalahan yang dihadapi perempuan. Pax Benedanto, mewakili penerbit, menyebutkan, keputusan untuk mengalih wahanakan skripsi menjadi novel pada 2012 ketika itu menjadi tepat.
Menurutnya, hingga saat ini, terbukti cerita ini menjadi lebih bisa banyak dijangkau oleh publik. Sebagai karya populer, yang berangkat dari karya ilmiah. “Dan bahkan menjadi karya ilmiah kembali ketika novel dikaji menjadi skripsi,” ujarnya.
“Re;nkarnasi bisa jadi pemantik kita ke depannya. Jadi perahu di forum-forum yang lebih besar. Menjadi alat menuju ke sana. Misalnya sebagai pemantik pembahasan mengenai UU Kekerasan Seksual untuk segera diselesaikan,” tegas Maman. (M-4)
Meski hanya ingin bermain seperti teman-teman sebayanya, Sato Reang tak bisa mengabaikan seruan beribadah dari sang ayah.
Visi yang kuat dapat memberikan arahan dan motivasi bagi seluruh anggota tim.
Berbagai kisah seru, menarik, dan menyentuh saat kuliah di STP/IISIP 40 tahun lalu tergambarkan dalam antologi cerpen mini berjudul Tahun Ini 40 Tahun Lalu.
Buku tersebut juga mengisahkan sisi-sisi humanis terkait peristiwa sejarah pascagempa dan tsunami 2004.
Meskipun secara eksplisit Rumi tidak pernah mendefinisikan makna cinta, lewat syair-syairnya dapat ditelusuri lebih jauh bagaimana penjelasan cinta yang ia maksudkan.
Patah hati sampai saat ini secara umum masih dianggap sebagai hal yang trivial dan terkesan remeh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved