Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Bersyukur Tak Membantu Mengurangi Gejala Depresi
Selama ini memperbanyak rasa syukur dan terima kasih dianggap sebagai saran mujarab untuk membuat seseorang menjadi lebih bahagia dan sehat dalam banyak hal, termasuk mengurangi perasaan cemas atau depresi.
Namun, riset baru-baru ini yang dilakukan oleh para peneliti dari The Ohio State University, Amerika Serikat (AS), mematahkan anggapan yang seolah diyakini menjadi kebenaran begitu saja oleh banyak masyarakat. Penelitian itu mendapati bahwa intervensi rasa syukur dan terima kasih terhadap depresi dan rasa cemas ternyata memiliki manfaat yang terbatas.
Profesor Psikologi dari The Ohio State University yang terlibat dalam penelitian, Jennifer Cheavens mengatakan ada dua intervensi rasa syukur (metode untuk meningkatkan pengaruh positif guna mengurangi dampak negatif dan gejala depresi) yang umumnya direkomendasikan.
Pertama, latihan menuliskan "tiga hal baik", yang membawa seseorang untuk memikirkan tiga hal baik bagi mereka pada hari itu, kemudian menuliskannya dan merenungkannya.
Adapun cara kedua ialah dengan "kunjungan terima kasih" (gratitude visit) yakni menuliskan surat terima kasih kepada seseorang yang telah membawa perubahan baik dalam hidupnya dan kemudian membacakan surat itu kepada orang tersebut.
Penelitian itu dilakukan dengan menganalisis hasil dari 27 penelitian terpisah yang meminta peserta melakukan salah satu dari dua metode di atas, atau melakukan kegiatan lainnya yang serupa. Penelitian yang dilakukan terhadap 3.675 peserta itu mendapati, peserta yang melakukan intervensi rasa syukur dibandingkan dengan peserta yang melakukan kegiatan lainnya yang serupa namun tidak berkaitan dengan rasa syukur, menunjukkan hasil yang tak jauh berbeda terhadap pengurangan gejala depresi atau perasaan cemas.
Sebagai alternatif, Cheavens dan Cregg merekomendasikan untuk mengikuti perawatan yang telah terbukti efektif terhadap kecemasan dan depresi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT). Temuan tersebut sekaligus menunjukkan bahwa memberitahukan orang-orang dengan gejala depresi atau kecemasan untuk sekadar bersyukur atas hal-hal baik yang dimiliki tidak akan membantu untuk mengurangi gejala yang mereka rasakan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Happiness Studies tersebut menyebutkan bahwa hasil temuannya tidak berarti bahwa rasa terima kasih atau menggunakan intervensi syukur sebagai hal yang tidak bermanfaat. Meski tak membawa impak bagi pengurangan gejala depresi dan perasaan cemas, beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi rasa syukur dan terimakasih memiliki efektivitas dalam memperbaiki hubungan.
"Ada bukti bahwa orang yang memiliki rasa syukur sebagai ciri umum memiliki insiden masalah kesehatan mental yang lebih rendah dan hubungan yang lebih baik. Masalahnya adalah ketika kita mencoba mengubah rasa syukur itu menjadi alat pertolongan diri sendiri. Bersyukur tidak dapat memperbaiki semuanya,” terang penulis utama penelitian yang mengambil studi doktoral psikologi di The Ohio State University, David Cregg. (MedicalXPress/M-2)
TAK mudah melangkah keluar dari kenyamanan, namun Almi membuktikan bahwa keberanian mencoba membuka pintu peluang besar.
Era Soekamto mengatakan akan terus melestarikan dan mempromosikan batik melalui karya-karya rancangannya sebagai seorang desainer serta menghadirkan platform Nusantara Wisdom.
Riset Akademik dalam Olahraga Prestasi Studi yang dilakukan Reilly, Bangsbo, dan Franks (2000) mencatat bahwa olahraga prestasi tidak lagi sekadar ajang unjuk kekuatan fisik dan bakat alami.
Profesor di Indonesia memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan riset atau penelitian karena waktunya dihabiskan untuk mengajar di kampus.
Pentingnya regulasi yang proporsional, khususnya di sektor kesehatan. Salah satu contohnya adalah perlunya pendekatan berbasis bukti dalam mengatur produk tembakau alternatif.
WAKIL Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie optimis terhadap masa depan riset Indonesia.
PENELITIAN di Finlandia menemukan hubungan antara mikrobioma atau bakteri usus tertentu dan depresi. Hasil penelitian itu dimuat dalam laman Science.
Diet yang mengurangi asupkan kalori secara ekstrem, bisa berdampak serius pada kesehatan mental.
Orang depresi dalam kondisi relapse bisa sangat sulit untuk membuka mata, apalagi berinteraksi atau melakukan aktivitas.
"Kalimat 'semangat ya' itu seringkali tidak membantu, malah memperburuk keadaan. Lebih baik katakan, 'aku nggak tahu kamu sedang melalui apa, tapi aku ada di sini kalau kamu butuh'.
Depresi tidak hanya memengaruhi emosi, tapi juga dapat merusak struktur otak seperti hippocampus dan prefrontal cortex.
Tidur lebih dari 9 jam setiap hari bisa menjadi gejala depresi yang serius. Kenali hubungan antara oversleeping, hypersomnia, dan gangguan suasana hati.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved