Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
SETIAP orang memiliki 'Resting Heart Rate' (denyut jantung saat beristirahat) yang cukup konsisten sepanjang waktu. Normalnya denyut jantung yang dimiliki seseorang saat beristirahat berada pada kisaran 40 denyut per menit, hingga maksimal 109 denyut per menit.
Tetapi ketika dilakukan pengukuran 'Resting Heart Rate' (RHR) sebagian orang memiliki capaian yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya yang paling signifikan adalah faktor usia, jenis kelamin, dan berat badan. Faktor lain termasuk kebiasaan merokok dan tingkat aktivitas fisik juga mempengaruhi capaian RHR seseorang.
Seperti dilansir oleh dailymail.co.uk, Kamis (6/2), sebuah penelitian dilakukan oleh para peneliti di Scripps Research Translational Institute di La Jolla, California, baru-baru ini, untuk menunjukan sejauh mana faktor-faktor tersebut mampu menjelaskan perbedaan RHR yang dialami oleh setiap individu.
Penelitian ini melibatkan lebih dari 92.000 orang dari 50 negara bagian AS yang diukur denyut RHR hariannya. Usia rata-rata mereka adalah 46 tahun.
Secara keseluruhan penelitian ini berhasil menghimpun data detak jantung harian setara dengan 33 juta hari dari 92.000 orang responden penelitian tadi.
Para peneliti menggunakan data tersebut untuk menguji variasi RHR yang dimiliki seorang individu dari waktu ke waktu, serta membandingnya dengan individu lainnya.
Dalam studi ini didapatkan denyut jantung normal saat orang sedang beristirahat (RHR) berada pada kisaran 40 dan 109 bmp (denyut per menit), dengan rata-rata 65,5 bpm.
Pria memiliki RHR antara 50 dan 80 bmp, sementara wanita berkisar antara 53 hingga 82 bpm.
Biasanya, tingkat RHR yang lebih dari 80-100 merupakan penanda bahwa kesehatan tubuh sedang bermasalah, karena RHR tinggi menunjukkan seseorang secara fisik sedang tidak sehat atau sedang mengalami stres.
Giorgio Quer salah satu peneliti dari Scripps Research Translational Institute menyatakan "Perlu dipertimbangkan bahwa peningkatan RHR yang terjadi dalam tubuh dapat berfungsi sebagai tanda peringatan awal atas perubahan fisiologis tubuh."
Secara keseluruhan, usia, jenis kelamin, dan durasi tidur harian turut menyumbang kurang dari 10 persen capaian RHR dari para peserta penelitian ini.
"Kami menganalisis sejauh mana perubahan detak jantung ketika orang sedang beristirahat (RHR) selama periode waktu tertentu berkorelasi dengan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, durasi tidur rata-rata dan indeks massa tubuh," ungkap Giorgio.
Dengan melacak perbandingan detak jantung saat istirahat (RHR) ini, kata dia, memungkinkan untuk mengidentifikasi awal perubahan-perubahan yang tak terduga dalam tubuh kita.
Data RHR yang berhasil dikumpulkan melalui penelitian ini kemudian diinterpretasikan dan diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE yang terbit bulan ini. (M-4)
Chikungunya jarang berakibat fatal dan virus yang dibawa oleh nyamuk ini tidak menyebar melalui udara.
Sebuah kota industri di selatan Tiongkok melaporkan lebih dari 3.100 kasus chikungunya sepanjang bulan ini, menjadikannya wabah terbesar penyakit yang ditularkan nyamuk di Tiongkok
Penyakit Guillain-Barré Syndrome (GBS) kini sedang mengancam anak-anak Gaza. GBS sendiri adalah penyakit autoimun, artinya sistem kekebalan tubuh menyerang saraf perifer.
RSV merupakan virus yang mudah menular dan menyerang saluran pernapasan dan paling berbahaya menyerang dua ujung spektrum yaitu bayi dan lansia.
Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) tak hanya menyerang anak-anak. Namun, orang dewasa juga bisa terinfeksi dan mengalami komplikasi berat.
KETUA Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) Cabang Jakarta Raya (Jaya) dr Arya Govinda mengungkapkan pentingnya membangun kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tulang
Dengan kapasitas 25 peserta, pusat pelatihan ini dirancang untuk menjadi pusat pelatihan interdisipliner nasional dalam bidang diagnostik, intervensi, dan pencitraan kardiovaskular.
Ablasi jantung dapat dilakukan untuk mengatasi aritmia dengan detak jantung yang terlalu cepat.
Jika tidak terdeteksi sejak dini, gagal jantung dapat memicu komplikasi yang serius, bahkan menyebabkan kematian.
Universitas Johns Hopkins mengembangkan model AI yang mampu memprediksi risiko kematian jantung mendadak lebih akurat.
Faktor risiko penyakit jantung pada populasi dewasa muda sama dengan mereka yang berusia lebih tua, yaitu obesitas, merokok, diabetes atau kadar gula darah tinggi,
Teknologi AI dan digital sangat penting untuk menutup kesenjangan layanan jantung di Indonesia
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved