Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Kartini Kisam: Generasi Pelestari Tari Topeng Betawi

Try/M-1
01/2/2020 10:45
Kartini Kisam: Generasi Pelestari Tari Topeng Betawi
Kartini Kisam(MI/SUMARYANTO BRONTO)

DI acara kawinan dan khitanan khas Betawi, tari Topeng kerap dijumpai. Tarian ini ini menggambarkan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari melalui tiga motif topeng.

Pertama, topeng putih bernama Panji, simbol kelembutan perempuan. Kedua, topeng merah muda bernama Sangga, melambangkan sikap perempuan yang centil, genit, dan ingin selalu diperhatikan. Motif topeng terakhir ialah raksasa merah tua bernama Jingga, yang menjadi simbol orang kuat dan angkuh.

Bila bicara tari Topeng itu pula, di kalangan seniman tari Betawi nama Kartini Kisam tidak bisa dilewatkan. Perempuan berusia 60 tahun ini merupakan sosok setia kesenian tersebut.

Kartini mengenal tari Topeng Betawi sejak usia 10 tahun. Saat itu, ia kerap mengikuti kakek-neneknya yang aktif mempertunjukkan tari Topeng Betawi di Jakarta dan Jawa Barat (Bekasi, Bogor, Tangerang dan sekitarnya).

Penjiwaan ialah kunci kesuksesan tarian tersebut dan hal itu pula yang ia pelajari dari kakek dan neneknya. Dari interaksi keseharian dengan tari Topeng, penjiwaan tarian telah masuk ke sanubarinya hingga ketika 1973 harus menggantikan sang nenek untuk tampil di acara Festival Tari & Teater se-Jawa Barat, ia berhasil menyabet juara umum se-Jawa Barat dalam acara festival tersebut.

Sejak saat itu, nama Kartini mulai dikenal di sekitar Jawa Barat dan ia mengikuti berbagai festival tari rakyat. Pada 1977, Kartini dan keluarga mendirikan grup sanggar tari Topeng Ratnasari yang berlokasi di Jakarta. Semua anggotanya masih dalam satu rumpun keluarga Kisam.

Setelah sukses dalam acara Festival Tari Rakyat, Kartini diikutsertakan ke beberapa acara misi kesenian. Pada 1981, Kartini berkesempatan berkunjung ke Hong Kong sebagai perwakilan dari Betawi (Jakarta) dalam acara festival persahabatan lima negara.

Lewat sanggar tari keluarga, Kartini memupukkan motivasi bahwa mempelajari sebuah tari tradisional ini bukan semata-mata karena ingin menjadi penari, melainkan juga itu bekal ilmu untuk masa depan yang lebih luas lagi. Dengan begitu, menari sesungguhnya perlu dipelajari siapa saja, bukan hanya mereka yang ingin berprofesi sebagai penari.

Kartini berharap, pengetahuan tentang tari Topeng dibukukan agar bisa dipelajari generasi mendatang. Selain itu, tari tersebut juga bisa masuk kurikulum SD di Jakarta. Kartini pun optimistis, warisan neneknya itu tidak akan hilang ditelan zaman meskipun saat ini sudah mulai terkena gempuran zaman yang serbadigital dan modern. (Try/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya