Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Setiap orangtua ingin anaknya berhasil di sekolah. Biasanya diukur dari nilai prestasi. Namun kita lupa sisi indeks kecerdasan emosional, seperti prilaku fleksibel, memiliki grit, stabil secara emosional, harga diri, perhatian, dan keterampilan sosial.
Masalah emosional ini pun harus disadari orangtua berperan penting bagi anak. Nah bagaimana membesarkan anak yang baik, bahagia, dan sukses? Berikut kiat dari Daniel J. Siegel, MD, profesor klinis psikiatri di Fakultas Kedokteran UCLA dan pendiri direktur Pusat Penelitian Kesadaran Penuh UCLA dan Tina Payne, psikoterapis anak dan remaja dan Direktur Parenting for the Mindsight Institute yang disitat dari The Ladders.
Mereka menyimpulkan ada 4 keterampilan kritis yang perlu dipelajari anak-anak, yakni
1. Seimbang antara Mengelola emosi dan perilaku.
Ada dua hal yang digaris bawahi, komunikasi dan disiplin belajar. Keduanya harus berjalan beriringan agar anak-anak mengetahui perilaku yang baik yang dicontohkan langsung orang sekitarnya dan perlu latihan yang berulang.
2. Ketahanan.
Terus menantang mereka. "Ketika kita melangkah masuk dan menyelamatkan seorang anak dari masalah yang dapat dia tangani sendiri, kita korsleting kesempatannya untuk belajar bagaimana mengatasi masalah yang sulit atau memahami kemampuannya untuk menangani hal-hal yang sulit," kata Dari The Yes Brain. Dengan kata lain, anda harus menyeimbangkan dorongan dengan kenyamanan. Terkadang mereka perlu berjuang, di lain waktu mereka membutuhkan dukungan
3. Wawasan
Langkah berikutnya membantu mereka menyadari perasaan sehingga mereka dapat mengenal diri sendiri. Kuncinya adalah pelabelan. Itulah sebabnya terapis mengajukan pertanyaan, "Bagaimana perasaanmu?" Berulang-ulang sampai bagaimana perasaanmu marah karena mereka terus mengatakannya. Ketika kita memperhatikan dan memberi label emosi kita, emosi itu mereda. Dorong anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka secara verbal. Ketika mereka kehilangan itu, ini akan membantu mereka meningkatkan pengaturan emosi.
Dorong anak-anak Anda untuk menjadi "pemain" dan "penonton". Untuk dapat melihat diri mereka secara objektif dari luar. Inilah cara mereka belajar belajar memonitor diri dengan lebih baik.
4. Empati
Memahami perspektif orang lain, peduli, meminta maaf, dan memperbaiki keadaan. Anda perlu dengan sengaja menarik perhatian anak-anak pada pengalaman orang lain dan perasaan mereka.
Latihan lain yang menyenangkan adalah membiarkan anak membantu mengambil hadiah yang dibeli keluarga Anda untuk orang lain. Ini adalah cara alami untuk mengingatkan mereka bahwa orang lain berbeda dan untuk mempertimbangkan apa yang akan membuat orang lain bahagia.
Sebagian besar dari apa yang dipelajari anak-anak tidak diajarkan secara eksplisit. Jauh lebih mudah untuk membesarkan anak yang lebih baik setelah Anda meluangkan waktu untuk menjadi diri Anda yang lebih baik. (M-3)
Baca juga : Nasida Ria Bertekad Kembali ke SynchFest Tahun Depan
Konferensi internasional psikologi ulayat kali ini menjadi istimewa karena sekaligus memperingati 100 tahun kontribusi ilmiah psikolog ternama Albert Bandura.
Ingin minta maaf dengan tulus? Ini panduan minta maaf dari para ahli.
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Perasaan sedih dan stres saat harus kembali ke rutinitas usai liburan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah post holiday blues.
Pondok Pesantren Darunnajah menghadirkan Darunnajah Assessment and Development Center (DADC), sebuah pusat asesmen dan pengembangan psikologis bagi santri, pendidik, dan masyarakat umum.
Pentingnya peran psikologi sebagai disiplin ilmu dan praktik dalam mendukung pembangunan bangsa, terutama dalam menciptakan masyarakat yang sehat secara mental dan berdaya saing.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved