Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cerita Aktor Indonesia Menuju Broadway Usai What I Did For Love

Fathurrozak
29/8/2019 18:30
Cerita Aktor Indonesia Menuju Broadway Usai What I Did For Love
Pertunjukan What I Did For Love dari para aktor program Indonesia Menuju Broadway.(IG Galeri Indonesia Kaya)

Indonesia punya beberapa kelompok seni berbasis teater musikal, seperti Eki Dance Company dan Jakarta Move In yang mulai bergeliat pada 2014. Terbaru, Indonesia Menuju Broadway bisa dianggap sebagai kemunculan lain dalam bentuk kelompok pentas musikal.

Sebenarnya, nama terakhir ini ialah program Djarum Bhakti Budaya untuk memfasilitasi talenta seni dalam merasai pengalaman kiblat industri teater musikal komersial Broadway di New York, Amerika Serikat (AS). Dari beberapa audisi  tersisa 13 peserta mengikuti lokakarya lima hari di Jakarta dan tiga hari di New York.

What I Did For Love jadi suguhan setelah para aktor ini melahap modul setebal 230 halaman, dan mempelajari metode Broadway difasilitasi StudentsLive Passport to Broadway.

"Semua ceritanya, koreo, blocking, lagu, di modul itu merangkum semuanya dan kita harus mempelajari," cerita Gallaby Thahira, aktor yang ikut bermain dalam Showcase What I Did For Love.

Showcase ini merupakan kompilasi dari beberapa cerita. Pada bagian awal, menceritakan 13 aktor yang tengah merintis karier di panggung Broadway. Berlanjut ke beberapa pengadeganan dalam plot kisah lain, termasuk tema pertumbuhan dua anak dengan orangtua mereka. Sepanjang pentas showcase di Soehanna Hall, SCBD, Jakarta Selatan, pada Selasa (27/8) malam, pementasan terasa energik dan punya tone komedi jahil, yang sesekali mengeksplorasi sensualitas juga warna tema cerita dewasa.

Menariknya, setiap aktor memerankan tiga sampai empat karakter dalam pentas itu. "Kalau di Jakarta masih ada bagi peran. Kalau di New York, satu orang ya sudah harus bawakan banyak act. Di Jakarta misal act 1 untuk 20 orang, saat di NY ya sudah dibagi ke-13 orang itu," sambung Gallaby.

Seperti Putri Indam Kamila di act 1 menyanyikan lagu (Not) Getting Married Today. Lagu bernuansa dewasa yang butuh pengendalian emosi dan pengalaman. "Pada prosesnya aku hapalin, belajar lebih dalam lagi. Menurutku ini yang paling 'Oh!'. Belajar untuk jadi karakterku di setiap saat. Bahkan ketika keluar panggung, itu yang kupelajari, butuh fokus dan support teman, support each other, meski ketika kita dapat spotlight di panggung," ungkap perempuan lulusan musical theatre salah satu perguruan tinggi di Singapura ini.

Putri sudah familiar dengan pementasan musik ala Broadway saat kuliah di Singapura. Menurutnya, Indonesia masih perlu menambah lebih banyak kuota pertunjukkan teater musikal.

"Kita kurang banyak (pementasan). Di Singapura selalu ada satu company setahun garap empat produksi musikal. Sebenarnya di Indonesia banyak original musikal yang menarik. Kita masih bayi banget dan saatnya bikin-bikin terus, 50 tahun lagi ada hal yang bisa kita bikin lagi, suatu skrip klasik Indonesia," lanjut perempuan yang juga pernah tergabung dalam pentas Into The Woods di Indonesia ini.

"Broadway keren tapi ceritanya ya Amerika. Banyak yang bisa diambil dari sisi technical, style namun kita harusnya juga bisa menyentuh hati penonton dengan cerita Indonesia. Disiplin, pendalaman karakter, dan mendukung satu sama lain sebagai aktor, itu yang bisa diterapkan di panggung kita," tambah Putri. (M-3)

Baca juga : Orang Optimistis Berpeluang Panjang Usia

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya