Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Resonansi Krisis Eksistensi dan Identitas

Fathurrozak
21/6/2019 19:45
Resonansi Krisis Eksistensi dan Identitas
toy story 4(disney pixar)

 

 

Woody bukan lagi milik Andy. Andy sudah beranjak dewasa dan mulai berkuliah. Woody bersama koleksi mainan Andy lainnya didonasikan ke Bonnie.

Sejak didonasikan, sheriff koboi itu tidak lagi menjadi bintang. Saat Andy kecil, Woody bersama Buzz Lightyear menjadi mainan favorit yang selalu dimainkannya. Sayangnya sekarang Woody bukan lagi menjadi bintang dan menjadi mainan tak bertuan.

Ia lebih sering duduk berdebu di lemari, mengintip dengan inferior dan iri saat Jessie, kawannya dari roundup lebih dipilih pemilik baru bermain. Satu-satunya kontribusi Woody, lencana Sheriff-nya yang diambil Bonnie untuk dikenakan ke Jessie. Woody merasa terabaikan.

Di tempat yang baru ini ada satu mainan baru yang turut meramaikan. Yakni Forky yang terbuat dari sendok dan garpu (spork) yang digabungkan dengan potongan gagang es krim. Tidak lupa mata palsu yang ditempelkan. Ia hanya barang buangan yang dipungut dari tempat sampah di kelas Bonnie semasa orientasi TK.

Woody yang membawa sendok-garpu dan komponen tubuh lain Forky ke meja Bonnie, setelah ia menyelinap di tas sekolahnya. Mungkin, ini hanya cara Woody bereskapis agar ia merasa tetap bernilai sebagai mainan yang terabaikan. Menganggap dirinya mampu menyelamatkan Bonnie dari keterasingan baru di sekolah.

Intrik Woody yang tengah mengalami krisis eksistensi, bertemu dengan Forky yang krisis identitas sejak kelahirannya sebagai mainan hasil seni kriya di kelas. Woody mendogma Forky agar ia tidak pernah menganggap dirinya sampah. Ia meyakinkan Forky adalah mainan terpenting Bonnie, yang sebenarnya itu juga beresonansi pada situasi dirinya.

Film ini masih mirip dengan plot yang lama. Karakter Andy dipindahkan ke Bonnie atau eksistensi Woody saat kedatangan Buzz mirip dengan krisis identitas Forky. Namun Toy Sotry 4 yang ditulis Andrew Stanton tetap punya sisi yang amat menyenangkan untuk ditonton. Apa lagi kita yang tumbuh menyaksikan saga dari Pixar ini.

Karakter-karakter lama seperti Mr. Pottato Head, Rex si Dinosaurus, atau Mr. Ham tampaknya agak dikesampingkan pada film penutup saga Toy Story. Sejumlah karakter baru dimunculkan. Selain Forky, ada Bo Peep, yang dulu menghiasi lampu kamar tidur Molly, adik Andy.

Dewasalah, Woody!

Pertemuan Woody dan Bo Peep yang menjalani hidup berbeda ini membenturkan paradoks dalam cara memandang hidup juga bertumbuh (dewasa?). Bo merasa tidak perlu dimiliki anak-anak. Sementara Woody masih teguh pada prinsipnya. Woody tentu memandang Bo sebagai mainan yang terbuang dan tak dimiliki. Nostalgia keduanya memberi efek kehangatan layaknya romcom dewasa, manis tanpa buatan.

Karakter Bunny (Jordan Peele) dan Ducky (Keegan-Michael Key) punya porsi pas sebagai duo 'komedian' di karnaval. Juga bagaimana Josh Cooley memvisualkan dark comedy Bunny dan Ducky seperti lazimnya kita temukan di komik strip sosial media. Atau sosok Duke Caboom (Keanu Reeves), mainan tokoh laga yang sejatinya tak pernah percaya diri pada kemampuannya, menguatkan kesan bahwa babak ini Toy Story memang ingin menyoroti kepercayaan diri dalam menggali identitas diri. Bahkan, repetisi slapstick Buzz yang selalu menanyakan suara dari dalamnya (inner voice). Seperti halnya para penontonnya yang kini juga kebanyakan telah dan sedang melewati fase krisis dewasa muda.

Gabby Gabby, boneka di salah satu toko antik yang memang sudah cacat sejak keluar dari pabrik, menjadi benturan paradoks lain. Ia diproduksi pada era yang sama dengan Woody. Penciptaan karakter yang bukan hitam putih lagi, memberikan kita simpati pada Gabby Gabby. Mungkin sekilas kita akan menemukan nuansa Lotso si Teddy Bear yang tampaknya manis tetapi sadistik. Hanya, jauh dari itu Gabby hanyalah boneka perempuan yang ingin menjemput kesempatan keduanya.

Pertemuan Woody dengan Gabby Gabby juga mengubah cara pandangnya pada prinsip yang selama ini ia yakini. Sekaligus meneguhkan realitasnya yang memang tidak diinginkan lagi oleh seorang bocah. Hakikat paling mulia menjadi mainan memang dimainkan. Begitulah eksistensi mainan yang diamini Woody. Tetapi, mungkin saja Woody perlu belajar menjadi dewasa, mendefinisikan ulang prinsip hidup seperti yang layaknya manusia lakukan seiring tumbuh dan bertemu pengalaman hidup baru, mengejar kesempatan kedua, setelah pada prolog sembilan tahun lalu ia mengurungkan ikut dengan Bo, saatnya ia kini pensiun dan menemani si gadis gembala di dunia luar. Menjadi tidak diinginkan terkadang memang tidak apa-apa, just let it flow, Woody. (M-3)

Baca juga : Dua Perpus Keren untuk Wisata Akhir Pekan

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya